“Ayo teriak, Minna, ah ah ini benar-benar enak sekali!” suara Nicholas seperti sedang menghentakkan dengan penuh semangat.Dia kemudian mengambil ikat pinggang yang dilemparkannya tadi. Tidak jauh dari tangan Minna.“Ah sa sakit, Nick. Aku mohon hentikan. Kau benar-benar orang gila!” cerca Minna.Dia bukan hanya dijadikan bulan-bulanan tapi, Nicholas memang punya kelainan psikis.“Yang lebih keras bodoh, ah ah!” ucap Nicholas masih terus mengabaikan Minna.Dia masih asik melakukan gerakan naik turun di kepemilikan Minna. Sedangkan Minna bukan merasakan enak. Dia menangis lebih keras.“Kau ini harus bisa memuaskan aku. Sebelum aku bisa mendapatkan kakakmu itu, kamu yang harus aku jadikan kelinci percobaan. Aku nggak boleh kasar sama dia.”“Kau tahu, aku sedang berpikir, siapa yang akan lebih hebat saat di ranjang. Apa itu kamu atau kakakmu itu, ah ah!”ucap Nicholas, dia kemudian menaruh ikat pinggang tadi di leher Minna dan mulai menjeratnya dengan keras.“Nah, ah ah benar seperti in
Setelah semalaman Minna sulit tidur. Pagi ini dia berencana untuk mengakhiri semua kekesalan hatinya.Minna harus bisa membuat ayahnya kembali pulang. Apapun caranya.Tanpa ibunya ketahui, dia yang sudah tahu dimana pasti keberadaan sang ayah, Minna merasa harus mendatangi mereka.Tepat mobilnya terparkir tidak jauh dari kediamanan wanita simpanan ayahnya. Minna masih memantau dari kejauhan.Dia harus melihat kondisi sekitar. Rencananya, dia ingin melabrak wanita simpanan ayahnya.Dia merasa harus menegakkan keadilan untuk ibunya.Tak lama sesuai dengan dugaan, Minna melihat mobil ayahnya keluar dari rumah tersebut dan dibarengi dengan kepergian mobil itu, Minna benar—benar melihat seorang wanita.Seperti yang dikatakan ibunya, wanita itu memang tidak berbeda jauh dengan dirinya. Masih sangat muda dan sudah memiliki seorang anak.“Dasar papa nggak berperasaan. Papa benar—benar sudah menghianati mama. Bisa—bisanya dia menyembunyikan hubungan mereka,” geram Minna mengomentari sosok wa
“Ada apa tanda tanya kenapa seharian ini kau sulit dihubungi?” Nick sedang berada dalam panggilan Minna.Sejak pagi siang dan sore Nick coba menghubunginya, Minna terus menghindar.Selain ada alasan lain karena ibunya sedang mengikuti sang ayah. Minna juga tidak ingin dijadikan bulan-bulanan oleh Nicholas.Dia tidak mau jadi alat pelampiasan saat Nicholas marah. “Aku sedang sibuk dengan mama, jadi untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu,” kata Minna menghindar.Dia sedang mencari cara untuk membalas dendam pengkhianatan ayahnya. Bagaimanapun ibunya tidak boleh menderita. Mina ingin ayahnya juga mendapatkan pembalasan setimpal. Hal itu sedang dia pikirkan, dan benar-benar dia akan melakukannya. “Pokoknya aku tidak mau tahu, besok pagi kita harus bertemu. Aku benar-benar kehilangan kontak dengan kakakmu itu!” Suara Nicholas terdengar frustasi dan dia berpikir harus mencari cara agar bisa menemuiku. “Apa kau lupa, kemarin kau sudah tahu. Karena kau tidak berhasil m
“Dasar, laki-laki kaku dan dingin. Dia tadi beneran menembakku?” bisik Rena dalam hati. Di dalam mobil dia masih sedikit terbayang dengan kejadian tadi.Rick mengamati. Anaknya sudah dalam pangkuan Rena dan tertidur.“Ah, maaf, tadi saya tidak menjawab telepon Tuan,” kata Rena, dia merasa tidak enak hati karena mengabaikan panggilan telepon dari Rick.“Em, tidak masalah. Yang terpenting saat ini kau sudah setuju untuk mengasuh Belinda,” ucap Rick penuh makna.Meski sedang fokus menyetir, dia melirik ke arah Rena. “Tadi itu …,” Rena sedikit ragu untuk mengatakan, tapi dia sadar tidak boleh mengabaikan perasaan Billy setelah dia mengungkapkan. “Aku mengerti. Tapi, jika memang dia keberatan, beritahu aku secepatnya!” Sepertinya tidak perlu dijelaskan, Rick sudah memahami posisi gadis itu. “Em, dia tidak masalah. Dia bukan orang yang berpikir sempit dengan melarangku bekerja,” kata Rena, dia berbicara seolah sudah memiliki hubungan yang lama dengan Billy.Setidaknya Rena harus memberi
Rena menghampiri dan menggandeng tanganku.“Jadi, apa alasanmu? Hah?!” Aku penasaran ingin langsung mendengar ceritanya.Axel dan Billy mengikuti dari belakang. Juga menyimak pembicaraan kami.“Sepertinya, aku akan berhenti bekerja dari cafe,” kata Rena mulai bercerita.“Seriusan!”“Iya, aku juga nggak nyangka. Tuan Rick menawarkan aku pekerjaan sebagai pengasuh. Kerjanya fleksibel. Aku juga masih bisa kuliah. Tempat tinggal dan makan sudah di tanggung. Aku hanya perlu merawat dan menjaga Belinda!” Cetus Rena penuh antusias.“Benarkah?!”Aku mungkin saja tidak percaya kalau tidak mendengar langsung dari mulut Rena.“Um, bahkan dengan gaji double!” tambah Rena dengan wajah berseri-seri.Aku yakin dibandingkan dengan bantuan ku yang cuma-cuma menawarkan dia tempat tinggal. Rena akan merasa tidak terbebani dengan hal ini.Meskipun aku juga belum tahu alasan sebenarnya si Rick itu memberikan pekerjaan. Anggap saja, dia memang benar-benar membutuhkan pengasuh untuk anaknya.“Aku ikut senan
“Aunty Renata, kenapa Aunty nggak mau ke rumah kami saja,” kata Belinda masih menggenggam tangan Rena.Sepertinya dia enggan berpisah. Sang ayah hanya diam-diam memperhatikan. Dia tidak banyak bicara saat ini.“Em, Aunty nggak punya alasan untuk main ke rumah kamu, sayang. Memangnya kamu mau menerima Aunty jadi pengasuh kamu kalau Aunty sedang nggak bekerja,” jawaban tersebut meluncur mulus dari mulut Rena.Dia memang sedang berpikir mencari pekerjaan lain yang bisa dijadikan tempat tinggal. Rena merasa tidak ingin terlalu membebani ku.“Daddy dengar kan? Lebih baik Aunty diterima saja jadi pengasuhku,” Belinda menoleh sang ayah dan memegang tangannya.Rick menatap wajah Renata.“Ah, umm, bukan maksudnya seperti itu. Saya memang sedang butuh pekerjaan tambahan selain di kafe. Apalagi pekerjaan itu bisa menampung saya tinggal,” meski sedikit ragu. Renata tetap mengutarakan maksudnya.“Aku nggak keberatan. Asalkan anakku suka. Dan sepertinya anakku memang menyukaimu,” tukas Rick menatap