Share

Pria aneh

Setelah kepergian mas Arman ku paksakan diriku untuk mandi sekedar membersihkan badanku, aku tak mau memanjakan rasa sakit yang tengah bersarang di tubuhku karena jika dimanjakan sakit yang biasa saja bisa menjadi penyakit sebenarnya.

Rasanya badanku sedikit ringan usai dibersihkan, kepalaku yang tadinya pusing sudah mulai membaik dan mataku yang tadinya berat pun sudah kembali normal. Hanya saja badanku masih terasa sedikit nyeri, mungkin akibat aktivitas semalam. Aku belum pernah melakukan hubungan layaknya suami-istri dengan mas Arman bisa jadi nyeri yang tengah ku rasakan merupakan bentuk ketidaksiapan dari tubuh.

Suara deru mas Arman sudah terdengar, terlihat beberapa cemilan dan dua bungkusan yang ditentengnya dalam plastik. Kutebak isi dalam bungkusan tersebut adalah nasi kuning, aromanya begitu khas dan sangat kukenal.

"Cepat sarapan dulu," ucapnya sambil berjalan ke ruang makan aku hanya mengikutinya dari belakang.

Sebelum menyantap sarapan aku mencuci tangan terlebih dahulu karena aku berniat makan tanpa menggunakan sendok, jujur makan langsung dengan tangan lebih nikmat daripada menggunakan sendok.

Dan benar saja saat ku buka bungkusan itu, aroma khas santan dan kunyit begitu menggoda warnanya sangat cantik, ditambah ayam kecap yang potongannya besar, mie goreng beserta beberapa sayuran juga sambal membuat keserasian yang sangat pas, membuat lidahku tak sabar untuk menikmatinya.

Mas Arman hanya menatapku aneh, tangan kanannya memegang sendok dahinya mengernyit mungkin dia ilfil melihat cara makanku.

Matanya melirik sendok di tangannya dan juga tangannku yang lihai menyuapkan nasi dan lauk dalam mulutku.

"Memangnya enak makan pakai tangan gitu?" tanyanya.

Aku hanya menaikkan alisku, sebagai petanda ya. Seolah tak percaya dia pergi ke belakang dan terdengar suara gemericik air mungkin ia sedang mencuci tangannya untuk menyudahi sarapannya.

"Ada yang jijik nih sama cara makanku, biarin deh bagus malah." gumamku pada diri sendiri.

Namun dugaan ku ternyata salah karena dia kembali ke meja makan dan kembali melanjutkan sarapannya tapi kali ini dia tidak menggunakan sendok melainkan makan menggunakan tangannya.

Kepalanya terangguk-angguk saat suapan demi suapan memasuki mulutnya, pertanda dia sangat menikmati sarapan paginya.

"Enak juga ya," ucapnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya, kenapa matamu bengkak begitu?"

"Gak papa," balasku kemudian berlalu membuang bungkusan nasi dan mencuci tanganku.

Ku lihat wajahnya santai-santai saja tidak merasa bersalah sedikitpun tentang perbuatannya. 

"Saya pergi dulu keluar sekalian jemput Kayla," Ucapnya usai sarapan dan berganti pakaian.

"Ya,"

*****

Setelah kepergian mas Arman membuatku ingin pergi ke halaman sekedar menghirup udara segar. Sinar matahari pagi yang cerah dan tak menyilaukan mata menghangatkan hati yang tengah membeku. Kutarik napas ku perlahan sambil memejamkan mata, dan ku hembuskan dengan perlahan pula, rasa sesak di dada seakan longgar hingga membuat tubuhku jauh lebih ringan.

Ku duduki kursi putih panjang di teras rumah yang berhadapan langsung dengan taman kecil rumah mas Arman, kemudian merogoh saku gamis ku dan mengeluarkan benda pipih yang di juluki smartphone itu, ku usap layarnya dan mencari nomor telepon Mama kemudian mengobrol sebentar untuk mengobati rindu setelah beberapa hari ini tak jumpa.

Suara khas Mama dan Papa serta ucapan mereka memberikan ketenangan tersendiri bagi hati ini, aku rindu akan pelukan hangat mereka dan juga candaan dari mereka berdua. 

Tak terasa pelupuk mataku menghangat dan menciptakan genangan air di sana, namun bibirku melengkung. Ini bukanlah air mata penderitaan melainkan ini adalah air mata kerinduan sekaligus bahagia mendengar suara dari orang yang paling ku sayangi, Mama dan Papa meminta untuk video call tapi ku tolak dengan alasan aku sedang menggunakan earphone bukannya aku tak mau melihat wajah mereka hanya saja aku tak mau mereka mendapati mataku yang tengah bengkak dan sembab ini.

****

Setelah obrolan ku dan Mama, Papa selesai kuputuskan untuk kembali masuk ke rumah memang sakit di kepala dan badanku telah hilang, tapi entah kenapa tiba-tiba kantuk datang menyerang.

Saat badanku mulai bangkit dan berdiri, mata ini menangkap sesosok pria dengan masker hitam dan pakaian serba hitam tengah memperhatikanku dari dalam mobil yang kebetulan jendelanya terbuka sedikit. Namun saat pandangan kami bertemu dia langsung menutup jendelanya dan langsung tancap gas kemudian hilang dari pandangan dalam sekejap.

Jantungku berdebar kencang seketika dengan setengah berlari aku kembali ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu, semua jendela ku pastikan tertutup semua tak lupa juga dengan gordennya. 

"Siapa laki-laki tadi kenapa gerak geriknya mencurigakan begitu?"

"Kenapa dia seperti sedang mengawasi ku?"

"Apakah dia berniatt jahat, atau dia orang suruhan Nita untuk mencelakai ku?" 

Pertanyaan demi pertanyaan ku lontarkan pada diriku sendiri tak aku tau satupun apa jawabannya. Rasa takut, panik, penasaran semuanya bagai ter aduk jadi satu.

Ku coba menghubungi mas Arman untuk memintanya agar cepat pulang, tapi tak ada satupun telepon dariku yang dia angkat.

"Aaah kenapa dia tidak bisa di hubungi dalam keadaan seperti ini," sentak ku dengan sangat kesal.

Panik, takut, was-was tengah menyelimuti kalbu ingin minta tolong pada tetangga terdekat, namun tidak ada satupun yang ku kenali jarak rumah di perumahan ini pun tidak dekat karena perumahan elit disini difasilitasi dengan halaman dan taman yang lumayan luas.

Ku sibakkan sedikit gorden jendela dan mengintip keadaan di luar melawan rasa takut sekaligus penasaran siapa sebenarnya orang yang berpenampilan serba hitam itu?

Dan...... di luar sana ada sebuah mobil yang warnanya juga hitam tapi bukan di depan jalan rumah ini, posisi mobil hitam itu berada di rumah tetangga depan. Tapi ada yang menurutku janggal, ya aku sangat yakin rumah di depan itu adalah rumah yang sedang kosong kata mas Arman pemilik dari rumah itu sedang keluar kota karena sedang ada pekerjaan.

Apakah pemilik rumah itu sudah kembali? tapi buat apa dia mengawasi ku dengan gelagat yang mencurigakan seperti itu? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status