Share

Pernikahan Suamiku

***

Hari ini adalah pernikahan kedua untuk laki-laki yang sangat aku cintai dan hormati. Kurang lebih empat tahun yang lalu, aku yang menjadi pengantin wanitanya. Namun, sekarang perempuan lain yang berada di posisi itu. Dia adalah masa lalu suamiku dan juga merupakan ibu dari anaknya.

Hati ini sungguh tidak kuat menyaksikan acara pernikahan mereka, aku memilih menenangkan diri di rumah orang tua. Papa dan Mama berusaha menguatkan putri yang sangat mereka sayangi. Sementara, kakak laki-laki tertua di rumah tidak terima dengan apa yang terjadi.

“Kenapa kamu tetap bertahan, Al? Apa yang kamu harapkan?" Aku hanya terdiam mendengarkan pertanyaan dari kakakku.

Kak Radit adalah anak sulung dari orang tuaku, dia sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan. Istrinya bernama Kak Ayu, dan Arya merupakan buah hati tercinta mereka. Sekarang, usianya baru lima tahun, seumuran dengan putra dari Mas Arif bersama Alexa.

Kak Radit sengaja berkunjung ke rumah Papa dan Mama karena ingin menikmati hari libur bersama orang tua tercinta. Aku terharu melihat keromantisan dan keutuhan rumah tangga kakak sulungku. Rasa kagum itu semakin sempurna melihat Kak Ayu yang sedang mengandung anak kedua.

Minggu yang sangat cerah tapi tidak dengan hatiku. Hari ini, aku resmi memiliki madu yang merupakan istri kedua dari suamiku. Ingin rasanya berteriak dan mengatakan pada dunia bahwa jiwa dan raga ini tidak sepenuhnya menerima keputusan Mas Arif dan keluarganya.

Sebelum hari pernikahan, laki-laki yang telah menjadi imamku sudah menjelaskan semua tentang rencananya setelah menikahi Alexa. Dia membelikan rumah untuk istri keduanya tidak jauh dari istana cinta kami, dengan tujuan agar dekat dari tempat tinggal kami saat ini.

“Aku sudah membelikan rumah untuk Alexa, lokasinya tidak jauh dari sini.” Mas Arif menyampaikannya padaku beberapa hari yang lalu.

“Iya, Mas, terserah kamu aja.” Aku hanya bisa pasrah.

“Semoga kamu dan Alexa bisa saling melengkapi dan ikhlas harus berbagi cinta dan kasih sayang dari suami. Aku yakin, kamu pasti bisa mendekatkan diri dengannya.” Hati ini kembali semakin sakit mendengarkan penuturan Mas Arif.

Dia dengan sengaja memintaku mendekatkan diri dengan wanita yang telah berhasil merebut suami yang sangat aku cintai. Mas Arif benar-benar telah buta dengan cinta dan nafsu yang dimilikinya untuk perempuan egois tersebut.

“Untuk apa aku mendekatkan diri dengan wanita yang telah merebut suamiku?” Aku tetap tidak terima dengan apa yang telah keluar dari bibirnya.

“Dia tidak pernah merebutku darimu. Aku mencintainya dan dia juga ibu dari anakku. Sudah sepantasnya dia juga mendapatkan cinta dan perlindungan ayah dari anaknya.” Mas Arif tetap memberikan pembelaan tentang Alexa.

“Iya, Mas, dia yang terbaik untukmu karena aku tidak bisa seperti dia. Aku tidak heran jika kamu akan terus membelanya. Pasti kamu akan bilang bahwa dia telah memberikanmu keturunan, tidak seperti diriku.”

Aku menyadari status dan posisi yang tidak mampu memberikan penerus untuk laki-laki yang telah menghalalkanku. Kebahagiaan untuk memiliki buah hati akan menjadi mimpi yang tidak akan mungkin menjadi kenyataan bagiku. Kecelakaan nahas itu sudah menghancurkan semua harapan yang telah ada, semua telah sirna.

Tanpa terasa, bulir bening kembali keluar dari pelupuk mata dan membasahi pipi. Aku tidak menyadari, ternyata Kak Ayu memperhatikanku yang sedang menyendiri duduk di taman belakang rumah orang tua. Aku melihat dia berjalan ke arah taman lalu duduk di sampingku. 

“Kamu yang sabar, ya, Al.” Dia memegang pundakku.

“Aku akan berusaha untuk kuat, Kak.” Air mata ini belum mampu aku hentikan.

“Jika memang kamu tidak sanggup, kenapa nggak mundur aja?”

“Aku mencintai Mas Arif, Kak. Dia adalah laki-laki yang telah berhasil membuatku mengenal cinta yang sesungguhnya.”

“Apa kamu akan tetap bertahan dengan sakit yang kamu rasakan?”

“Aku akan berusaha, Kak. Aku tetap yakin, bahwa Mas Arif akan menjadi pendamping hidupku selamanya.”

“Kakak tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya terserah kamu, karena kamu yang akan menjalaninya.” Kak Ayu meraih tubuh ini lalu memelukku.

“Iya, Kak. Terima kasih karena sudah berusaha memberiku perhatian.” Aku menyambuut hangat pelukan dari sang kakak ipar.

Kak Ayu adalah salah satu wanita yang sangat beruntung menurutku. Dia memiliki suami yang sangat mencintai dan menyayanginya. Dirinya juga mampu mewujudkan harapan dan impian Kak Radit dan keluarga. Wanita itu telah berhasil memberikan keturunan untuk suami, orang tua, dan juga sang mertua.

Aku dapat melihat betapa besar dan tulus cinta yang didapatkan Kak Ayu dari suaminya. Kak Radit mampu memanjakan sang istri. Mereka adalah pasangan suami-istri yang sangat kukagumi, sungguh diriku terpesona dengan keromantisan yang mereka tunjukkan.

“Udah berapa bulan, Kak?” tanyaku sembari memegang perut Kak Ayu setelah kami melepas pelukan.

“Baru jalan empat bulan.”

“Sehat terus ibu dan debay-nya, ya, Kak.”

“Terima kasih, Al.”

“Rasanya sangat bahagia karena akan memiliki keponakan baru.” Aku berusaha tersenyum di depan Kak Ayu.

“Iya, nih. Oh, ya, kita ke dalam, yuk … Mama tadi meminta Kakak ngajak kamu masuk ke rumah untuk mencicipi puding buatan beliau.”

“Ayo, Kak!” Aku dan Kak Ayu beranjak meninggalkan taman belakang lalu memasuki rumah.

Perasaan ini sedikit terobati jika sedang menikmati kebersamaan dengan keluarga tercinta. Papa dan Mama selalu bilang sangat bangga memiliki aku dan Kak Radit. Kami berdua adalah anak yang telah menjadikan mereka sebagai orang tua.

***

Setelah beberapa hari menenangkan diri di rumah orang tua, akhirnya aku kembali pulang ke rumah. Mas Arif menyambut dengan senyuman dan langsung memberikan pelukan. Satu sisi, perasaan sangat bahagia karena kembali bersama dengan sang suami. Namun, di sisi lain, aku menyadari bahwa laki-laki yang kini memelukku juga merupakan pendamping hidup dari wanita lain.

“Aku kangen kamu, Sayang.” Kalimat itu keluar dari bibir Mas Arif setelah melepaskan pelukannya.

Kami berjalan menuju ruang TV lalu duduk di atas sofa yang ada di dalam ruangan tersebut. Mas Arif menggenggam jemariku kemudian mendaratkan ciuman di dahiku. Aku kembali merasakan hangatnya cinta dan kasih sayang darinya.

“Aku juga kangen, Mas,” ucapku dengan mengembangkan senyuman.

“Malam ini aku akan tidur di sini untuk menemani istriku tercinta.”

“Iya, Mas.”

“Kamu nggak apa-apa, Sayang?”Tiba-tiba dia melontarkan pertanyaan itu.

“Aku harus tetap baik-baik saja.”

“Kamu harus ikhlas menerima kenyataan yang ada. Aku percaya kalau kamu adalah seorang istri yang sangat kuat. Itu yang membuatku kagum padamu.”

“Ikhlas atau tidak, aku akan tetap berusaha untuk kuat. Apa yang bisa kulakukan saat ini? Aku hanya berusaha untuk menerima nasib yang akan kujalani.”

“Aku akan selalu mendukungmu, Sayang.”

Aku bahagia karena pendamping hidup yang kucintai, kini kembali menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya padaku. Dia memperlakukanku sangat manis. Hati ini menjadi berbunga-bunga seperti sedang berada di taman bunga.

Sang suami mengajakku ke kamar, tapi ada yang membuatku merasa menjadi seperti wanita yang baru menikah. Mas Arif menggendongku layaknya seperti pengantin baru. Jantung ini berdegub kencang dan merasakan sesuatu getaran yang sangat luar biasa.

Setelah sampai di dalam kamar indah milik kami berdua, laki-laki tersebut merebahkan tubuh ini di atas tempat tidur lalu ia berbaring di sampingku. Dia membelai rambut panjang milikku, lalu mengusap kedua pipiku.

“Aku boleh meminta hakku sebagai suami?” tanyanya dengan suara lembut.

“Kenapa kamu harus minta, Mas? Bukankah sudah menjadi kewajibanku sebagai istri untuk memenuhi hak dari suamiku?”

“Terima kasih atas kesediaanmu, Sayang. Aku sangat merindukanmu.”

Mas Arif akhirnya melanjutkan apa yang ingin ia lakukan. Aku sangat terbuai dengan belaian kasih sayang yang ia berikan. Perasaan yang kumiliki saat ini sungguh sangat bahagia, melupakan sejenak bahwa laki-laki yang kini bersamaku juga merupakan suami dari wanita lain.

Saat kami sudah polos dan hanya ditutupi selimut, tiba-tiba terdengar nada panggilan dari ponsel Mas Arif. Hasrat untuk bercinta dan memadu kasih, buyar seketika. Laki-laki itu segera meraih benda bentuk pipih tersebut dari atas meja rias yang ada di samping tempat tidur.

“Siapa, Mas?” tanyaku ingin tahu.

“Alexa,” jawab Mas Arif membuat hati ini merasa kesal. “Aku angkat dulu, ya, Sayang.”

“Iya, Mas.”

Mas Arif segera menerima panggilan dari istri keduanya. Sungguh hati ini sangat pilu setiap menyadari kalau suamiku telah memiliki dua orang pendamping hidup. Ternyata diriku harus berbagi suami dengan ibu dari Rifa.

“Kenapa, Mas?” tanyaku kembali setelah Mas Arif selesai menerima telepon.

“Maaf, Sayang, aku harus pergi.” Laki-laki itu kembali mengenakan pembalut tubuhnya.

“Mau ke mana, Mas?”

“Ke rumah Alexa.” Aku kecewa mendengar nama yang disebutkan Mas Arif.

“Bukankah tadi kamu bilang akan menemaniku malam ini?” Aku mengingatkan apa yang ia katakan tadi sebelum kami ke kamar.

“Iya, Sayang. Tapi, Alexa bilang kalau Rifa ingin dekat dengan papanya. Katanya dia merengek karena aku nggak di sana.” Aku tidak tahu apakah semua alasan itu benar atau hanya kebohongan semata.

“Terserah kamu aja, Mas.” Aku hanya bisa pasrah.

Hasrat untuk kembali merasakan kasih sayang dari suami, pupus sudah. Dia harus segera pergi ke rumah istri keduanya dengan anak sebagai alasan. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Alexa sebenarnya. Aku berharap semoga ini bukan sebuah rencana untuk membuatku semakin jauh dari Mas Arif.

Inilah kenyataan yang harus kuhadapi, ikhlas atau tidak, aku tetap akan mencoba untuk kuat dan bertahan. Mas Arif segera beranjak setelah selesai mengenakan pakaian, dia meninggalkanku di saat diri ini dalam perasaan yang tidak menentu.

Suami tercinta akan menemui wanita yang kehadirannya sama sekali tidak kuharapkan. Alexa telah berhasil meluluhkan hati suamiku dengan mengandalkan buah hati yang ia lahirkan. Mas Arif harus menjadi seorang laki-laki yang memiliki dua istri. Dia yang telah menentukan pilihan dan membuat keputusan yang tidak kuinginkan sama sekali.

Kini, aku telah berubah menjadi wanita yang sangat kesepian dan haus akan kasih sayang dari suami tercinta dan terkasih. Dia lebih memilih bersama perempuan lain di saat aku ingin menikmati belaian cinta darinya. Aku terdiam, tapi tidak rela.

==============

Nova Irene Saputra

Ada apa dengan Alexa?

| Sukai
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Jonathan Thien
nyesal baca. watak nya bodoh amat. nanti terus aku delete Dari apps cerita ni.
goodnovel comment avatar
Jonathan Thien
bodoh amat watak perempuan nya. ngak punya harga diri apa. dah Tau nga biasa bagi keturunan. malah maksa diri jadi isteri. ngak mau d sakiti tapi pilih untuk bertahan. biasa aja pergi. nyesal baca novel ni. sampah!!!
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
cerita yg memuakkan dengan perempuan bodoh yg tidak punya sikap ... sama aja kamu sampah aliya !!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status