Share

Aku Kembali

last update Last Updated: 2025-01-23 09:35:43

“REGI … REGINAAA!!! Kamu mendengarku? Kamu dimana?”

Suara itu, aku mendengarnya dengan jelas. Tidak asing, tapi aku seolah tidak pernah memperhatikan suara itu. Itu suara Axel. Dalam kesadaran yang sepenuhnya hampir hilang, mataku melihat bayangan, wajah itu penuh kekhawatiran dan ketakutan berlari menghampiriku.

“Tolong bertahanlah, aku akan segera membawamu keluar dari sini, Regi, tolong bertahanlah …,” suara kegelisahan dengan bibir yang bergetar. Dia benar-benar seperti akan mati saat itu juga.

Kenapa dia menatapku seperti itu. Aku bahkan tidak pernah bersikap baik padanya. Aku merasa dia juga ikut merasakan semua lukaku. Aku selalu menolaknya karena Nicholas. Tidak pernah sekalipun aku bersikap baik padanya.

Namun, sepertinya semua sudah sangat terlambat. Kepulan asap semakin lama semakin membesar. Aku merasakan tubuhku melayang di udara. Axel mengangkat tubuhku dengan perlahan dan ringkih karena api semakin membesar.

Langkahnya terasa berat bukan hanya karena bebanku, tetapi kondisi isi gudang yang hampir seluruhnya terbakar. Lalu aku mendengar suara besi yang runtuh dimana-mana dan brak! Hantaman itu cukup keras hingga membuatku tersungkur kembali di lantai panas.

Diatasku, tubuh Axel melindungi dari reruntuhan itu. Laki-laki bertubuh besar itu benar-benar menangisiku. Dia melindungiku segenap jiwa dan raga.

“Ma–maafkan aku, Regi, aku terlambat mengetahuinya. Maafkan aku karena gagal melindungimu. Ma–maafkan aku, Reg … aahggh …!!” Kata itu terdengar samar juga lirih permintaan maafnya membuat aku sadar bahwa selama ini dia sangat tulus mencintaiku.

Air mataku mengalir begitu saja di setiap detik kematianku.

Aku tidak pernah menyangka kalau Axel datang menyelamatkanku, tetapi dia meregang nyawa lebih dulu karena melindungiku dari runtuhan besi.

Aku bersalah dan berdosa. Aku telah menyia-nyiakan laki-laki yang paling mencintaiku. Dia, Axel Witsel Witzelm, namanya akan selalu kuingat di akhir kematian yang sangat sangat kejam ini.

***

“Hah!”

Aku membuka mataku saat kudengar rengekan.

“Kak Regi? Kenapa kakak diam saja? Apa kita jadi makan malamnya? Jangan sampai membuat Kak Nicholas menunggu lama. Dia pasti kecewa kalau kakak tidak jadi memberikan kejutan itu!”

Suara manja itu adalah milik Minna Retha Valentina, adik tiriku yang sudah membuatku mati dan tersiksa. Dia sedang mengaitkan tangannya di tanganku sambil menyandarkan kepalanya di sana.

Otakku berpikir kembali. Mati. Aku sadar betul kalau aku sudah mati dalam kobaran api dan dekapan Axel. Tapi, apa ini?

Apa itu adalah sebuah mimpi.

Atau aku salah menilainya.

Ti–tidak. Aku tidak salah. Aku yakin merasakan semua kepedihan dan kesakitan itu. Aku benar-benar sudah mati.

Mungkinkah tuhan sedang memberiku kesempatan untuk merubah takdir dan tentu saja membalaskan semua dendamku.

Sungguh suatu keajaiban. Aku kembali.

Aku bahkan hampir tidak percaya kesempatan itu akan datang padaku. Aku berjanji akan membalas semuanya satu persatu-satu.

Ini kesempatanku. Aku akan menghitung semua yang telah mereka lakukan padaku.

“Akhh!” Minna terkejut karena aku tiba-tiba saja beranjak dari duduk.

Aku ingat hari ini, Minna mengajakku untuk makan malam dan saat pertemuan disana nanti dia akan sengaja menumpahkan sup panas ke tanganku. Lalu aku dibawa ke rumah sakit dan disitulah Nicholas mulai gencar melakukan perhatiannya.

Dia bersikap baik seolah-olah sangat menyayangiku. Padahal kalau diingat lagi, itu adalah rencana Minna untuk membuat aku lebih dekat dan membuatku terjebak oleh kemunafikan mereka.

Masa ini adalah dimana Minna melancarkan rencana untuk mendekatkan aku dan Nicholas. Jadi, aku kembali pada waktu dimana kami belum menikah. Ini adalah lima tahun sebelum aku menikah dengannya.

Dulu, aku sangat mempercayai Minna dan papa dengan alasan membawa Minna masuk ke dalam keluarga Thomson adalah mencarikan teman bermain untukku agar aku tidak kesepian.

Nyatanya, dia adalah anak selingkuh dari papaku. Mamaku yang malang, dia tidak tahu kalau ternyata papa sudah mengkhianati mama. Dan, kakek sejak awal menentangnya karena mungkin kakek sudah mempunyai firasat ini.

“Uhm, kamu pergi saja duluan. Nanti aku akan menyusulmu. Mungkin aku ada rencana membeli sesuatu sebagai hadiah kejutan,” ucapku.

Jelas nada bicaraku kini berbeda. Dulu aku akan kesenangan setengah mati dan memeluk Minna dengan erat. Mengucapkan banyak terima kasih padanya karena sudah menjadi mak comblang untuk hubungan kita.

Tetapi sekarang, aku tidak akan melakukan itu. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku ingat, Minna sengaja menumpahkan sup panas itu di tangan kananku. Hingga aku harus mendapatkan perawatan cukup ekstra di tanganku. Juga bekas luka akibat siraman itu tidak pernah hilang.

Minna menatapku sesaat. Sepertinya dia cukup terkejut karena aku secara tidak langsung menghempaskan tangannya.

“Mmmm … baiklah, kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu, Kak,” seraya mengembangkan senyum, dia merasa sudah berhasil menjebakku.

Aku menyipitkan mataku melihat kepergian Minna yang berlari polos kearah tangga menuju kamarnya. Bagaimana aku bisa terjebak oleh kepolosannya. Dia benar-benar tidak terlihat seperti orang yang akan melakukan segala cara demi mendapatkan apa yang dia inginkan.

Wajahnya mencerminkan kalau dia hanya bahagia jika bersamaku.

Aku akan merubah segalanya. Apa yang tidak aku lakukan pada saat itu, sekarang aku akan merubah semuanya. Termasuk penampilanku yang seperti ini. Kali ini kalian pasti menyesalinya.

***

Bruk! Aku menabrak seseorang saat keluar dari satu toko pakaian. Aku merubah dandananku yang terkesan kalem. Sekarang aku memakai dress berwarna merah tanpa lengan dan itu di atas lutut.

Aku biasanya tidak percaya diri mengenakannya. Aku selalu menatap Minna yang berpenampilan berbeda denganku. Dia selalu berpenampilan sedikit berpakaian terbuka untuk menarik lawan jenisnya sedangkan aku selalu tertutup.

“Ma–maaf, aku nggak sengaja. Aku nggak lihat!” cara bicaraku pun terdengar berubah, dulu aku kaku dan malu-malu.

“Akh!” Lenganku tiba-tiba dicengkeram dengan erat. Aku belum mendengar suara apapun secara spontan aku menarik wajahku dan saat mata kami bertatapan.

Jantungku seakan berhenti berdetak lagi. Saat ini, tepat berdiri di hadapanku, dia, Axel Witsel Witzelm, laki-laki berperawakan tinggi juga besar. Dengan dua mata hitam yang tajam juga garis rahangnya yang tajam menambah kedinginan padanya.

Dulu, aku tidak pernah peduli ataupun meliriknya. Aku mengabaikan Axel karena sikapnya selalu saja angkuh terhadapku. Axel selalu menunjukkan sikap tidak ramah dan bersahabat denganku.

Axel selalu menatapku dengan tajam tanpa aku tahu itu adalah tatapan ketulusan dan cintanya yang besar terhadapku.

Tanpa kusadari, air mataku mengalir begitu saja. Aku menyesali semuanya. Seandainya dulu aku bisa sedikit ramah padanya. Aku memberikan kesempatan padanya.

Bahkan hanya untuk berbicara denganku saja aku menolaknya. Aku selalu menjauhi. Apalagi Minna dan Nicholas selalu menjadi penengah yang menjauhkanku dengan Axel.

Tanpa ragu, aku menghempaskan cengkraman tangan Axel dan langsung memeluknya dengan erat. Aku menangis dalam pelukannya.

“Ma–maafkan aku, aku salah. Aku berjanji, kali ini hanya ada kamu!” ucapku lirih dan mungkin saja tidak terdengar oleh Axel.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Berakhir Indah

    Aku merasakan tubuhku terpilih oleh tubuh Nicholas. Memang terkejut, tapi setidaknya aku masih berharap Axel bisa menyelamatkan kita semua. Billy langsung berlari ke arah Renata. Renata sudah pingsan dan Billy segera mengangkat tubuhnya. Di saat Nicholas tersungkur karena pukulan Axel, Axel tanpa ragu menarik tubuh Nicholas hingga dia berlawanan mendekati api. Lalu dengan cepat dia mengambil sisa bahan bakar yang masih ada. Kemudian Axel menyiram bahan bakar tersebut ke tubuh Nicolas. Sebelum adegan menyelamatkanku, Axel masih geram dan dia menghajar Nicholas habis-habisan. Setelah berhasil menyelamatkan Renata, Billy segera kembali ke dalam. "Nggak, aku nggak mau keluar, aku ingin tetap disini. Aku ingin menjalani keselamatan Axel!"Kataku menolak saat Billy akan mengangkat tubuhku. Aku hanya ingin selamat dan keluar bersama Axel. "Sudahlah ikan buntal, yang penting kau selamat dulu. Aku akan menyelamatkan dia setelah menyelamatkanmu!"Billy menjamin dan dia tidak boleh me

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Menjebaknya

    Rena masih terdiam. Dia mana mungkin tega melakukannya."Kenapa kau diam, cepat siram bahan bakar itu pada mereka. Aku akan memberikan pelajaran pada laki-laki bR3 n9 53k yang sudah berani mengambil istriku," ucap Nick penuh penekanan."Apalagi dia sudah berani menyentuh istriku. Istriku, Regina hanya bisa menjadi milikku," ucap Nick terdengar penuh kemurkaan. Dia terlihat seperti benar-benar mencintaiku. Kalau ini di kehidupan lalu, mungkin saja aku sudah benar-benar tertipu.Aku harus bisa membujuk dan meredakan emosinya. Tidak boleh ada hal yang buruk lagi yang menimpa Axel ku."I--ini gila, ini melanggar hukum. Ini nggak boleh dilakukan!" spontan Rena menolak dan memberanikan diri menjawab.Langkah cepat dari Nick dan tamparan sudah melayang di wajah Renata. Seperti dugaanku dia benar-benar tidak mempunyai perasaan. Dia iblis yang berbalut tubuh manusia. Harusnya aku menyadari itu. Kalau Minna dulu tidak menyembah aku, mungkin saja hal seperti ini bisa aku hindari. Tubuh Re

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Petarungan Yang Sengit

    Aku benar-benar tidak salah melihat. Itu adalah Axel, Renata dan si ikan julung-julung.Mereka benar-benar datang untuk menyelamatkanku. Di kehidupan kali ini, aku tidak sendirian lagi. Aku benar-benar terharu melihat kedatangan mereka. Nick terkejut dan segera berbalik. Melihat kedatangan tersebut. Dia terlihat tidak senang."Lepaskan istriku!" teriakan Axel bergema dengan geram.Dia terlihat kesal saat melihatku dipeluk oleh Nick.Nick menyeringai dan sedikit mengejek. Dia merasa sudah menang satu langkah karena sudah bisa merebut hatiku kembali."Istrimu? Cih, kau tidak salah sebut. Seharusnya ini dia sekarang adalah istriku. Kau yang merebutnya dariku!" cara bicara Nick benar-benar seperti orang yang sangat mencintaiku juga cemburu."Lepaskan dia, kau tidak berhak menyentuhnya!" kata Axel semakin geram dan dia tidak ragu untuk melangkah."Hahaha, melepaskannya? Jangan mimpi. Dia ini sudah setuju untuk kembali padaku. Kau sama sekali tidak berhak untuk mengaturnya!" dengus Nick

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Diculik

    Seluruh tubuhku terasa lemas. Aku membuka mata perlahan dan mengamati sekitar. Baunya sedikit menyengat di hidung dan aku merasa ada berada di dalam gudang. “Bukankah ini …,” mataku terkejut ketika benar-benar sudah melihat keadaan sekitar. “Nggak mungkin. Nggak mungkin aku kembali kesini!” batinku mulai bergemuruh.Perasaanku benar-benar tidak nyaman.Kemudian aku menyusun beberapa kejadian sebelum aku berada di tempat ini.“Berarti tadi aku di culik dan yang menculikku …,” pikiranku terhenti. Ketika melihat orang di hadapanku. Tangan dan kakiku diikat. “Kamu sudah bangun, Regina, sayangku!” saat mendengar suara tidak asing itu aku benar-benar yakin, dia adalah Nicolas.Aku ingin mengumpulkan tenaga, tapi entah kenapa tubuhku masih terasa lemah.Sepertinya ini obat yang dulu pernah aku rasakan. Di kelas mendekat dan mencengkram rahangku. “Kau, apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!” Aku ingin sekali meneriakinya. Namun, suaraku tidak bisa terlalu keras.“Hah, aku benar-ben

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Tanggung Jawab

    “Sayang, kita sarapan dulu!” ucap Axel.Dia terlihat sudah menyiapkan sesuatu di meja makan.“Aku sarapan di luar saja bareng Rena,” kataku, karena aku sudah mengirimkan pesan pada Rena untuk sarapan dan ngobrol sebentar sebelum jam pelajaran.“Kok di luar, jam kuliah kamu agak siang kan? Kenapa harus sama temanmu sih?”Axel memeluk pinggangku dari belakang. Menyandarkan kepalanya di bahu.“Kamu kan semalam sudah janji nggak akan protes. Apalagi semalam aku sudah menyetujui semua kemauan mu,” aku mengingatkan agar Axel tidak melupakan janji semalam.“Tapi, apa temanmu itu lebih penting dariku?” Sepertinya Axel sedang cemburu.“Nggak gitu sayang, tapi aku benar-benar harus bicara dengannya. Aku hanya nggak mau dia ditipu oleh si ikan julung-julung itu!” Aku sedikit ketus berkata tentang Billy. Axel membalikkan tubuhku dan menatap mataku. “Apa kamu begitu mencemaskan temanmu itu? Percayalah, Billy tidak akan menipunya. Dan dia sudah bertanggung jawab kan?”“Iya, tanggung jawab sih ta

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Tidak Bisa Pergi Lagi

    Aku mendekati Rena lagi dan mencoba menarik tangannya.“Rena, jangan takut. Aku pasti akan membelamu. Katakan saja kalau kamu ingin pergi darinya sekarang, aku bisa lakukan. Kita nggak usah tinggal disini. Aku punya uang dan kaya. Kita bisa pergi dari sini,” ucapku membuat keduanya mendelik.“Eh, enak saja. Tidak bisa begitu, sayang!” protes Axel. Dia yang ribut lebih dulu dan menarik tanganku.“Aku nggak mau disini kalau temanku diperlakukan buruk olehnya. Dia ini nggak baik buat Rena. Sedangkan kamu nggak bisa membelaku,” aku segera menepis tangan Axel. Menolaknya.“Aku tidak setuju. Kamu tidak boleh pergi dari sini. Kamu kan sudah berjanji padaku.”Axel menggenggam tanganku.Kembali berbalik pada Rena dan menarik tangannya.“Kamu nggak usah takut, Rena. Kita nggak perlu tergantung dengan laki—laki. Aku bisa menjamin semuanya. Ayo, kita pergi dari sini. Kamu nggak usah takut.”Aku memberi keyakinan dan menarik kembali pada Renata.Rena sempat tertegun dan tersenyum lalu mengangguk.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status