Home / Rumah Tangga / Aku Istrimu Bukan Pembantumu! / Part 3, Terisak Di Meja Dapur

Share

Part 3, Terisak Di Meja Dapur

last update Last Updated: 2023-02-13 15:57:48

"Chelsea!!"

Pekik Edo memanggil istrinya ketika sudah tiba di rumah, Chelsea yang baru saja menyelesaikan tugasnya membersihkan kamar semua adik iparnya, segera menghampiri sang suami dan memenuhi panggilan nya.

Saat itu Chelsea lupa bahwa ia akan menghadapi suaminya dengan kemarahan karena pengaduan dari nyonya Andin, saat itu Edo membawa Chelsea masuk ke kamar mereka.

Sejak menikah mereka memang tidur di kamar yang sama, namun sekali pun Edo sama sekali tidak melakukan tugasnya dengan baik sebagai seorang suami pada Chelsea.

"I-iya Mas, ada apa?" tanya Chelsea ketika Edo berhenti di depan ranjang kamar mereka.

Edo menoleh ke belakang dan menatap Chelsea penuh kemarahan, tidak ada sedikit pun kesejukan yang Edo berikan ketika menatap Chelsea, setelah seharian bekerja sebagai ibu rumah tangga di rumah mewah nya.

"Chelsea, aku ingin bertanya padamu dengan serius, apakah kamu benar-benar mencintai keluarga ku dan status mu sebagai istri di rumah ini?" tanya Edo dengan nada seriusnya.

"M-maksud kamu apa Mas, kenapa kamu bicara dan bertanya seperti itu," ucap Chelsea merasa bingung.

"Jawab saja, aku ingin mendengar dengan jelas!" titah Edo.

"T-tentu Mas, tentu aku mencintai status ku dan keluarga mu di rumah ini, apa semua bakti ku selama dua tahun ini tidak terlihat di mata mu?" ungkap Chelsea dengan nada tertahan, lantaran ia masih melihat keraguan dalam tatapan suaminya.

"Kalau begitu kenapa kamu menyakiti ibuku, Chelsea! Kenapa kamu membuatnya tersakiti dengan pijitan mu itu?!"

Rupanya pertanyaan itu ada hubungannya dengan pengaduan nyonya Andin padanya di kantor, dan hal itu tidak diduga sebelumnya oleh Chelsea yang dipanggil oleh suaminya tersebut.

"Mas, bisakah kamu tidak mendengar satu suara saja? Apa kamu tidak bisa mempertanyakan padaku apa alasan aku melakukan itu? Atau bagaimana mungkin aku menyakiti hati ibu kesayangan mu itu jika selama dua tahun ini aku sangat menghormatinya?"

Chelsea membalikkan pertanyaan pada Edo, saat ia pulang dalam keadaan emosi padanya. Edo terdiam sejenak, saat mendengar ungkapan hati Chelsea yang menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak menyakiti nyonya Andin, bahkan ia melakukan pemijatan itu dengan sangat pelan dan hati-hati, lantaran pada dasarnya Chelsea bukan lah tukang pijat spesialis.

Saat perdebatan hampir dimenangkan oleh Chelsea, tiba-tiba nyonya Andin membuka pintu kamar yang tak tertutup rapat itu, kedatangan nyonya Andin tentu saja membuat Chelsea dan Edo terkejut melihatnya.

Nyonya Andin nampak marah, saat menatap wajah Chelsea yang menegang, saat itu ia sangat takut sekali ibu mertuanya akan sangat murka padanya.

"Ibu, Ibu kenapa masuk ke kamarku tidak mengetuk nya terlebih dahulu!" protes Edo saat menatap wajah ibunya.

"Edo, kau adalah putraku, apakah untuk melihat putraku di kamar ini harus izin dulu?" tanya nyonya Andin kesal.

"B-bukan begitu maksud ku Ibu, tapi saat ini aku sedang berbicara pada Chelsea," ucap Edo membela diri.

"Ya sudah bicara saja kamu pada istrimu itu, Ibu pergi saja dari sini!" kesal nyonya Andin hendak pergi meninggalkan kamar itu.

Dengan cepat Edo menahan pergelangan tangan ibunya, Edo meminta maaf dan mengajak ibunya duduk. Saat itu obrolan antaran Edo dan Chelsea terhenti karena kedatangan nyonya Andin.

"Chelsea, buatkan teh hangat untuk Ibu!" titah Edo yang sedang duduk di samping nyonya Andin.

"Ya Mas." jawab Chelsea singkat, lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Saat itu Chelsea hanya bisa mengelus dada, lantaran percakapan antara dirinya dengan Edo harus berhenti begitu saja. Sementara setelah kepergian Chelsea, nyonya Andin kembali menghasut Edo agar ia membenci Chelsea.

"Edo, apapun yang dikatakan oleh Chelsea padamu, jangan percaya itu begitu saja, karena di sini, Ibu yang mengetahui bagaimana istrimu," ucapnya menatap tajam ke arah Edo.

"Sudah Ibu, jangan di bahas lagi, soal kejadian hari ini, aku sudah bicarakan sama Chelsea," seru Edo merasa pusing, antara mempercayai ibunya sendiri, atau istrinya yang sudah berusaha berkata jujur.

"Jangan gitu dong Edo! Ibu tidak mau kamu begitu lemah di hadapan wanita itu, kamu tahu kan, kalau selama ini keluarga besar mu tidak pernah suka pada wanita tua itu, jadi bisa saja apa yang dia lakukan semata-mata untuk membalas sikap kita padanya selama ini." jelas nyonya Andin menatap dengan sungguh-sungguh.

Edo terdiam, kali ini ia mencoba untuk berpikir bahwa apa yang ia dengar dari ibunya mungkin saja benar.

"Baik Ibu, aku percaya padamu," ucap Edo melempar senyum pada nyonya Andin.

"Begitu dong, itu baru kamu sayang pada Ibumu ini." jelas nyonya Andin membalas senyuman Edo.

Ketukan pintu menyadarkan Edo dan nyonya Andin, Chelsea kembali dengan membawa dua gelas teh untuk suami dan ibu mertuanya. Apa yang dikatakan oleh nyonya Andin begitu jelas terdengar oleh Chelsea yang sudah sejak tadi berada di depan pintu kamar.

Chelsea masuk dengan wajah datar, menahan kesedihan yang tidak bisa ia perlihatkan. Setelah meletakkan nampan di atas meja, Chelsea memutuskan untuk pergi meninggalkan suami dan ibu mertuanya itu.

"Chelsea, mau ke mana kamu?" tanya nyonya Andin menahan langkah Chelsea.

"Mau ke dapur Bu, masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan," seru Chelsea tanpa menoleh ke belakang.

"Setelah itu jangan lupa, pijat suamimu yang baru saja pulang dari bekerja ini, jangan sampai dia kelelahan dan sakit," titah nyonya Andin setiap kali Edo pulang dari kantor.

"Ya, aku tidak akan lupa akan pesan Ibu." jawab Chelsea berlalu pergi.

Chelsea melangkah dan tiba di dapur. Ia terduduk di meja dapur seorang diri, lalu ia tak sengaja meneteskan air mata ketika tidak ada satu orang pun di sana. Chelsea menutup wajahnya dengan kedua tangan, dan suaranya tertahan lantaran tidak ingin sampai ada satu orang pun yang mendengar bahwa ia sedang menangis.

"Chelsea,"

Tiba-tiba Chelsea dikejutkan dengan suara yang memanggil namanya. Ya, suara itu terdengar sangat jelas hingga membuat Chelsea bangkit dari tempat duduknya.

"A-ayah," lirih Chelsea menyeka air matanya, berusaha untuk tidak terlihat bahwa ia sedang menangis.

Rupanya ada tuan Bram Wijaya, ayah mertua Chelsea yang tidak banyak bicara, namun ia memiliki kepedulian lebih pada menantu satu-satunya itu.

"Tidak perlu diusap jika memang belum selesai menangis nya. Chelsea... Ayah mengerti apa yang kamu rasakan, maafkan sikap suami dan Ibu ya," ucap tuan Bram mengelus pundak Chelsea, berusaha menguatkan agar ia tidak merasa sendiri.

"T-tidak ada sesuatu yang serius kok Ayah, aku menangis bukan karena mas Edo atau Ibu," seru Chelsea menutupi semua nya.

"Jangan berbohong, Ayah tahu semuanya. Lebih baik sekarang kamu bersih-bersih dan istirahat, Ayah akan mengajak ibumu pergi dari kamar itu." jelas tuan Bram menatap penuh kasihan.

Chelsea terdiam, dan mengangguk kan pelan. Ada sesuatu yang berdesir di hatinya kala itu, melihat tatapan sang ayah mertua membuat Chelsea rindu seseorang. Ia pun menyeka air matanya dan mengikuti perintah sang ayah mertua.

Tuan Bram masuk ke kamar Edo dan Chelsea, ia melihat pemandangan yang sering sekali ia lihat selama ini, anak dan Ibu itu sedang bercanda bersama di sofa, terlihat sekali kebahagiaan antara keduanya. Dan saat itu tuan Bram datang mengheningkan suasana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 103, Chelsea dan Reno Akhirnya Menikah (Tamat)

    Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 102, Doa dan Harapan Semuanya

    Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 101, Kesadaran Nyonya Andin

    2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 100, Aksi Nekat Chelsea

    "Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 99, Rencana Gila Edo

    "Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 98, Menyekap Chelsea

    Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status