Yoga menoleh kearah sumber suara tersebut. Terlihat seorang laki-laki dan dua orang perempuan yang berdiri jauh memandang dirinya. laki-laki itu adalah Rudi. Dia sahabat Yoga sejak masuk ke kampus bersama-sama. Dia satu jurusan dengan Yoga. Sedangkan dua perempuan itu adalah Jasmine dan Ratu. Jasmine juga merupakan sahabat dekat Yoga. Dia dan Yoga tumbuh di desa yang sama dan sudah bersahabat sejak mereka kecil. Sedangkan Ratu adalah pacar Rudi yang menaruh simpati pada Yoga. Dia sama sekali tidak pernah merendahkan Yoga. Menurutnya Yoga adalah teman yang asik dan sangat keer kepada semua orang.
" Ternyata kalian..." Sahut Yoga dengan tersenyum. Ketiga orang itupun bergegas menuju ke tempat Yoga berada. Rudi menepuk bahu Yoga dan tersenyum " hai bro...dicari-cari dikampus ga ada ternyata lagi melamun disini...tadi pas mata kuliah akuntansi kenapa kau tidak masuk? kukira kau sedang sakit...aku khawatir tahu! gerutu Rudi sambil tersenyum kecut karena kesal. Dia pun langsung duduk disebelah Yoga. Yoga hanya diam. Dia tersenyum kepada sahabatnya itu.
Jasmine dan Ratu juga bergegas duduk di kursi yang berada di depan kursi mereka berdua. Seketika mata Jasmine menatap kedua mata Yoga dan kaget "Yoga...kau menangis?".
Rudi dan Ratu pun terkejut mendengar kata-kata Jasmine. Mereka langsung menatap Yoga dengan penuh penasaran. Tentu saja Yoga merasa tidak enak " Ah tidak...cuma kelilipan tadi" sahut Yoga pelan. Rudi jadi semakin penasaran dan bertanya " Bro...kamu ada masalah?...ceritakan pada kami dan mungkin kami bisa membantu".
" Ah....tidak ada apa-apa kok" jawab Yoga pelan. Seketika itu Jasmine langsung marah dan berdiri " Yoga!!! kami ini sahabatmu! jika kamu ada masalah ceritakan pada kami! memangnya kamu anggap kami itu siapa?". Yoga terkejut dengan tatapan Jasmine. Jasmine tahu kalau Yoga sedang ada dalam masalah. Bagaimanapun dia dan Yoga saling mengenal sejak kecil.
" Yoga ceritakan pada kami...jika kami bisa bantu kami pasti akan bantu" Ratu juga penasaran apa masalah Yoga.
Yoga merasa dirinya sangat tidak berguna. Dia ga berdaya terhadap kepedulian ketiga sahabatnya itu. Akhirnya Yoga menceritakan semua apa yang dia alami di ruang Dekan. Semua sahabatnya terkejut. " Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang...aku tidak mungkin menghasilkan uang dalam waktu sesingkat itu" kata-kata ini menutup cerita Yoga.
Ketiga sahabatnya itu merasa iba terhadap apa yang dialami Yoga. Mereka bersikeras menghibur Yoga. Di benak mereka, mereka sangat ingin membantu Yoga. Tetapi mereka tidak bisa membantu karena mereka juga tidak punya uang sebanyak itu. Uang kiriman orang tua mereka hanya cukup untuk keperluan mereka. Dengan menyesal Rudi menepuk punggung Yoga " Bro...aku ingin sekali membantumu...tapi kamu juga tahu uang kiriman orang tuaku hanya cukup untuk keperluanku sehari-hari". jasmine dan Ratu juga mengangguk " Maafkan kami Yoga".
Yoga menghela nafas berat " Tidak apa-apa....terima kasih setidaknya kalian sudah menghiburku''. Yoga tersenyum. Ini masalah dia, dia juga tidak ingin merepotkan sahabat-sahabatnya.
" Tenang bro...pasti ada jalan. Kau sudah makan? ayo kita makan di kantin...aku yang traktir" Rudi memecah suasana hening.
Mereka berempatpun beranjak dari tempat itu. Diperjalanan menuju kantin, Jasmine tiba-tiba teringat sesuatu. Dia diam dengan jari tangan memangku janggutnya. Yoga langsung bertanya apa yang dipikirkan Jasmine " Ada apa?" Tanya Yoga sambil memegang pundak Jasmine. Jasmine tersenyum " Ga...ga ada apa-apa kok". Yoga menghela nafas " Jasmine, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Kita kenal sudah lama, jadi aku tahu kalau kau sedang memikirkan sesuatu. Raut wajahmu tidak bisa membohongiku".
" Ahh...bukan masalah besar kok..." Jawab Jasmine. Yoga pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia juga tidak mau memaksa Jasmine untuk menceritakan apa yang dia pikirkan. Yoga hanya bisa tersenyum dan timbul niat untuk menggoda Jasmine.
" Jasmine..." Yoga menatap langit. Jasmine menoleh kearah Yoga " Yaa?...".
Yoga tersenyum dan berkata " Kau tahu tidak apa bedanya bidan sama kamu?". Jasmine bingung mendengar kata-kata Yoga. Tetapi dia penasaran " Memangnya apa?".
" Mau tahu??" tanya Yoga sambil tersenyum jahil. Jasmine pun mengangguk karena penasaran.
" Bedanya adalah kalau bidan itu bidan untuk membantu masyarakat, kalau kamu itu bidan...dari yang tercipta untukku ...hahaha". Jasmine cemberut tetapi pipinya memerah. Dia memalingkan wajahnya dari Yoga " Dasar buaya gombal haha".
"Ehhh itu bukan gombal tapi kenyataan" koreksi Yoga. Jasmine hanya mendengus " Bodo Amat...". Mereka bercanda sepanjang perjalanan.
Tiba-tiba Jasmine teringat kembali apa yang dia pikirkan tadi. Kemudian dia mendekati Yoga dan berbisik di telinganya " Yoga tunggu...aku mungkin ada solusi untuk menyelesaikan masalahmu". Seketika itu Yoga tersenyum. " Bagaimana caranya?''.
Jasmine berbisik dengan hati-hati “ maaf...menurutku mungkin lebih baik kau menghbungi ayahmu”. Terlihat sorot mata dingin dimata Yoga. Bagaimanapun dia sangat sakit hati dengan ayahnya karena telah meninggalkan ibu dan dirinya demi perempuan lain. Dia bersikeras untuk melupakannya bahkan merasa tidak ingin lagi kenal dengannya. Sepontan Yoga menjawab “ Tidak” katanya.“ Tapi...” belum selesai Jasmine menyelesaikan kata-katanya sudah dipotong oleh Yoga “ Tidak ada tapi-tapian...sudahlah! tidak usah bahas ini lagi...lebih baik kita susul Rudi dan Ratu..mereka sudah agak jauh” Yoga mencegah Jasmine agar tidak melanjutkan pembahasan itu.“ Hei...kalian berdua ayo cepat! Lambat amat sih” teriak Rudi.“ Ya tunggu kami” sahut Yoga dan langsung berjalan cepat diikuti oleh Jasmine.Sesampainya dikantin kampus, Rudi mencari meja kosong untuk mereka. Mereka memilih meja disudut kantin dekat dengan jendela.“ Kalian mau pesan apa?” Rudi menawarkan sambil mel
“ Halooo....” Yoga menjawab panggilan itu.“ Apakah benar ini Yoga Atma?” Pertanyaan terlontar dari dalam handphone Yoga.Yoga mengerutkan alinya, dia bingung siapa gerangan yang telah menelponnya saat ini. Baru kali ini dia mendapatkan panggilan telepon asing. Biasanya hanya sedikit saja yang mau menelponnya. Yang sering menelponnya hanya sahabat-sahabatnya. Selain itu sangat jarang.Dengan hati-hati Yoga menjawab “ Iya benar...ada yang bisa saya bantu?”.“ Hahahaha...anak bodoh! Aku tak menyangka bertahun-tahun aku tidak bertemu denganmu, kamu tumbuh menjadi anak yang bodoh... Dengarkan baik-baik Yoga, Aku adalah Fendi Atma...Ayah kandungmu!” .Seketika itu raut wajah Yoga berubah menjadi dingin. Terlihat sorot kemarahan dimatanya. Orang yang sangat dia benci dan menghilang lama ternyata muncul begitu saja. Dalam pikirannya terbesit " Untuk apa dia tiba-tiba muncul seperti ini setelah meninggalkan a
Suara lantang dari balik pintu terus mengganggu Yoga. Dia mengenal pemilik suara itu. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yoga segera berlari menuju pintu untuk membukanya dan mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. " Klek...." terdengar suara pintu terbuka." Hei....lama amat buka pintunya! apa kau mau lari?" kata kasar keluar dari seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu sambil menenteng tangannya di pinggang. Dia melotot tajam ke Yoga." Ah ternyata bu Reya...maaf bu, tadi saya baru dari kamar mandi" Jawab Yoga santai. Wanita itu mendengus kesal lalu berbicara tanpa basa-basi, " Yoga...kau sudah menunggak uang kontrakan selama 4 bulan! ayo sekarang bayar!." Maaf bu...kasih saya waktu lagi. Saya mohon...saya akan segera melunasinya. Saat ini saya belum ada uang" Jawab Yoga dengan memohon. Tetapi bu Reya kelihatan acuh tak acuh. Dia marah mendengar jawaban Yoga " Kau pikir aku juga tidak mempunyai kebutuhan! aku juga butuh makan! ana
Alice langsung meraih cat pilox warna merah yang ada di kursi belakang. Lalu keluar dan langsung menyemprot cat pilox itu ke mobil Jasmine. Dia menulisi body mobil Jasmine dengan kata-kata jorok dan menghina. "Mampus kau..." Batin Alice."Alice...Apa yang kau lakukan?". Alice terkejut dan menoleh. Tampak Yoga berdiri dibelakang Alice.Alice mendengus "Pergilah!! Bukan urusanmu!". Yoga menggelengkan kepalanya. Dia maju dan memperhatikan mobil yang di coret-coret Alice itu. Mata terbelalak "Astaga...bukankah ini mobil Jasmine" Kata Yoga sambil menatap tajam ke Alice.Alice melotot " Memangnya kenapa kalau memang mobil si cewek murahan itu!! Dia pantas mendapatkannya! Ini akibatnya kalau berani melawan aku". Alice lalu memasukkan cat piloxnya ke dalam tas lalu meninggalkan Yoga yang masih berdiri disitu.Yoga gemetar sambil menyentuh mobil Jasmine. Bagaimanapun dia merasa ini adalah kesalahan dia. Kalau bukan gara-gara dia Jasmine tidak akan berkelahi dengan
Jasmine dan Alice terus berjalan menuju gedung olahraga. Kedua gadis ini sangat cantik dan menawan. Tidak sedikit para pria yang memandang mereka berjalan hanya untuk mengagumi kedua diva kampus ini. Tetapi Jasmine dan Alice tak pernah memperdulikan mereka.Mereka masuk ke dalam gedung olah raga yang saat itu sepi. Tidak ada kegiatan satupun. Akhirnya Alice membalikkan badan berhadap-hadapan dengan Jasmine. Dia melotot ke arah jasmine “ Kau sengaja cari gara-gara denganku?” .Jasmine tertawa mendengar kalimat Alice. “ Hahaha...sungguh aku tidak menyangka kau begitu tidak tahu malu! Bukankah kau yang mencari gara-gara denganku duluan. Ingat! Siapa yang mencoret-coret mobilku! Ban kempes ga seberapa, jadi kita impas!.“ kau “ Alice maju mendekat ke hadapan Jasmine. Mata mereka bertemu. Tapi terlihat keduanya sedang menahan amarah. Wajah mereka berhadap-hadapan. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Mereka bisa merasakan harumnya aroma nafas satu sama lain. Tangan mereka
Mereka terkejut melihat Alice dan Jasmine sudah terbaring lemas di lantai akibat perkelahian diantara keduanya. Mereka lari berinisiatif untuk menyelematkan keduanya. Saat itu kondisi keduanya sangat memprihatinkan. Wajah mereka dipenuhi dengan darah yang mengalir. Wajah Jasmine merah pucat dan darah mengalir di ujung bibirnya. Serta terdapat bekas cakaran Alice di pipi kirinya. Sedangkan Alice mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya. Seketika mereka langsung pingsan. Yoga segera mengangkat Jasmine dan Rudi mengangkat Alice. “ Ayo kita bawa ke rumah sakit.” Rudipun mengangguk. “ Pakai mobilku “ Michelle mengajukan usul. Keempatnya mengangguk pertanda setuju. Mereka lalu bergegas keluar ruang olahraga dan menuju rumah sakit. *** Di rumah sakit, “ Aku sudah menghubungi orang tua Jasmine. Sebentar lagi mereka pasti akan segera sampai di sini.” Ratu mengabarkan kepada teman-temannya. “ Aku juga sudah menelpon orang tua Alice
Pria itupun langsung memanggil perawat agar Yoga segera tertangani. Dan kemudian memesankan kamar VVIP untuk perawatan Yoga. Michelle dan Anneth masih kebingungan melihat situasi tersebut. Saat Yoga mendapatkan perawatan, pria itu memanggil anak buahnya dan memberi perintah. " Cari orang yang berani melukai tuan muda! beri mereka pelajaran! " kata pria itu dingin. " Siapp " anak buahnya menjawab serempak dan langsung keluar dari rumah sakit. Pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya dan menelpon seseorang. " Tu...tuan besar, kami telah menemukan tuan muda. tetapi kondisi tuan muda sekarang terluka karena tusukan. beberapa preman telah melukainya." Terdengar suara dingin di ponsel yang membuat pria itu bergetar. " Buat perhitungan dengan orang-orang sialan yang berani melukai putraku! kalau perlu patahkan tangan mereka! pastikan putraku dalam keadaan baik-baik saja." " Baik Tuan Besar, siap laksanakan! " Pria itu menjawab dengan hati-hati kemudian menu
Di kamar rumah sakit, Yoga sedang bersantai sendirian sambil menonton salah satu channel youtube di ponselnya. Dia sedang menikmati acara komedi yang ditayangkan di channel tersebut. Acara yang penuh dengan adegan lucu membuatnya tertawa karena terbawa suasana. Sehingga meringankan sedikit beban rasa sakit akibat tusukan kemarin. Sedang asik Yoga menonton acara tersebut, tiba-tiba pintu rumah sakit dibuka. “ Selamat pagi tuan muda, bagaimana keadaan anda? “ Sapa seorang laki-laki kekar di depan pintu. Yoga mengernyitkan keningnya menatap lelaki tersebut, “ Kau? “ “ Saya Roni tuan, Saya diperintahkan ayah anda untuk melayani tuan “ Jawab Roni dengan penuh sopan. Yoga menghela nafas panjang “ Masuklah “ Roni pun melangkahkan kaki masuk ke ruangan itu. Dia kemudian berdiri di samping tempat tidur Yoga. “ Duduklah “ Perintah Yoga. Roni pun duduk dan kemudian mengambil sebuah dokumen dari tasnya. “ Tuan muda, ada yang ingin saya sam