"Apa maksudmu ayahnya Edo?" tanya nyonya Andin menatap tajam ke arah tuan Bram. "Loh, memangnya kenapa? Chelsea bukan lah orang lain di keluarga ini, tetapi Chelsea sudah menjadi istri dari putra kita, Ibu," ucap tuan Bram begitu sangat ingin mengakui Chelsea di depan keluarganya. "Aku benar-benar tidak habis pikir padamu, sarapan pagi ini membuat perutku tiba-tiba kenyang padahal belum ada satu suap pun yang ku masukkan kedalam mulut!" celetuk nyonya Andin bangkit dari tempat duduknya, lalu ia memalingkan wajah cetus nya. Tuan Bram menghembuskan nafas, ingin sekali rasanya saat itu ia ikut bangkit dan memerintah istrinya duduk, karena sikapnya itu tentu tidak baik untuk dicontoh oleh orang-orang yang ada di meja itu. Namun, sebelum semua itu terjadi, Chelsea menatap wajah tuan Bram dan memberikan sebuah isyarat, agar tuan Bram tidak melanjutkan rencananya. "Eemm... Ibu, Ayah, lanjutkan saja makannya, aku masih banyak pekerjaan di dapur, aku permisi dulu." pamit Chelsea memutar t
"Halo," ucap Ayah Bram bersuara. "Halo tuan, tuan... Ini saya ibu Yuli, saya ingin sekali bicara dengan Chelsea, apakah Chelsea ada di sana?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara seraknya. "Oh ya ampun, ibu besan rupanya, tentu saja Chelsea ada di sini, Bu. Sebentar ya," ucap ayah Bram tersenyum saat mendengar suara ibu Yuli, besannya yang berada di desa. "Terima kasih banyak, tuan." jawab ibu Yuli dengan sangat senang. Tuan Bram mengangguk dan menoleh ke arah Chelsea, sekilas Chelsea mendengar sapaan tuan Bram pada penelpon itu, dan tuan Bram meminta Chelsea datang menghampiri dirinya, di saat yang sama nyonya Andin terlihat sangat tidak rela ketika melihat Chelsea tersenyum memenuhi panggilan tuan Bram. Nyonya Andin menghentakkan salah satu kakinya, karena kesal melihat tuan Bram nampak tersenyum tulus di hadapan Chelsea. "Chelsea, ini ada ibumu menelpon, dia rindu pada mu," ucap tuan Bram menyodorkan sambungan telepon itu pada Chelsea. "Terima kasih banyak, Ayah." ja
"Ya sudah kalau tidak mau bicara, biar aku pergi untuk melihat apakah mereka sudah selesai makan atau belum," ucap Chelsia hendak pergi meninggalkan Edo."Tunggu!" Suara Edo tertahan bersamaan dengan ia menggenggam pergelangan tangan Chelsia yang hendak pergi meninggalkannya itu. Chelsia menatap Edo dan begitu juga sebaliknya, mereka saling menatap satu sama lain hingga beberapa detik."Apa yang telah terjadi hari ini di rumah?" tanya Edo masih menggenggam pergelangan tangan Chelsia."Apa, memangnya menurutmu apa yang telah terjadi," ucap Chelsia membalas tatapan Edo."Chelsia, jawab aku. Tidak usah berbelit seperti ini, aku serius," seru Edo memaksa Chelsia."Tidak ada sesuatu yang terjadi hari ini, sebagai ibu rumah tangga aku menyelesaikan tugasku dengan baik." jawab Chelsia dengan tenang.Edo lalu melepaskan pergelangan tangan Chelsia, ia yakin dan sadar bahwa jawaban Chelsia itu adalah bohong, ia hanya tidak mau terbuka pada suaminya lantaran sikap dingin dan kasar Edo selama in
Saat itu Edo duduk terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia tersadar bahwa ada Chelsea di dalam kamar mandi. Edo bergegas bangkit lantara jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Chelsea masih tak kunjung keluar dari kamar mandi, hingga membuatnya sedikit cemas dan segera membuka pintu kamar mandi yang rupanya tak terkunci. Saat itu Edo melihat sesuatu yang tidak ia sangka sebelumnya, Chelsea berada di dalam bathtub selama beberapa jam, dan saat itu Chelsea tertidur di dalam rendaman air hangat yang sudah ia atur. Karena terlalu lelah dengan pekerjaan rumah tangga hari ini, membuat Chelsea tidak sadar bahwa dirinya tengah tidur di dalam rendaman air. Namun, Edo menangkap sesuatu yang lain, ia bergegas menghampiri Chelsea karena mencemaskan nya. Ia berpikir bahwa saat itu Chelsea tak sadarkan diri, buru-buru Edo menghampiri dan memanggil Chelsea beberapa kali. "Chelsea, Chel bangun..." panggil Edo menyentuh pipi Chelsea. Saat itu Chelsea masih tak membuka kedua matanya, waja
Saat itu Edo berusaha keras memejamkan matanya, namun ia nampak masih sangat gelisah hingga telinga Chelsea dapat mendengar bahwa Edo beberapa kali mengganti posisi tidurnya. Ya, benar saja, Edo nampak gelisah lantaran ada sesuatu yang ia pikirkan saat itu, apa yang diucapkan oleh tuan Bram mengenai tanggung jawabnya sebagai seorang suami mengusik tidur Edo, dan kedua matanya sama sekali tidak mampu terpejam sedetik pun. Chelsea yang merasa terganggu itu akhirnya mengubah posisi tidurnya, dan saat itu memperhatikan Edo yang sedang tengkurap meremas kepalanya. Cahaya di dalam kamar itu hanya diterangi oleh lampu yang ada di balkon, saat itu Edo terkejut melihat Chelsea yang sudah menghadap dirinya dengan kedua mata yang menghunus tajam menatap dirinya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengagetkan aku!" marah Edo dengan detak jantung yang berdegup kencang. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan malam-malam begini Mas? Caramu miring sana, miring sini, pindah sa
"Ayo sayang, kita lakukan dengan semangat dan penuh cinta," rancau Edo ketika dirinya hampir saja menyentuh kaki Chelsea. Saat itu Chelsea masih tidak menyadari bahwa suaminya tengah membayangkan dirinya sebagai wanita lain, wanita yang telah ia sewa sebelum ia dalam keadaan mabuk berat. Edo mulai menyentuh tubuh Chelsea hingga sentuhan itu membuat Chelsea tersadar, ia terbangun dan menyadari bahwa suaminya itu sudah ada di atasnya, saat itu Ado tersenyum begitu manis sebelum ia menyatukan bibirnya dengan bibir Chelsea. Chelsea terbelalak mendapatkan sentuhan itu, sentuhan yang tidak pernah diberikan oleh Edo selama dua tahun ini, sentuhan yang seharusnya Chelsea rasakan justeru baru bisa ia rasakan saat pernikahannya genap dua tahun. "Mas, apa-apaan ini, lepaskan aku!" berontak Chelsea saat merasa bingung ketika Edo melakukan itu padanya. "Ayolah sayang, kita habiskan malam ini berdua saja, kita nikmati dengan penuh gairah," rancau Edo yang kala itu telah mengunci tubuh Chelsea
"Ada apa si, kenapa Ibu kalian membuat keributan di kamar kakak kalian," protes tuan Bram yang merasa risih kala itu. "Tidak tahu Ayah, kesalahan apa lagi yang kakak ipar lakukan sampai membuat Ibu sangat marah," omel Raras yang merasa kesal. "Mungkin karena pagi ini kakak ipar tidak membuatkan sarapan, Kak," bisik Riri. "Kalian semua diam, jangan membuat suasana menjadi semakin ricuh, ada keributan kalian malah bikin suasana semakin ricuh!" marah tuan Bram menatap ketiga putrinya yang sedang membicarakan kakak iparnya itu. Mereka pun bungkam ketika mendengar tuan Bram, tuan Bram sendiri memutuskan untuk mendatangi kamar Edo, dan melihat nyonya Andin sedang menjambak kasar rambut Chelsea. Tuan Bram dengan cepat menghampiri nyonya Andin dan menghentikannya, saat itu tuan Bram melihat Edo masih dalam keadaan bertelanjang dada, tubuhnya hanya dibalut dengan handuk berwarna putih. Saat itu tuan Bram berpikir bahwa Edo dan Chelsea semalam sudah melakukan sesuatu yang sudah seharusny
Saat itu Edo terlihat bingung hendak menjawab pertanyaan nyonya Andin yang terlihat sangat tegas menatap dirinya, namun Edo tidak bisa menutupi kebenaran yang sudah terjadi semalam. "Maaf Ibu, aku mengingkari janjiku sendiri," ucap Edo, lirih. "Apa, apa maksud kamu, Edo?" tanya nyonya Andin sedikit bernada tinggi. "Ya, ini aku yang bersalah Ibu, aku telah melakukan sesuatu yang membuat Chelsea kehilangan keperawanannya, tapi aku melakukan itu dalam keadaan tidak sadar Ibu, semalam aku dalam keadaan mabuk berat," sergah Edo yang tidak ingin disalahkan oleh nyonya Andin, dengan membuat alasan agar ia tidak terkena omelan. "Jadi benar, sikap Chelsea yang berubah pagi ini karena kamu? Dan cara Chelsea berjalan dengan sedikit mengangkang itu juga karena ulah kamu? Iya Ado!" marah nyonya Andin mendorong dada bidang Edo. Edo terdiam saat itu, ia mengangguk mengakui semua nya, karena memang di sana, dia lah yang bersalah. Dan pengakuan itu membuat nyonya Andin sangat murka, ia tidak ter