Share

Bab 47

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 11:15:53

"Ya ampun kamu demam, sayang," Ayunda pun terus saja mengayunkan tangannya berharap sang bayi bisa segera tertidur.

Tapi sampai saat ini pun baby Ken masih saja menangis.

Suhu tubuhnya juga terasa panas, sejak beberapa hari ini baby Ken sangat rewel.

Ayunda juga mulai kewalahan untuk menenangkannya.

Ditambah lagi dia belum berpengalaman sama sekali dalam mengurus bayi.

Hidup sendiri diantara keramaian orang tanpa ada perhatian dari keluarga adalah hal yang sangat menyakitkan untuk seorang perempuan.

Sekuat apapun seorang perempuan dia sangat membutuhkan kekuatan dari orang sekitarnya, sayangnya tidak semua orang bisa merasakan.

Bahkan untuk sekedar pulang demi melepaskan beban sejenak saja tidak bisa.

Tidak punya tempat untuk pulang itu sangat menyedihkan.

Hanya orang-orang seperti Ayunda yang merasakan kesedihan ini.

Mengenaskan.

Hingga Ayunda menyadari bahwa ada bintik-bintik merah yang muncul di kulit baby Ken.

"Kok ada bintik-bintik merah ya?"

Ayunda pun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nisa Nadzira
kabur aja yunda jangan balik.lagi
goodnovel comment avatar
Eka Vesa Longa
lebih baik pergi ...
goodnovel comment avatar
Rysha 18
tolong kata2nya thor, jgn bilang bayi itu kotor & menjijikan ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 241

    "Ya udah, Mas aja yang Tere pijat," katanya karena tak ingin Zidan terus memijatnya. "Nggak masalah sih, sebenarnya kita bisa saling pijatkan? Maksudnya saling bergantian," ujar Zidan. "Nggak usah, Tere nggak bisa dipijat," tolak Tere. Zidan pun menatapnya dengan serius, tapi Tere memilih untuk menatap arah lainnya. "Baiklah," Zidan pun kembali berbaring telentang menatap Tere, menunggu pijatan. Katanya menunggu pijatan, padahal ada modus yang lain yang ingin dia jalankan. Dasar otak Zidan tidak beres, tapi bagaimana pun juga dia adalah pria normal. "Mas, harusnya kan tengkurep," kata Tere. "Kan depan dulu, kemudian belakang." Jika bisa berteriak Tere ingin sekali berteriak keras karena ulah Zidan. Bahkan dia bingung kenapa bisa Zidan memintanya untuk memijat. Dia langsung memegang kulit Zidan yang biasanya masih berlapis pakaian, kini tidak sama sekali, dada pria itu terlihat sangat indah. Sial. Kenapa dia jadi begini? "Mas, tengkurep aja ya," pintanya.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 240

    "Santai saja," kata Zidan setelah melepaskan tautan mereka. Santai? Bagaimana mungkin Tere bisa santai? Yang ada dia sangat panik karena ulah Zidan. Kemudian dia pun menangis karena tidak tahu bagaimana caranya mengatakan bahwa dirinya belum siap dan sangat takut. Tapi Zidan justru tertawa melihatnya menangis. "Kamu ini lucu sekali, kesannya Mas seperti sedang melecehkan seorang wanita," katanya sambil diiringi dengan tawa kecil. Seketika itu Tere pun berhenti menangis, mungkin dia sedang mencerna apa yang telah dikatakan oleh Zidan. Kemudian Zidan pun mulai mengusap wajahnya yang basah dengan kedua tangannya. Lalu menangkup wajah Tere dengan kedua tangannya. "Kenapa kamu harus takut? Kita sudah pernah melakukannya kan?" Tere pun tercengang, bagaikan tidak percaya mendengar pertanyaan Zidan. Tapi Zidan masih menunggu jawabannya. "Aku takut, kamu seperti orang kesurupan," kata Tere. Zidan pun mengacak rambutnya sendiri karena merasa malu. Kemudian kembali

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 239

    Keduanya pun berbelanja di supermarket dan Zidan yang mendorong troli, sedangkan Tere memilih beberapa barang yang akan dia beli. Sesaat kemudian mereka pun kembali ke rumah, Tere tampak sibuk memasak, sedangkan Zidan hanya duduk di kursi sambil terus memperhatikan dirinya. Sebenarnya dia sedang menahan diriku untuk tidak memeluk Tere dari belakang. Bayangkan saja jika itu dia lakukan? Ah kacau! Entah kenapa akhir-akhir ini otaknya agak soak dan menjadi tidak beres. Hingga dia pun mencoba untuk mendekati Tere. "Mas, butuh sesuatu?" tanya Tere. "Enggak, cuma mau tanya, apa ada yang bisa Mas bantu?" Ah, bukan itu. Sebenarnya dia ingin memeluk Tere, tapi tidak jadi karena malu dan Tere terlanjur menyadarkan dirinya dari pikirannya. "Kayaknya nggak usah deh, Mas duduk aja. Lagian Tere cuma masak yang gampang aja," ucap Tere. "Memangnya kamu masak apa?" "Udang goreng, Mas suka udang kan?" tanyanya sambil terus berkutat dengan masalahnya. "Kayaknya sekarang Mas l

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 238

    "Bukannya, Mas pulangnya sore?" tanya Tere yang melihat Zidan sudah kembali. "Kamu tidak suka?" tanyanya. "Bukan begitu, Tere cuma tanya aja, kan sebelumnya Mas bilang pulang sore," kata Tere. Zidan masih ingat dengan apa yang dia katakan sebelumnya. "Kita ke rumah lama kamu sekarang bagaimana?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Tere. Mata Tere seketika berbinar, dia tidak menyangka jika Zidan akan mengajaknya lebih cepat. "Mas, serius?" tanyanya seakan tak percaya. "Tapi kamu harus kiss di sini?" kata Zidan tiba-tiba. Glek. Senyuman manis berubah menjadi tegukan saliva yang sangat sulit, dia benar-benar tidak menyangkan Zidan akan berkata demikian. "Kenapa? Kalau kamu tidak mau sekalian saja kita tidak usah pergi," kata Zidan lagi. "Mas," Tere panik tapi dia juga bingung harus bagaimana. "Cepat, atau aku benar-benar berubah pikiran!" Tere pun mulai mendekatinya tapi dia masih begitu tegang untuk melakukan perintah Zidan. Tere pun memegang dasi Zidan karen

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 237

    "Apa dia berulangtahun?" tanya Zidan sambil menatap layar laptopnya. Kemudian dia pun segera menghubungi adiknya, dia yakin Ayunda pasti tahu. "Halo, Kak," jawab Ayunda. "Apa Tere ulang tahun?" tanyanya secara langsung. "Iya," jawab Ayunda. Kemudian panggilan pun terputus, Zidan yang memutuskannya. Dia pun meletakkan ponselnya pada meja sementara matanya terus menatap layar laptopnya dimana ada Tere disana. *** Tok tok tok. Tere pun segera meletakkan foto sang Mama pada tempat sebelumnya, kemudian dia pun membuang lilin ke tempat sampah. Setelah itu meletakkan sepotong kue yang masih di atas ranjang pada meja nakas. Tok tok tok. Tere pun mengusap wajahnya dengan cepat dan segera membuka pintu. Ternyata Wina dan Ayunda yang datang dengan membawa kue dengan lilin menyala di atasnya. "Happy birthday to you!!!!" seru Ayunda. Tere tak percaya tapi dia sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan oleh Ayunda dan Wina. "Bukannya Mama sama Yunda arisan?" tanyan

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 236

    Jangankan untuk mandi, untuk mencuci wajahnya saja dia tidak bisa setelah mendengar ucapan Zidan. "Satu Minggu?" Tere pun mengacak rambutnya karena bingung harus bagaimana. Apakah sebaiknya dia melarikan diri saja? Ah, itu tidak mungkin, kemana dia akan pergi. Tanpa uang dan tanpa tujuan. Lagi pula Zidan pasti akan menemukannya dengan sangat mudah. Lalu bagaimana caranya untuk bisa menjalankan tugas yang diinginkan oleh Zidan? Dia istri. Tapi, apakah ada kewajiban menjalankan dengan keadaan pernikahan yang seperti ini? "Tere!" panggil Zidan dari luar sana. "Ya, Mas," jawabnya. "Kenapa lama sekali, Mas ada rapat," kata Zidan. Tere pun segera keluar dari kamar mandi masih dengan pakaian lengkapnya. Zidan bingung sambil menatapnya dari atas hingga ke bawah. "Kamu belum mandi juga?" "Belum, Mas hari ini Tere di rumah aja ya," pintanya. Zidan pun terdiam sejenak menimbang keinginan Tere. "Tere mau belajar masak sama Mama." "Baiklah." Akhirnya Zidan pun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status