Setelah kepergian mas Arman ku paksakan diriku untuk mandi sekedar membersihkan badanku, aku tak mau memanjakan rasa sakit yang tengah bersarang di tubuhku karena jika dimanjakan sakit yang biasa saja bisa menjadi penyakit sebenarnya.
Rasanya badanku sedikit ringan usai dibersihkan, kepalaku yang tadinya pusing sudah mulai membaik dan mataku yang tadinya berat pun sudah kembali normal. Hanya saja badanku masih terasa sedikit nyeri, mungkin akibat aktivitas semalam. Aku belum pernah melakukan hubungan layaknya suami-istri dengan mas Arman bisa jadi nyeri yang tengah ku rasakan merupakan bentuk ketidaksiapan dari tubuh.
Suara deru mas Arman sudah terdengar, terlihat beberapa cemilan dan dua bungkusan yang ditentengnya dalam plastik. Kutebak isi dalam bungkusan tersebut adalah nasi kuning, aromanya begitu khas dan sangat kukenal.
"Cepat sarapan dulu," ucapnya sambil berjalan ke ruang makan aku hanya mengikutinya dari belakang.
Sebelum menyantap sarapan aku mencuci tangan terlebih dahulu karena aku berniat makan tanpa menggunakan sendok, jujur makan langsung dengan tangan lebih nikmat daripada menggunakan sendok.
Dan benar saja saat ku buka bungkusan itu, aroma khas santan dan kunyit begitu menggoda warnanya sangat cantik, ditambah ayam kecap yang potongannya besar, mie goreng beserta beberapa sayuran juga sambal membuat keserasian yang sangat pas, membuat lidahku tak sabar untuk menikmatinya.
Mas Arman hanya menatapku aneh, tangan kanannya memegang sendok dahinya mengernyit mungkin dia ilfil melihat cara makanku.
Matanya melirik sendok di tangannya dan juga tangannku yang lihai menyuapkan nasi dan lauk dalam mulutku.
"Memangnya enak makan pakai tangan gitu?" tanyanya.
Aku hanya menaikkan alisku, sebagai petanda ya. Seolah tak percaya dia pergi ke belakang dan terdengar suara gemericik air mungkin ia sedang mencuci tangannya untuk menyudahi sarapannya.
"Ada yang jijik nih sama cara makanku, biarin deh bagus malah." gumamku pada diri sendiri.
Namun dugaan ku ternyata salah karena dia kembali ke meja makan dan kembali melanjutkan sarapannya tapi kali ini dia tidak menggunakan sendok melainkan makan menggunakan tangannya.
Kepalanya terangguk-angguk saat suapan demi suapan memasuki mulutnya, pertanda dia sangat menikmati sarapan paginya.
"Enak juga ya," ucapnya.
"Kamu belum jawab pertanyaan saya, kenapa matamu bengkak begitu?"
"Gak papa," balasku kemudian berlalu membuang bungkusan nasi dan mencuci tanganku.
Ku lihat wajahnya santai-santai saja tidak merasa bersalah sedikitpun tentang perbuatannya.
"Saya pergi dulu keluar sekalian jemput Kayla," Ucapnya usai sarapan dan berganti pakaian.
"Ya,"
*****
Setelah kepergian mas Arman membuatku ingin pergi ke halaman sekedar menghirup udara segar. Sinar matahari pagi yang cerah dan tak menyilaukan mata menghangatkan hati yang tengah membeku. Kutarik napas ku perlahan sambil memejamkan mata, dan ku hembuskan dengan perlahan pula, rasa sesak di dada seakan longgar hingga membuat tubuhku jauh lebih ringan.
Ku duduki kursi putih panjang di teras rumah yang berhadapan langsung dengan taman kecil rumah mas Arman, kemudian merogoh saku gamis ku dan mengeluarkan benda pipih yang di juluki smartphone itu, ku usap layarnya dan mencari nomor telepon Mama kemudian mengobrol sebentar untuk mengobati rindu setelah beberapa hari ini tak jumpa.
Suara khas Mama dan Papa serta ucapan mereka memberikan ketenangan tersendiri bagi hati ini, aku rindu akan pelukan hangat mereka dan juga candaan dari mereka berdua.
Tak terasa pelupuk mataku menghangat dan menciptakan genangan air di sana, namun bibirku melengkung. Ini bukanlah air mata penderitaan melainkan ini adalah air mata kerinduan sekaligus bahagia mendengar suara dari orang yang paling ku sayangi, Mama dan Papa meminta untuk video call tapi ku tolak dengan alasan aku sedang menggunakan earphone bukannya aku tak mau melihat wajah mereka hanya saja aku tak mau mereka mendapati mataku yang tengah bengkak dan sembab ini.
****
Setelah obrolan ku dan Mama, Papa selesai kuputuskan untuk kembali masuk ke rumah memang sakit di kepala dan badanku telah hilang, tapi entah kenapa tiba-tiba kantuk datang menyerang.
Saat badanku mulai bangkit dan berdiri, mata ini menangkap sesosok pria dengan masker hitam dan pakaian serba hitam tengah memperhatikanku dari dalam mobil yang kebetulan jendelanya terbuka sedikit. Namun saat pandangan kami bertemu dia langsung menutup jendelanya dan langsung tancap gas kemudian hilang dari pandangan dalam sekejap.
Jantungku berdebar kencang seketika dengan setengah berlari aku kembali ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu, semua jendela ku pastikan tertutup semua tak lupa juga dengan gordennya.
"Siapa laki-laki tadi kenapa gerak geriknya mencurigakan begitu?"
"Kenapa dia seperti sedang mengawasi ku?"
"Apakah dia berniatt jahat, atau dia orang suruhan Nita untuk mencelakai ku?"
Pertanyaan demi pertanyaan ku lontarkan pada diriku sendiri tak aku tau satupun apa jawabannya. Rasa takut, panik, penasaran semuanya bagai ter aduk jadi satu.
Ku coba menghubungi mas Arman untuk memintanya agar cepat pulang, tapi tak ada satupun telepon dariku yang dia angkat.
"Aaah kenapa dia tidak bisa di hubungi dalam keadaan seperti ini," sentak ku dengan sangat kesal.
Panik, takut, was-was tengah menyelimuti kalbu ingin minta tolong pada tetangga terdekat, namun tidak ada satupun yang ku kenali jarak rumah di perumahan ini pun tidak dekat karena perumahan elit disini difasilitasi dengan halaman dan taman yang lumayan luas.
Ku sibakkan sedikit gorden jendela dan mengintip keadaan di luar melawan rasa takut sekaligus penasaran siapa sebenarnya orang yang berpenampilan serba hitam itu?
Dan...... di luar sana ada sebuah mobil yang warnanya juga hitam tapi bukan di depan jalan rumah ini, posisi mobil hitam itu berada di rumah tetangga depan. Tapi ada yang menurutku janggal, ya aku sangat yakin rumah di depan itu adalah rumah yang sedang kosong kata mas Arman pemilik dari rumah itu sedang keluar kota karena sedang ada pekerjaan.
Apakah pemilik rumah itu sudah kembali? tapi buat apa dia mengawasi ku dengan gelagat yang mencurigakan seperti itu?
"Mas bantuin dong, barang kamu banyak banget loh berat lagi," ucap Anisa sambil mengangkat karton yang lumayan berat berisi barang barang Arman.Arman memutar bola matanya dengan malas dan tidak menanggapi atau membantu Anisa."Mas bisa gak bantuin saya, ini juga kan semuanya barang barang kamu," kata Anisa lagi dengan suara yang sedikit lantang.Arman menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Anisa."Kamu bisa diam gak sih, berisik banget heran saya angkat semuanya sendiri gak usah manja," sergah Arman, kemudian laki laki itu pergi ke kamarnya."Tapi kan Mas....""Nggak ada tapi tapian, saya mau mandi jangan berisik!"Memang keterlaluan pria itu, memberikan sedikit bantuan pada istrinya sangat berat di lakukan padahal itu semua adalah barang barang miliknya. Sebagai pria sejati yang baik seharusnya dia tidak melakukan itu, apalagi usia pernikahan mereka baru memasuki bulan pertama.'Apa yang harus ku lakukan untuk memberimu pelajaran mas, supaya kamu tuh tau aku istri bukan ba
"Bapak mau ngembaliin fasilitas saya dan Nita Pak? terimakasih banyak Bapak memang bos yang paling terbaik deh, saya janji tidak akan mengecewakan Pak bos," ucap Arman dengan girang bahkan dia mencium punggung tangan Faisal.'Dasar penjilat memangnya kau pikir aku orang bodoh? menjijikkan' batin Faisal dalam hati, sebenarnya dia sangat jijik dengan apa yang dilakukan Arman."Eits jangan girang dulu pak Arman, saya akan memberimu kendaraan yang tentunya cocok denganmu, ini kuncinya semoga kamu suka ya," balas Faisal sambil tersenyum dan memberikan sebuah kunci motor pada Arman."Kalau begitu saya pamit. Ingat ya besok pagi-pagi kalian langsung menuju ruangan cleaning servis!' lanjutnya.Arman dan Nita menatap nanar kunci motor yang kini tengah berada di telapak tangan mantan manajer itu. Apalagi saat mata mereka menatap sebuah motor matic keluaran lama terparkir dengan manis di hadapan keduanya. Meskipun kondisi mesin dan body motor itu masih sangat mulus, tapi menurut mereka motor itu
POV Rayhan.Hari itu aku mendapat tugas dari klien untuk menyelidiki suami dari putrinya. Awalnya aku menolak bagi bagiku orang tuanya terlalu protektif terhadap putri semata wayangnya itu. "Maaf Pak tapi apakah ini terlalu berlebihan dan mengganggu privasi anak bapak?" tanyaku pada klienku."Justru ini untuk kebaikan anak saya, karena keadaannya berbeda dari yang lain saya curiga anak saya menikah karena dipaksa sehingga dia tidak menghubungi saya dan ibunya ketika menikah," jawab bapak itu.Aku paham setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka, apalagi jika itu anak satu-satunya. Bisa dibayangkan sehancur apa hati para orang tua jika mendapati anaknya di sia siakan, tapi menurutku ini terlalu berlebihan toh mereka sudah dewasa dan dapat memutuskan yang terbaik untuk masa depan mereka sendiri."Saya dengar kamu adalah pengacara muda tapi sangat profesional, dan saya bersedia bayar berapapun yang kamu minta asal tolong selidiki tentang putri saya," kata bapak itu
Ini pasti karena kamu nikah sama Anisa makanya rencana kita terbongkar, wanita itu memang pembawa sial Mas!" ucap Nita menambah emosi Arman kian memuncak."Aarrgh.... Anisa lagi Anisa terus, aku pusing Nita!""Kenyataannya memang begitu kan sejak Anisa masuk dalam kehidupanku kamu, kesialan terus menimpa kita," ucap Nita."Kamu juga kenapa pake bawa bawa namaku sih, kan aku juga kena batunya," Bukannya membujuk Arman agar tidak bertambah emosi, Nita justru membuat suasana hati Arman bertambah panas."Keluar kamu bikin saya tambah stres saja pergi kamu!" usir Arman pada Nita. lantas saja wanita itu keluar dari ruangan arman sambil mencebikkan bibirnya dan menghentak hentakan kakinya.Sungguh hari yang sangat memalukan bagi Arman dan Nita. Bagaimana tidak malu beberapa menit yang lalu kedok mereka berdua terbongkar di hadapan para staf."Apa apaan ini kamu mau bikin perusahaan ini bangkrut hah!" bentak pak Faisal pada Arman yang tadinya sangat percaya diri tingkat dewa.Wajahnya panas
"Bagaimana sayang kalau jika laporan ini di setujui oleh pak Faisal kita akan semakin kaya, aku bakal belikan apa saja yang kamu inginkan," ucap Arman pada Nita sambil memegang map berwarna biru."Kalau gitu nanti kita check-in hotel yuk, aku kangen....." balas Nita dengan manjanya sambil memainkan rambutnya dan tersenyum nakal, tentu saja sebagai pria normal gestur tubuh Nita membuat Arman menjadi panas dingin."Hmmm ya udah di sini aja kalau kangen," balas Arman."Nggak mau nanti ada yang lihat bisa berabe kita," "Makanya dulu dulu kamu sok jual mahal, sekarang malah ketagihan minta duluan," ujar Arman.h dong takutnya kami ninggalin aku padahal udah dapet enaknya," balas Nita dengan bibirnya agak di monyongin.Bibir seksi Nita yang di monyong kan pemiliknya, sontak membuat Arman semakin tidak tahan dan memagut bibir seksi sekertaris nya itu dengan ganas dan terjadilah pergulatan bibir antara Arman dan Nita.****"Halo assalamualaikum Om," sapa Anisa pada on Faisal melalui sambunga
"Kamu masih ingat dengan Desi?" tanyanya"Hmm ingat dia kan temanku masa SMA, dan dia juga teman sekelas ku bahkan kami dulu semeja," "Jadi begini mbak Anisa Desi itu adalah mantan istri suami mbak," ucap Rayhan berhasil membuat ku terkejut hingga hp di tanganku terjatuh."A-apa maksudmu? Desi ibu kandungnya kayla?" tanyaku sambil terbata-bata."Iya benar,"Desi Indarwati adalah teman sekolah sekaligus salah satu sahabat terbaik yang pernah ku miliki, Desi adalah sosok yang periang dia yang selalu menghiburku di saat-saat aku sedih karena di tinggal Mama dan Papa ke luar kota.Kenyataan yang tak pernah terpikirkan oleh diriku sedikit pun jika sahabat baikku pernah menjadi pasangan hidup suamiku. Sayangnya nasibnya tidak beruntung, mungkin selama menjadi istri mas Arman Desi mengalami penderitaan hingga akhir hayatnya.Yang ku ketahui Desi adalah anak yatim piatu sedari kecil dia tinggal bersama nenek dan bibinya."Dari mana kamu bisa tau jika Desi dulunya istri masa Arman," tanyaku p