“Kamu senang?” tanya Dhanis, sesaat setelah melepas pelukan erat Tiara.“Senang banget!! Aku kangen ih!” lucu sekali, hanya dengan Dhanis, Tiara bisa bersikap manja seperti ini. Biasanya Tiara akan bersikap garang dan menyebalkan.“Sudah – sudah, ada anak kecil, mesra – mesraannya nanti lagi!” tegur Pak Yuda, membuatku ikut tertawa mendengarnya. Ah, andaikan ada mas Essa di sini, pasti akan lebih seru. Eh kok aku malah keingetan mas Esaa?=================================Ting[Lagi di mana, Zah? Aku lihat story WA nya Tiara kalian lagi makan di luar?] sebuah pesan dari Mas Essa masuk ke dalam ponselku, aku yang sedang di toilet restoran memilih langsung menelponnya.“Ya, Zah, kamu di mana?”“Di Mall, sama Tiara, Mas Dhanis, Pak Yuda dan Ameera,”“SepupunyA Tiara yang kamu ceritain tempo hari?”“Hu’um,”“Kok enggak ngabarin aku, sih? aku kan mau juga ikutan hang out bareng kalian,” “Tadi dadakan, Mas, tau – tau Tiara jemput aku di RS, eh taunya mau diajakin nonton sama mereka, sekali
Aku tidak main – main dengan yang barusan ku katakan, jika hubunganku dengan Mas Damar memang benar – benar sudah selesai, walaupun rasaku belum usai, namun kupastikan ini hanyalah tinggal sisa – sisa saja. Karena bagian besarmya, sudah pergi bersama janinku yang keluar.“Mau apa kamu, Saf? Saya tidak rela kamu menangani Damar di dalam!” tanganku di cekal Adelya, tepat di saat aku akan memasuki ruangan Damar.=================================Aku terkejut dengan yang Adelya lakukan, bingung mengapa dirinya ada di sini? Bukankah seharusnya dia berada di kamar rawatnya untuk mempulihkan keadaannya setelah operasi pemasangan pen kemarin siang?Jika ingin mengikuti ego, tentu aku dengan senang hati mengikuti ucapan Adelya, untuk tidak ikut menangani mas Damar. Namun aku tidak bisa egis, aku sudah disumpah untuk menjalankan tugas apapun kondisinya dan siapapun yang membutuhkan pertolongan dariku. Tidak bisa pilih – pilih, lakukan apa yang ada didepan mata.“Maaf, Mbak, saya hanya menjalanka
“Saya sempat ikut terharu lho melihat kamu tadi, Saf, saya fikir, kamu wanita terkuat dan paling tulus yang pernah saya lihat, setelah ibu dan istriku tentunya,”“Benarkah? Bukan wanita terbodoh yang mau saja disakiti bertahun – tahun?” tanyaku menggodanya.“Kamu tidak bodoh, kamu hanya bucin stadium akhir,”“Astaga!” aku ikut tertawa bersama Dokter Fadly, sungguh, ini pertama kalinya aku melihat dirinya sesantai ini di rumah sakit, walaupun yang membuatnya tertawa adalah kebodohanku yang menurutnya sudah mendarah daging.=================================Aku masih tidak habis fikir, dari mana dokter Fadly bisa mengetahui masalah pribadiku, mungkinkah Tiara yang mengatakannya? tapi untuk apa? Atau untuk meminta ijin saat aku tidak masuk dinas beberapa hari kemarin? Nanti biar kutanyakan kepadanya saat bertemu, daripada aku penasaran.Tadi setelah aku selesai menemani dokter Fadly visit ke beberapa kamar rawat, juga melakukan biopi pada pasien usus buntu, akhirnya aku diperbolehkan un
Suster Anna membawaku menuju ruang rawat inap, di mana keluargaku sudah menunggu kedatanganku. Kulihat ibuku menangis, entah apa yang ditangisinya, nasibku ditinggal Safeea atau kondisiku yang cacat, aku tidak peduli, hidupku sudah hancur saat ini, terlebih kepergian dan keengganan Safeea untuk kembali kepadaku.“Mar, aku senang sekali akhirnya kamu sudah sadar,” suara itu, suara Adelya membuatku mengalihkan perhatian ke arah wanita yang duduk di kursi roda, dengan ayah mertuku dibelakangnya. Jadi kondisi Adelya juga separah ini?=================================“Pak Damar, saya permisi dulu, kalau butuh sesuatu tinggal pencet tombol ini, nanti akan ada perawat yang datang, saya permisi dulu,” tutur Suster Anna, setelah memastikan posisiku sudah nyaman di atas ranjang.Sepeninggal Suster Anna, keluargaku mulai mengerubungiku, bertanya basa – basi bagaimana kondisiku, padahal mereka bisa melihatnya sendiri, dan kuyakin, mereka sudah lebih dulu mengetahui keadaanku yang lumpuh. Aku ben
Haii pagiii.. maaf kemarin othor enggak up bab baru 🤭================Mas Essa merebut ponselnya, mengucapkan salam sebelum akhirnya mematikan panggilan video call, lalu menarikku ke dalam pelukannya.“Tidak ada yang berubah, Sayang, mereka tetap sayang sama kamu, apapun yang sudah terjadi,” ucapnya pelan, tanganya membelai rambutku begitu lembut.=================================Keberangkatanku ke Jawa Timur bersama Dokter Fadly dan rombongan berjalan lancar, kami tiba di lokasi sekitar pukul sebelas siang, miris dan mencekam adalah kesan pertama yang muncul saat aku menapaki kaki di sini. Gunung Semeru terletak di antara kabupaten Lumajang dan Kaupaten Malang, Jawa Timur. Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut. Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia.Akibat erupsi ini, dua kecam
Baru tiga langkah berjalan, tiba – tiba aku kembali mendengar langkah yang semakin mendekat.Aku terkejut bukan main, saat mendapati diriku direngkuh dari belakang, jujur saja kepanikan merajai diriku, teringat tiga peristiwa buruk mengenai percobaan pelecehan yang pernah kualami sebelumnya. Aku ingin berteriak, saat tiba – tiba aku melihat siapa orang yang memelukku dari belakang tersebut.=================================Aku melepaskan pelukan dengan perasaan kesal, bagaimana tidak, disaat diriku dilanda kepanikan, Tiara justru tertawa terbahak – bahak melihat kepanikanku. Kalau tidak mengingat dirinya adalah sahabatku, ingin rasanya aku lemparkan dia ke lahar panas Gunung Semeru, biar dia tau, gimana rasanya ketakutan.Mengacuhkan Tiara, kulanjutkan langkahku menuju barak peristirahatan, jujur saja, mataku sudah tidak dapat diajak kompromi, sejak berada di sini jadwal tidurku sangat tidak teratur, lebih berantakan dibandingkan ketika dinas jaga di Jakarta. Makanya, ketika ada wakt
Sebelum ke depan barisan, ku arahkan pandangan untuk mencari keberadaan Tiara, sejak bangun tidur aku sudah tidak melihatnya di sampingku, entah dia tidur di mana semalam, yang pasti kondisi tenda seperti itu tidak akan sanggup tubuhnya tolerir.Maklum, Tiara tidak pernah merasakan hidup susah sejak kecil, dirinya juga paling anti mengikuti kegiatan yang berbau pecinta alam, jadi bisa dipastikan dirinya belum pernah melakukan camping semacam ini.Mengikuti feeling, aku segera menghubunginya, mencari tau dirinya tidur di mana semalam. Hingga panggilan ke tiga, telponku belum juga di jawabnya, membuatku khawatir dengan keadaannya, karena semalam, aku langsung tertidur tanpa bercakap – cakap lagi denngan Tiara.=======================POV AuthorTiara kaget bukan kepalang, saat tanpa sengaja, dirinya mendengar langsung percakapan antara Om dan Sepupunya tersebut. Mereka berdua begitu serius, membicarakan peluang bagi Yuda, untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari sahabatnya, Safeea.Di
[Ku fikir kamu terluka sepertiku, Saf. Nyatanya kamu terlihat sangat bahagia, apa tidak ada sediktipun sisa perasaanmu untukku?]Degh.====================Aku segera menutup aplikasi instagrem dan mematikan ponselku. Berjalan cepat keluar tenda menuju barak kesehatan. Aku tidak boleh terpengaruh dengan pesan yang mas Damar kirimkan. Biarlah, kisah kami sudah selesai, tidak ada yang bisa kami perbaiki, hubungan ini terlanjur rusak sejak awal.Sebelum ke barak kesehatan, aku mencari keberadaan Tiara, aku perlu membicarakan sesuatu kepada dirinya. Berjalan mengelilingi lokasi pengungsian, aku menemukan Tiara sedang mengantri sarapan pagi di dapur umum. Segera kutarik lengannya, sehingga keluar dari antrian dan mengikuti langkahku.Kubawa Tiara ke lokasi yang lumayan sepi, agar aku dapat berbicara lebih leluasa dengannya. Kutanyakan peluangku untuk bercerai dengan mas Damar, seingatku, Tiara pernah mengatakan jika semua bukti yang kumiliki sudah cukup dan sangat kuat, akan bermanfaat un