Home / Romansa / Aku Istri Kekasih Sahabatku / Bab 7. Menemani Utami

Share

Bab 7. Menemani Utami

Author: YOZA GUSRI
last update Last Updated: 2022-09-06 16:57:48

Detik jam terus berputar, bulan telah bersembunyi dibalik bumi. Matahari tanpa malu memperlihatkan cahaya. Kini aku dan Utami sedang berada di Mall. Sebenarnya aku sudah sedikit lelah, dari tadi keliling-keliling mencari baju, tetapi Utami belum juga menjatuhkan pilihan.

Aku sudah tahu sejak awal, resiko menemani Utami belanja adalah begini, sangat jarang cepat pulang. Dia biasa mencari baju berjam-jam. Memasuki toko yang sama sampai dua tiga kali, lalu keluar lagi tanpa menjatuhkan pilihan ke satu pun baju.

Lelahnya kaki, tidak membuat bibir mengeluh. Takut Utami akan menganggap, aku tidak ikhlas menemani. Padahal, aku sungguh ikhlas. Tetapi harusnya dia mengerti jika orang yang menemaninya juga butuh mengistrahatkan kaki.

“Del, ini bagus nggak?” tanya Utami, sambil memegang baju.

“Bagus!” ujarku sambil tersenyum.

“Kayaknya nggak, deh. Aku sudah punya baju yang mirip dengan baju ini.” Utami berkata lalu menaruh baju di tangannya ke tempat asalnya.

“Kalau gitu kita cari di tempat lain saja, siapa tahu nanti ada yang cocok.” ujarku sambil tersenyum.

“Jangan dulu, aku masih mau cari  di sini.” Utami berucap sambil melihat-lihat baju.

Aku sudah ingin pulang. Kami berada di sini telah lebih dari tiga jam. Padahal ada tiga baju yang akan dia beli. Kalau begini ceritanya, kami akan pulang jam berapa? Aku tidak mungkin pulang malam. Kalau Aksa mencariku bagaimana? Aduh pikiranku, kenapa harus memikirkan Aksa. Mustahil kalau dia mencariku.

“Utami, yuk kita makan dulu. Aku sudah lapar. Sebenarnya dari tadi aku belum makan,” ujarku berbisik pada Utami. Di sekitar kami ada orang, takut ada yang mendengar.

“Ya ampun. Kamu sudah lapar, Del. Kenapa tidak bicara dari tadi? Kita makan dulu, cari baju dilanjutkan nati saja.” Setelah berkata, Utami langsung menarik tanganku. Kami lalu keluar dari toko baju.

Langkah kaki menuju lantai lima Mall. Aku mengikuti Utami. Sepanjang jalan dia masih membahas tentang baju yang ingin dibeli. Aku hanya menyimak tanpa memberi masukan. Sebab gaya berpakaian Utami dan aku sangat berbeda.

Aku sudah beberapa kali menegurnya untuk tidak berpakaian terbuka. Tetapi soal hati, tidak ada yang tahu. Mungkin Allah belum mengetuk hatinya, aku hanya bisa mendoakan.

Aku dan Utami sudah duduk di kursi. Di meja tersedia daftar menu. Utami membaca dan aku hanya memperhatikan.

“Del, kamu mau makan apa?” tanya Utami sambil mata melihat daftar menu.

Aku diam, bingung akan memilih menu yang mana. Tempat makan yang dipilih Utami sangat mahal. Aku pikir tadi Utami ingin makan di luar Mall. Uang yang ada di dompetku tidak cukup untuk membayar makanan semahal ini.

“Pilih saja makanan mana yang kamu mau, aku yang akan bayar,” ujar Utami sambil tersenyum.

“Nggak usah, aku nggak enak kalau kamu bayarin aku,” tuturku sambil  mengambil daftar menu.

“Apa sih, Del! Kita kayak baru kenal saja. Udah kamu nggak usah pilih. Aku tulis seperti pesananku.” Tangan Utami langsung bergerak menulis, “nasi ayam bakar dan minumnya es jeruk.” Lalu memencet bel yang ada di meja. Tidak lama kemudian seorang pelayan datang. Utami lalu memberikan kertas pada pelayan.

“Aku ulang baca ya, Mba. Dua nasi ayam bakar dan es jeruk,” ujar pelayan.

“Iya, Mba,” ucap Utami.

“Mohon di tunggu sebentar ya.” Pelayan kembali berkata. Dia lalu menundukan kepala pertanda hormat,  sebelum melangkah meninggalkan meja kami.

“Harusnya kamu tidak usah bayarin aku, Utami. Aku masih punya uang kok,” tuturku sambil melipat tangan di atas meja.

“Aku yang meminta tolong ke kamu. Jadi wajar kalau semua biaya makan aku yang bayar. Masa iya, kamu udah capek tenaga, uang kamu juga habis gara-gara temani aku.”

Aku langsung menarik napas. “Terserah kamu saja deh. Aku mengikut,” ujarku dengan wajah tanpa senyum.

Tak lama kemudian, makanan yang dipesan oleh Utami datang. Dia sangat girang. Memang inilah Utami, perempuan yang selalu tanpak bahagia. Dia lalu memasukan makanan ke dalam mulut. Aku masih menatapnya. Kalau dia tahu, jika aku sudah menikah dengan Aksa, apa dia masih seceria ini? Perempuan yang telah lama dianggap sebagai sahabat, tenyata menusuknya dari belakang.

“Del, kenapa nggak dimakan?” tanya Utami dengan mulut masih dipenuhi makanan. Dia berkata dengan kalimat yang kurang jelas.

Aku langsung menarik piring agar tepat berada dihadapan. “Aku makan kok. Ini mau makan.” Tangan mulai memasukan makanan ke dalam mulut. Bibir lalu diam, ingin menikmati hidangan yang sangat mahal ini.

Kalau bukan karena Utami, aku mungkin tidak akan pernah makan makanan yang seperti ini. Jika harus mengikuti selera Utami, kami akan makan di tempat-tempat elit dengan menu yang mahal, dan sudah pasti bukan aku yang akan bayar. Tetapi kadang Utami mengerti, jika aku ingin makan diemperan jalan. Tidak enak hati, jika dia terus mentraktir.

“Del, semalam aku kaget. Aksa minta aku temani dia di apartemen,” ujar Utami sambil melihatku dengan wajah yang tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 182. Penyesalan Tak Berujung (Pov Aksa)

    *** "Ternyata hidup selucu ini. Aku tidak pernah menyangka jika Juna akan menikah dengan Utami. Sungguh kejutan, bukan."A ku tersenyum dan berkata lirih dalam mobil. Saat ini aku sedang mengendara menuju restoran milikku. Aku baru saja pulang dari acara pernikahan Juna dan Utami. Tadi mereka terlihat sangat bahagia. Syukurlah Utami sudah melupakanku. Aku senang Juna menikah dengan Utami. Walau bagaimanapun Utami perempuan baik. Dia layak mendapatkan lelaki yang juga baik. Aku rasa Utami pantas mendapatkan lelaki seperti Juna. Aku dan Juna sudah malam bersahabat. Aku tahu bagaimana dia. Yang tidak pantas itu, kalau Utami menikah dengan Rian. Bisa hancur dunia ini. Rian memang baik. Namun, terkadang tingkah konyol dan mulut beracunnya, membuat orang yang berhadapan dengannya kecewa. "Kamu sekarang dimana, Delisia? Sudah satu tahun aku mencarimu. Sudah setahun pula aku tidak mendengar kabarmu. Kamu baik-baik saja kan di sana?" Ketika mengingat Delisia, wajah pasti akan berubah send

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 181. Ucapan Selamat Dari Aksa (Pov Utami)

    Kamu dimana, Delisia. Harusnya kamu ada disampingku hari ini. Aku rindu kamu. Batinku berbicara. Pikiranku masih saja terfokus pada Delisia. Aku kini dihantui perasaan bersalah kepadanya. Aku tidak sepenuhnya merasa bahagia hari ini. Meskipun kini di depanku, seorang lelaki baik sudah memasang cincin di jari manisku. Tetapi ternyata tidak adanya Delisia membuat pernikahanku terasa sepi. Jika saja Delisia ada di sini, aku pasti sangat bahagia. Aku tidak mengundang Tari dan kawan-kawannya. Sedang malas saja menjawab ribuan pertanyaan yang sebenarnya tidak enak didengar telinga. Selama menjauhi Delisia dan berteman dengan Tari, aku tidak benar-benar senang. Bagaimana tidak, setiap saat aku harus mendengar Tari dan gengnya menjelek-jelekan orang. Benar kata Juna, perempuan baik yang layak dijadikan sahabat hanyalah tipe perempuan seperti Delisia. Dia, si perempuan yang tulus berteman denganku dan selalu menegur ketika aku melakukan sesuatu yang salah. "Selamat, Bro. Aku sebenarnya kec

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 180. Sah Menjadi Istri (Pov Utami)

    ***Hari ini, aku akan menjalani pernikahan. Bukan dengan Aksa, tetapi bersama Juna. Ahh, aku akhirnya menerima Juna setelah melihat perjuangannya selama setahun ini. Sebenarnya aku belum terlalu mencintainya, tetapi aku ingin membuka hati untuknya. Juna tidak ingin jika kami pacaran. Akhirnya keputusan ini lah yang aku ambil. Menikah dengannya! "Tam, kamu belum selesai di make-up?" Aku kembali mendengar suara mama. Sudah terhitung tiga kali mama masuk ke kamar ini hanya untuk menanyakan tentang kesiapan.Aku tak perlu menjawab. Mama pasti bisa melihat sendiri, apa aku sudah selesai dimake-up atau belum."Mba, tolong cepat-cepat ya. Acaranya tidak lama lagi akan di mulai," ujar mama pada MUA yang sedang memberi hiasan di atas kepalaku."Mama, jangan disuruh cepat-cepat. Nanti jadinya jelek." Aku berkata dengan suara manja. Mama pun keluar tanpa menggubris ucapanku. Iya sih, acaranya tidak lama lagi akan di mulai, tetapi aku tidak suka di suruh cepat-cepat. Takut hasilnya tidak memua

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 179. Cinta Diam Diam (Pov Utami)

    Keesokan harinya, ternyata Juna menepati perkataannya, dia datang lagi di rumahku. Namun sekarang, aku tidak lagi marah-marah seperti kemarin. Saat asisten rumah mengetuk pintu kamar dan memberitahu Juna ada di bawah, aku langsung keluar, turun dari lantai dua kamarku. Juna tersenyum. Tetapi aku tak membalas senyum itu. Aku rasa tidak perlu ramah padanya. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Juna dengan wajah yang ceria. "Apa saja yang kamu tahu tentang Delisia?" Aku pikir tidak penting menjawab pertanyaan Juna. Sekarang yang paling penting, aku harus tahu tentang Delisia. Juna pasti sudah mendengar semua ceritanya dari Aksa. "Dia perempuan baik. Banyak hal yang sudah dilakukan Delisia untuk menjaga perasaan kamu, Tam. Termasuk menghilang dari kehidupan kita semua. Sampai sekarang Aksa tidak tahu Delisia berada dimana. Kemarin Aksa juga tidak ikut wisuda karena pergi ke Rumah Delisia yang ada di kampung … Orang tua Delisia tidak mau memberitahu tempat tinggal Delisia sekarang.

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 178. Catatan Diary Delisia (Pov Utami)

    Setelah Juna hilang dari pandangan, mataku terfokus pada dua buku diary yang ada di atas meja. Tanganku pun mengambil. Ahh, aku tidak perlu membaca buku ini. Pasti isinya akan sangat menyakitkan untuk aku. Tetapi aku juga penasaran. Memangnya apa sih isinya, hingga Juna memaksaku untuk membacanya? Kalau tidak penting, Juna pasti tak akan membawanya ke sini. Aku pun mengambil. Lalu membawanya ke kamar. Setelah tiba di kamar, aku mengambil diary yang semua halaman dipenuhi tulisan. Aku membuka lembaran pertama. Hari ini seperti mimpi bagiku. Ya Allah, jika ini sebuah mimpi, segera bangunkan aku. Mimpi ini terlalu buruk. Aku tidak tahu jika lelaki yang dijodohkan denganku adalah Aksa, kekasih sahabatku. Bagaimana perasaan Utami jika tahu aku menikah dengan Aksa? Dia pasti akan sangat terluka. Aku tak tahu harus berkata apa padanya. Aku takut Utami membenciku. Di sahabatku satu-satunya. Aku tak ingin kehilangan Utami. Kalau Utami tahu tentang pernikahan ini, dia pasti akan sangat ma

  • Aku Istri Kekasih Sahabatku   Bab 177 Juna, Si Lelaki Aneh (Pov Utami)

    "Pulang! Kalau kamu datang ke sini yang untuk menceritakan mereka, membela mereka. Pulanglah! Aku tidak ingin mendengar cerita apapun tentang mereka. Sakit, Juna! ... Apa yang mereka perbuat sangat menyakitiku ... Kenapa selama ini Delisia tidak jujur padaku? Kenapa dia tidak cerita semua ke aku? Dan Aksa, dia selalu bersikap seolah tidak akrab dengan Delisia. Padahal kenyataannya, mereka sudah menikah ... Mereka menikah dan aku tidak tahu!" Aku histeris. Mungkin suaraku dapat di dengar oleh semua asisten di rumah ini. Aku tidak peduli. Mereka pasti sudah tahu jika aku sedang ada masalah. Setelah tadi Juna melepas pelukan, kini dia kembali membawaku dalam pelukannya. Aku terseduh seduh. Sebenarnya ada sedikit rasa tenang saat berada dalam pelukan Juna. Tetapi tidak mungkin aku katakan. Juna pasti akan besar kepala. Lumayan lama berada dalam pelukan Juna. Dia tidak lagi banyak bicara seperti tadi. Mungkin karena tidak ingin melihatku mengamuk lagi. Juna kini melepas pelukan dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status