Share

Bab 19

Author: Nanda
Setelah menyerahkan kekuasaan, Intan tidak lagi meninggalkan Kediaman Wanar.

Selain orang yang dibawa dari Kediaman Bangsawan Belima, Intan tidak mau menemui siapa pun. Makanannya bahkan dibuat di dapur Kediaman Wanar. Dayang Ita dan Dayang Irna sendiri yang pergi membeli sayur, lalu memasaknya.

Sejak Intan menarik semua pelayannya, Kediaman Jenderal menjadi kacau.

Selen terpaksa meminta pengurus untuk mengangkat orang-orang yang kompeten dan menggantikan posisi yang kosong, lalu melakukan tugas seperti biasanya.

Akan tetapi, pasti kekurangan orang untuk menyiapkan acara pernikahan sekarang. Pelayan yang dibeli setelah Intan menikah telah dilepaskan oleh Dayang Irna dan Dayang Ita. Jadi, pelayan di masing-masing kediaman pun tidak cukup.

Ketika Selen melaporkan hal ini, Diana memijat kening saking marahnya. "Benar-benar tidak menyangka dia begitu kurang ajar. Ibu benar-benar buta, masih baik padanya sebelumnya dan tidak pernah mengekangnya dengan aturan."

Mendengarnya, Selen tidak merasa hal itu tidak adil.

Selen telah mengalami pengekangan aturan saat menikah, tetapi Intan tidak. Intan yang menikah dengan membawa harta bawaan langsung mengurus keluarga dan merawat ibu mertua secara pribadi.

Tentu saja, Selen tidak berani mengatakan hal itu di depan Diana. Dia berkata dengan galau, "Ibu, sekarang sudah kurang uang, mana ada uang untuk beli pelayan?"

Walau marah, Diana tetap ingin memeras uang Intan. Setelah dipikir-pikir, dia tidak menemukan solusi apa pun. Jadi, dia berucap, "Suruh Brina bicarakan dengan Intan. Brina lumayan dekat dengannya."

Selen menjawab, "Aku sudah tanya Bibi Brina, tapi dia bilang dia malu. Dia juga sedang cari solusi untuk mahar."

Diana bertanya, "Lalu, apa solusinya?"

"Katanya, satu-satunya cara adalah jual toko."

"Jual toko?" Diana mengernyit. Keluarga Wijaya telah menjual banyak aset untuk melewati masa-masa sulit dalam beberapa tahun sebelumnya sehingga hanya tersisa dua toko sekarang.

Setelah dipikir-pikir, Diana membulatkan hati. "Jual saja, masih bisa dibeli kembali nanti. Rudi dan Linda akan memiliki jasa lagi."

Jasa tersebut dapat ditukar dengan penghargaan besar. Bukankah Keluarga Bangsawan Belima memiliki harta sebanyak itu berkat jasa mereka?

Rudi dan Linda masih muda, serta kembali membawa jasa besar. Mereka pasti akan mendapat kepercayaan Yang Mulia di kemudian hari.

Diana hanyalah seorang wanita, tetapi dia tahu pemerintahan membutuhkan jenderal muda setelah kematian ayah dan kakak Intan di medan perang. Sementara itu, Raja Aldiso telah bertempur di Wilayah Manuel selama lebih dari dua tahun. Tidak tahu apakah bisa pulang atau tidak.

Oleh karena itu, Yang Mulia pasti akan memercayakan Rudi dan Linda. Kekayaan dan kehormatan akan segera mereka raih.

"Kalau begitu, aku suruh orang jual tokonya." Selen pun pamit.

Dayang Irna memberitahukan keputusan Keluarga Wijaya untuk menjual aset kepada Intan.

Mendengarnya, Intan yang sedang menulis kaligrafi di meja mendongakkan kepala. "Ya, ini memang satu-satunya solusi mereka sekarang."

"Dulu juga tidak ada uang di kas, jadi Nona diminta untuk pakai harta bawaan Nona. Kenapa dia tidak bilang jual toko waktu itu?" ujar Dayang Irna dengan kesal.

"Itu tidak sama." Intan tersenyum. "Dia berharap setelah Linda menikah dengan Keluarga Wijaya, Linda dan Rudi yang saling mencintai bisa memiliki jasa lagi. Dengan begitu, mereka bisa dapatkan segalanya."

Mutiara yang mengipasi tungku mendengus. "Waktu itu, Nona pakai harta bawaan Nona karena berpikir Yang Mulia pasti akan memberi penghargaan setelah Jenderal pulang membawa jasa, bisa mengembalikan harta bawaan yang telah terpakai. Siapa tahu, Jenderal malah menukar jasa itu dengan pernikahan."

Intan meletakkan kuas setelah lelah. "Aku sendiri yang bodoh. Semoga dekret cerai bisa cepat turun dan kita segera pergi dari sini, tidak perlu lagi mendengar urusan mereka."

Akan tetapi, tiga empat hari kemudian, dekret cerai tidak kunjung turun. Sebaliknya, penyakit Diana kambuh. Dadanya sakit karena tidak bisa mengundang Tabib Riel dan makan Pil Obat Erta.

Pada akhirnya, Intan tidak tega. "Kalau bisa pisah baik-baik, aku akan bujuk Paman Riel untuk mengobati Nyonya Diana lagi, tapi aku tidak akan bayar sepeser pun. Kalau mereka sanggup bayar, ya bayar saja."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Widjirahayu
knp kaisar mempersulit intan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status