“Aku masih punya juga kartu yang lain.”“Aku tidak mau terlalu berhutang budi denganmu. Setelah ini kamu juga masih mau menyiksaku?” penasaran Grace pun bertanya.“Kalau tidak ada masalah jelas tidak akan.”Grace diam, memandangi jalanan yang panjang menuju rumah dengan memikirkan laki-laki yang ada di sampingnya ini terus menerus membuatnya berpikir setiap hari. Rasanya tiada hari tanpa memikirkan Liam. Bukan berarti Grace sudah terlalu menyukai Liam, akan tetapi ia justru mengkhawatirkan hidupnya akan bagaimana dengan Liam. Sebenarnya ia memang belum siap untuk menjalani rumah tangga dengan siapa pun. Namun, Ibunya tidak akan mengerti apapun yang dirasakan oleh dirinya. Sesampainya di rumah, mereka segera mulai membawa barang-barang yang sudah dibeli. Akan tetapi saat Grace hendak membawanya, Liam tidak mengizinkannya.“Jangan dibawa, Grace.”“Lalu bagaimana semuanya sampai di dalam rumah?”“Nanti pengawal yang akan menaruh di dalam. Bawa yang kamu perlukan saja.”Akhirnnya Gr
Grace sudah sarapan lebih pagi, meski ia ke rumah sakit pada pukul 07.00, alhasil selama dari pukul 04.30 ia hanya sibuk membaca materi karena masa magangnya tidak lama lagi akan berakhir, artinya ia akan mengalami ujian magangnya.Harinya sama seperti biasanya saja, tidak ada yang berbeda. Akan tetapi, hari ini Grace pulang magang lebih cepat sekali dari biasanya, yakni pada sore hari. Ia terlalu sering pulang saat malam hari, padahal masih dalam proses magang.“Aku hari ini pulang lebih cepat, aku pulang naik angkutan umum, tidak perlu dijemput,” ucap Grace di dalam panggilan pada Liam. Ia menghindari masalah dengan mengatakan kepulangannya ke rumah pada Liam.[“Naiklah taksi.”]“Tidak perlu, Liam.”Panggilan itu berakhir, Grace enggan naik taksi seperti yang disarankan oleh Liam. Entah mengapa meskipun Liam terkadang memperlakukan Grace dengan kasar, ia tidak pernah ketinggalan menjemput Grace dan tidak pernah membiarka
Grace terkejut ada Liam di sana, dengan paha ayam terakhir yang ada di mulutnya.“Itu yang kamu bilang tidak lapar?”“Ini karena dipaksa.”“Cepatlah selesaikan, setelah ini pulang.”Tanpa kata apa pun, Grace tetap menghabiskan makanan tersebut. setelahnya ia juga membersihkan dan membereskan benda di atas meja tersebut.“Besar juga kantormu,” celetuk Grace saat mulai berjalan menuju lift untuk menuju lantai bawah.“Bukankah kamu pernah ke mari?”“Tidak pernah, ini baru pertama kali.”“Sekarang mereka melihatmu dengan penampilan seperti ini,” ucap Liam ketika mereka hanya berdua saja di dalam lift.“Tapi aku tidak pakai yang aneh kok.”“Menurut mereka aneh.”“Letak anehnya di mana?”Liam hanya mengangkat kedua bahunya saja. Ia mengatakannya aneh namun tidak menjelaskannya.“Aku tahu.”“Apa yang kamu tahu?”“Tadi sempat dengar mereka
Ruang operasi sudah disiapkan, beberapa perawat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Grace tiba di sana dengan sedikit terengah-engah karena dirinya memang berlari agar cepat sampai. “Grace bersiaplah, segera menyusul ke dalam ya. Enggak usah mikir hal lain. nanti lagi dibicarakan.” Seolah tahu apa yang sedang Grace pikirkan, seniornya pun memerintahkan Grace segera bersiap dan fokus pada operasi yang akan mereka lakukan. Grace memang masih dalam fase magang, namun ia cukup piawai dalam berbagai hal untuk menangasi pasien, termasuk kali ini ia diajak bergabung dalam operasi kecil. Entah operasi besar atau kecil tetap saja keduanya dinamakan operasi dan memiliki resiko. Proses operasi memakan waktu selama 1 jam lamanya dikarenakan operasi kecil namun juga beresiko karena pasien sudah memasuki usia lanjut. Selesai operasi Grace melihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 02.30 dini hari. “Grace terima kasih banyak ya, maaf kalau merepotkan.”
Masa magang Grace sudah selesai, kini ia disibukkan dengan laporan akhir sekaligus penyusuanan skripsi yang juga hampir selesai.Usai laporan akhir, setelahnya Grace juga akan wisuda. Namun, untuk menjadi dokter tentu prosesnya tidak akan semudah itu. Ia perlu meraih pendidikan setelah meraih sarjana kedokteran. Memang banyak sekali prosesnya. Yang Grace pikirkan, ia juga bingung apakah Liam akan tetap menyekolahkannya sampai ia benar-benar menjadi seorang dokter, atau hanya sebatas ini saja.Ingin sekali Grace mempertanyakan hal tersebut pada Liam, namun teramat sulit dan takut sekali jika menanyakan hal tersenyum Liam akan marah. Meski Grace terlihat sangat tegas, ia juga memiliki sisi penakut jika sudah berhadapan dengan Liam.Bukan berarti tidak berani melawan, akan tetapi jika Liam marah dan Grace melakukan kesalahan yang sakit bukan hanya hatinya saja, tetapi juga fisiknya akan sangat mengalami kesakitan. Secara, Liam itu sangatlah kasar, dan dapat dikatakan tidak berperasaan me
Hari ini sebenarnya hari yang sangat enggan dilalui oleh Grace, padahal seharusnya ia berbahagia menyambut wisudanya.Pagi sekali dengan bermalas-malasan ia pun tetap bersiap-siap juga. Liam mengetahui Grace akan wisuda hari ini, namun Grace tidak juga menginginkan Liam untuk hadir di sana.“Ibumu datang?” tiba-tiba saja Liam bersuara seraya memainkan ponsel di tangannya.“Tidak akan.”“Tidak kamu beri tahu?”“Sudah. Percuma saja, tidak akan datang. Kamu tidak akan mengantarkanku bukan?”Liam mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cuek dan memang tidak pernah merasa bersalah.“Pergilah dengan sopir, jangan berharap ada yang hadir di wisudamu kalau begitu.”“Aku tidak pernah menginginkan siapa pun hadir saat wisudaku. Cukup aku dan diriku sendiri.”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Grace bergegas untuk pergi ke kampusnya sebelum jalanan padat merayap. Saat itu ia mengenakan pakaian super sim
Pukul 19.00 tepat 15 menit sebelum pergi menemui Ayahnya Liam. Sebelumnya Liam hanya mengantarkan Grace ke rumah saja, tidak dengannya. Sesampainya Liam di rumah, ia segera menyuruh Grace untuk segera bersiap-siap, ia pun bergegas ke kamar mandi.“Bersiaplah, sebentar lagi pergi.”“Kamu saja baru sampai,” ucap Grace yang masih bersantai duduk di atas tempat tidur.“Jangan banyak protes, lakukan saja perintahku.” Setelahnya Liam pun masuk ke kamar mandi, meninggalkan Grace untuk segera bersiap-siap.“Heran ini orang apa enggak ada capeknya sih!” Grace menggerutu sendiri. Tidak lama kemudian Liam juga siap dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk yang menutupi dari mulai pinggang sampai atas lututnya saja. Jelas saja tubuh bagian atasnya sangat terlihat jelas sekali. Sontak hal tersebut membuat Grace sedikit tertegun, jarang-jarang ia melihat Liam seperti itu, ada rasa takut dan juga bingung harus berbuat apa. “Biasa saja melihatnya, tidak perlu berlebihan.” “Siapa juga yang
Grace masih termenung di depan pintu mobil yang sudah terbuka, namun ia masih enggan masuk karena merasa ingin protes dengan Ayahnya Liam.“Aku enggak mau pulang!” “Lalu, mau tidur dengan Ayahku?” tanya Liam dengan nada seolah merendahkan Grace. Tidak ada jawaban apa-apa dari Grace ia hanya memandangi sekelilingnya. “Cepatlah masuk!” Masih juga Grace termenung, ia takut melihat arah Liam. Rasanya lebih menakutkan dari sebelumnya. “Aku tidak akan melakukannya, mungkin,” ucap Liam tanpa melihat Grace sedikit pun. Ucapan Liam semakin membuat Grace ketakutan jika hal yang diinginkan oleh Ayahnya Liam itu terjadi. wajar Grace sangat terlihat kesal sekali, Liam pun menyadari hal tersebut.“Cepat masuk! Berdiri di sana saat malam seperti gadis yang menyedihkan.” Akhirnya Grace pun masuk ke dalam mobil Liam. Bruk! Pintu mobil tersebut ditutup dengan sangat kencang. “Memang tidak ada yang waras antara kamu dan Ayahmu,” ucap Grace yang masih sangat kesal. “Dan Ibumu juga,” tambah Liam