Share

Part 4, Tuduhan Tak Mendasar

Nyonya Andin dan Edo bangkit ketika melihat kedatangan tuan Bram, saat itu tuan Bram merasa sangat heran, mengapa anak dan ibu itu sangat akrab dan bercanda di dalam kamar yang harusnya menjadi tempat privasi antara Edo dan juga Chelsea.

"Ibu, apakah kau bisa ikut denganku ke kamar?" tawar tuan Bram memanggil istrinya.

"Ada apa Ayahnya Edo? Apa kau tidak melihat aku sedang bercanda dengan putra kita," ucap nyonya Andin masih berat sekali meninggalkan Edo.

"Ini sudah malam, seharusnya Chelsea sudah tidak melakukan pekerjaan rumah tangga di luar, harusnya dia sudah masuk ke kamar ini untuk istirahat, jadi sebaiknya kau lanjutkan lagi besok, karena kau harus sadar, bahwa saat ini putra mu ini memiliki wanita lain selain dirimu." tegas tuan Bram pada istrinya.

Mendengar itu tentu saja membuat hati nyonya Andin terasa sakit, meskipun apa yang dikatakan oleh tuan Bram adalah benar, dan wanita yang dimaksud oleh tuan Bram itu adalah Chelsea.

Saat itu nyonya Andin masih mengalungkan tangannya di lengan Edo, lalu perlahan ia turunkan karena harus mengikuti perintah suaminya itu.

"Edo, harusnya kau perhatikan ini juga, jaga sikapmu ketika bercanda dengan ibumu, Ayah tidak melarang kalian saling bercanda, tetapi lihat lah waktu dan juga tempatnya," ucap tuan Bram seketika menasehati putra nya.

"B-baik Ayah." spontan Edo mengangguk pelan dan menunduk patuh, ia tidak mampu menengadahkan kepala menatap kedua mata ayahnya yang begitu tegas.

Tatapan mata kedua laki-laki yang memiliki kedudukan sama tingginya di rumah itu, sangat lah ditakuti oleh nyonya Andin, Chelsea, Raras, Reni, dan juga Riri.

Tuan Bram membawa nyonya Andin masuk ke kamar, lalu ia menutup pintu kamar tersebut untuk menemui Chelsea. Saat itu Chelsea sedang menyeka keringat karena baru saja selesai membereskan meja makan. Mereka memiliki asisten rumah tangga yang hanya datang saat pagi tiba, lalu kembali ke rumah mereka saat sore menjelang.

Chelsea menyiapkan makan malam keluarga seorang diri dan membereskannya pun seorang diri, saat itu langkah kaki Chelsea terhenti untuk mengambil kembali piring kotor di meja, karena ada tuan Bram yang menyusul nya kembali di dapur.

"A-ayah, apa Ayah memerlukan sesuatu?" tanya Chelsea kikuk.

"Tidak menantuku, Ayah mu ini sudah kau buat kenyang dan nyaman tinggal di rumah yang selalu bersih dan tersedia banyak makanan higenis, sekarang waktunya Ayah memperhatikan dirimu. Kau istirahat lah, piring-piring kotor ini biar saja besok pagi," seru tuan Bram memperhatikan Chelsea.

"Ayah, ibuku sangat tidak suka jika aku menunda dan meninggalkan pekerjaan rumah, jadi aku akan istirahat setelah menyelesaikan pekerjaan ini, hanya sedikit lagi Ayah, jangan khawatir," senyum Chelsea terlihat tulus tanpa memperlihatkan rasa lelahnya.

"Ayah tahu, tapi sejak pagi kau sudah sangat sibuk dengan semua urusan rumah, jadi sekarang Ayah mohon, tolong kabul kan lah permintaan Ayah mertua mu ini, meskipun Ayah tidak ada di rumah hari ini, tapi Ayah tahu kalau ada sesuatu yang telah terjadi antara dirimu dan juga ibu, jadi Ayah minta kau istirahat lah." jelas tuan Bram memaksa Chelsea.

Chelsea tersenyum mau tidak mau ia harus melakukan itu, mematuhi permintaan sang ayah mertua yang begitu baik dan mengerti keadaan hatinya, Chelsea melangkah kan kakinya menuju kamarnya bersama Edo. Lalu menutup nya kembali setelah melemparkan senyum pada tuan Bram yang memperhatikan dari kejauhan.

"Kasihan kamu Nak, andai orang tua mu tahu betapa jahatnya keluarga ku memperlakukan dirimu, pasti mereka akan membawa mu pulang ke desa." ungkap tuan Bram dalam kesendiriannya.

Hembusan nafas kecil terdengar oleh Edo yang sedang duduk di sudut sofa, saat itu Edo bangkit ketika Chelsea melangkah mendekati ranjang. Rasa lelah dan kantuknya sangat terasa, namun tatapan Edo membuat Chelsea tidak kerasan saat duduk untuk istirahat.

"Mas, kenapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?" tanya Chelsea penasaran.

"Hebat, apa yang kau lakukan sehingga membuat ayah sangat perduli padamu, Chelsea? Apa jangan-jangan kau membuatkan ramuan welas asih dan kau berikan pada ayah mertuamu!" tuduh Edo dengan keyakinannya.

"Apa maksud mu, Mas? Tuduhan mu itu sama sekali tidak masuk akal," ucap Chelsea menggelengkan kepala.

"Aku tahu, kau sangat di benci oleh semua wanita yang tinggal di rumah ini. Aku, sebagai suami pun aku sangat membenci dirimu, tapi kenapa? Kenapa tuan Bram Wijaya Kusuma begitu sangat perduli padamu?"

Edo semakin menekan dan menuduh Chelsea yang tidak-tidak, hingga membuat keinginan Chelsea untuk istirahat dengan tenang di rumah itu menjadi sangat terganggu. Tentu saja Chelsea tidak pernah terpikir bahwa ia akan melakukan hal kotor, apalagi pada orang-orang yang ada di rumah itu, tuduhan Edo? Sungguh tidak mendasar.

"Aku lelah, sejak pagi aku melayani keluarga mu dengan begitu sabar dan telaten, lalu saat malam hari tiba, aku mohon, tolong jangan ganggu istirahat ku," ucap Chelsea yang tidak ingin mendebat tuduhan yang dilemparkan Edo padanya.

"Meskipun aku berkata dengan sangat jujur, dan Tuhan lah sebagai saksi nya, kau tetap tidak akan percaya padaku." sambung Chelsea merebahkan tubuhnya lalu memejamkan kedua matanya.

Saat itu ia tahu bahwa Edo masih belum puas menyakiti hatinya, namun karena rasa lelah dan kantuk yang melanda, membuat Chelsea memilih untuk istirahat saja. Meskipun ia sadar bahwa dalam pilihannya itu tidak akan membuat dirinya sendiri tenang.

'Dasar wanita penuh tipu muslihat, kau bohong jika kau menyayangi keluargaku.' batin Edo mengepalkan kedua tangannya.

Edo, dengan mata elangnya kini memutuskan untuk melepas kemeja kerjanya, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara Chelsea sendiri saat mendengar suara air mengalir dari shower, ia terisak hingga keluar suara tangis nya.

'Begitu sulit menyembunyikan tangisan ini, betapa aku sangat sakit hati dengan semua tuduhan dan perlakuan dari keluarga suami ku, jika pergi dari rumah ini adalah bentuk kebebasan ku, tentu aku akan lakukan itu sejak dulu. Tapi demi ibu di kampung, aku harus bertahan dan selalu terlihat bahagia dengan keluarga yang sudah ditakdirkan olehnya untuk ku.' batin Chelsea yang tidak bisa melakukan banyak hal.

Chelsea tertidur dengan keadaan pipinya yang masih basah, dengan memeluk guling yang sangat erat dan membelakangi Edo, suami yang selama ini tidak pernah menganggapnya ada.

***

Keesokan paginya, Chelsea terbangun dengan suasana baru, dan semangat yang ia bangun kembali setelah sebelumnya runtuh dan hancur karena tuduhan dan fitnah suami juga mertuanya.

Ia sadar bahwa, kehidupannya terus berjalan dan perlu ia perjuangkan. Chelsea kembali melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga, menyiapkan sarapan pagi, dan membersihkan kamar semua penghuni rumah.

Chelsea juga membangunkan mereka satu per satu untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing, dengan sikap dan tingkah yang sama menyebalkan seperti hari-hari sebelumnya.

Pagi itu suasana sangat ramai, berkumpul semua di meja makan setelah penuh drama, saat Chelsea membangunkan mereka. Chelsea mulai menyusun makanan di meja itu dengan penuh semangat dan ceria.

"Selamat makan semua nya," ucap Chelsea penuh dengan senyuman.

Tidak ada yang menanggapi ucapan itu, bahkan mereka semua terdiam dengan acuh, kecuali tuan Bram Wijaya Kusuma yang menatap Chelsea penuh senyuman.

"Chelsea, duduk lah, makan bersama di meja makan akan membuat suasana menjadi lebih akrab," ajak tuan Bram meminta Chelsea duduk.

Spontan ucapan itu membuat isi rumah terkejut, nyonya Andin melotot tajam menatap suaminya setelah ajakan itu keluar dari mulut suaminya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status