“Apa maksud ucapan, Anda, Nona?”
Billy memang berbeda dari pengawal lainnya. Dia tidak takut mengungkapkan pikirannya. “Nggak ada maksud apa-apa kok. Aku hanya asal bicara saja. Lagian aku lebih suka yang melakukan semua adalah Axel. Jadi, kau nggak usah ikut campur deh urusan tuanmu,” sahutku benar-benar tidak mau mengalah. “Apa?” delik Billy. Bugh! Tiba-tiba saja Axel menonjok kursi yang didudukinya. Axel terlihat tidak setuju saat Billy menentang ucapanku. “Aku nggak ngajakin dia ribut ya, dia saja yang mau ribut denganku. Harusnya dia tuh nggak usah banyak omong,” kataku menjadi berani karena aku yakin meski Axel bersikap dingin padaku seperti itu, aku tetap menjadi prioritasnya. “Kalau kamu gak mau beliin juga ga apa-apa, tapi karena tasku tertinggal disana jadinya aku nggak bisa belanja sendiri. Aku sanggup kok beli sendiri, aku punya uang. Cuma ya sekarang memang lagi gak pegang uang kan.” Hmmm … aku yakin 100% sekarang Axel sedang menganggapku gila atau hilang ingatan. Semua kepribadianku berubah total dimatanya. Axel tetap tidak menjawab hanya menatapku. Aku jadi sedikit kesal. “Ya sudah, aku pulang saja. Aku bisa pulang naik taksi kok. Berikan kartu namamu. Nanti akan aku ganti semua ongkos dan biaya rumah sakit tadi,” ucapku lalu aku berbalik akan keluar mobil. Karena di kehidupan lalu aku tidak pernah berhubungan dengan Axel bahkan kontaknya pun aku nggak tahu. jadi, nggak salah kalau sekarang aku meminta kontaknya. “Billy, keluarlah!” Perintah Axel penuh penekanan sambil dia mencengkram tanganku. Aku seolah tidak mendengar ucapan Axel. Seolah kepalaku nge-bug karena Axel bersikap seperti tadi. Tanpa aku sadari, aku meronta berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya. Aku jadi ikut lebih ngambek dengan sikap Axel yang cuek itu. Aku merasa Axel menolakku. Aku merasa ini berbeda dengan apa yang aku bayangkan. Aku membayangkan kalau Axel akan bersikap romantis saat aku meminta itu. “Apa aku sudah mengizinkan kamu pergi? Seenaknya saja berkata, lalu kau pergi meninggalkanku. Aku tidak akan biarkan itu!” Tiba-tiba saja Axel merang–sak, mendekat. Dia menarik pinggangku. Aku sempat terkejut. Suaranya tadi berbeda, itu seperti tekanan yang tidak akan membiarkan seseorang bernapas. Aku seperti mangsa yang tidak akan dia lepaskan begitu saja. Entah kenapa hatiku tadi sempat bergemuruh karena Axel bersikap dingin. Aku yang terlalu agresif menyerangnya lebih dulu agar dia tahu perasaanku. Namun, sepertinya aku merasa Axel tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Mata kami berdua bertatapan. Yang tidak bisa aku cegah adalah air mataku yang mengalir begitu saja. Tangan dingin Axel membelai pipiku lalu mengusap air mataku. “Apakah kamu benar-benar akan meninggalkanku lagi? Heum?! Aku tahu mungkin ini sudah terlambat. Tapi, aku mohon jangan tinggalkan aku lagi. Hatiku sudah sangat terluka saat tahu kamu bersama dengan laki-laki itu. Apa aku harus membelah dadaku dan mengambil jantungku untukmu?” Aku menggeleng dan menitikkan air mata lagi. Tidak menyangka kalau aku mendapatkan pernyataan cinta yang tulus dari Axel. Aku langsung membekap mulutnya agar Axel tidak mengucapkan lagi kata yang membuat hatiku tambah sakit. “Nggak seperti itu, Xel …,” ucapku terisak, aku ingin menjelaskan, namun sedikit mencerna ucapan Axel. Dia bilang aku meninggalkannya. Ucapannya seperti aku sudah memiliki hubungan dengannya, tapi aku yang seperti mengkhianatinya lebih dulu. Aku hampir tidak memahaminya, hanya saja sikapnya yang rela mengorbankan nyawa keluar dari mulutnya sudah membuatku kehabisan napas. Bagaimana mungkin aku tega melihatnya mati karena ku untuk kedua kalinya. Axel perlahan menarikku dan membawaku ke dalam pangkuan nya. Lalu dia menatap mataku dan menghapus air mataku. “Tadi bukannya kamu bilang, aku disuruh memberikan hal yang paling berharga dari diriku. Aku hanya memiliki nyawaku yang aku rasa itu yang paling berharga dariku. Aku akan berikan padamu, sekarang pun … aku rela melakukannya untukmu!” Aku tak bisa membendung lagi, air mataku semakin deras. Inilah cinta yang sesungguhnya. Cinta yang aku tidak dapatkan dari suamiku Nicholas. Dia tidak pernah mau berkorban apapun untukku, sedangkan Axel yang dalam kehidupan laluku tidak sama sekali aku perhatikan malah rela memberikan juga mengorbankan nyawanya. Sungguh ironis, Regina…. Aku menangis dalam diam. Semua penderitaan dan pengkhianatan suami juga adik tiriku seolah terbayar dengan kehadiran sosok Axel. Aku menjatuhkan tubuhku dalam pelukannya. Menangis tersedu dengan keras. Sampai Axel sendiri bingung kenapa aku menangis keras seperti itu. “Tolong jangan menangis seperti itu, hatiku semakin tersiksa melihatmu seperti itu. Aku berjanji, selama aku masih hidup, kamu akan aku lindungi. Tidak akan kubiarkan seorang pun menyakitimu, Regi!” Tegas dan jelas suara Axel membakar dalam tubuhku. Itu bukan hanya sebuah perkataan, namun itu sudah dibuktikan di kehidupan lalunya. Axel memang selalu ada dan melindungiku. Axel adalah malaikat pelindungku. Hanya saja aku yang bodoh tidak pernah menyadari keberadaannya. Axel belahan jiwa juga kekasih sejatiku. “Sudahlah jangan menangis lagi. Aku bingung kalau kau menangis seperti ini,” Axel berkata dengan lembut sambil mengusap punggungku. “Hiks … hiks … habisnya kamu juga kan yang bikin aku nangis kayak gini … hiks … hiks …,” aku berkata, bergetar masih menangis. Axel tersenyum. Ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum. Ternyata senyumannya seindah mentari pagi. “Pokoknya kamu harus tanggung jawab,” cetusku. “Apalagi yang kurang, Reg? Hmm?!” Senyuman Axel merekah dengan suaranya yang lembut menyapa telingaku. “Pokoknya kamu harus jadi pacarku?” cetusku lagi sambil menghamburkan kepalaku di dadanya, aku bersikap manja seperti kucing jinak. Padahal tadi sudah ngotot tidak jelas juntrungannya. “Maksudnya, aku disuruh jadi selingkuhanmu? Hah?!” Axel berkata dengan nada ringan seolah bukan masalah kalau dia menjadi selingkuhanku. “Gak gitu, aku akan putuskan Nicholas. Pokoknya aku cuma mau kamu jadi pacarku,” rengekku semakin terdengar tidak jelas. “Hahahaha!!” “Kok ketawa sih? Aku serius tahu!” ucapku ketus dan mendelik. Aku merasa Axel sedang mengejekku. Lalu tanpa sadar aku memukuli dadanya. Axel menangkap kedua tanganku. “Ternyata aku baru tahu kalau selama ini kamu punya kepribadian ganda. Harusnya sejak dulu kamu tunjukkan sikapmu yang seperti ini,” ucap Axel kini dia mencubit hidungku perlahan. Aku terpana seperti orang bodoh. Yah … mungkin saja aku memang sudah bodoh. Bodoh karena aku sekarang sedang jatuh cinta pada Axel. Dan kali ini adalah cintaku yang sesungguhnya. Aku tidak mungkin salah orang lagi. Dia adalah pasangan jiwaku. Lalu tanpa sadar, jarak kami berdua malah semakin dekat. Seperti tidak perlu kami ucapkan, semua seperti magnet yang saling menarik satu sama lainnya. Axel mencintaiku, begitupun diriku yang sudah membuka hati sepenuhnya untuk Axel. “Jangan menyesalinya ya, karena ucapanmu tadi tidak akan pernah bisa kamu tarik kembali, Regi. Kamu saat ini, sepenuhnya sudah menjadi bagianku, mengerti?” Seperti terhipnotis pada ucapannya. Aku mengangguk dengan pelan beriringan dengan Axel yang memajukan wajahnya hingga hidung kami sama-sama menempel. Aku seperti melayang di udara. Karena hawa panas menjalar di bibir kami berdua. Kamu berdua tebang di dunia ke tujuh. Ini adalah ciuman pertama kami dan buatku bukan hanya yang pertama, ini adalah bagian dari kisahku dengan Axel yang tidak akan pernah dapat di sentuh Nicholas karena dengan Nicholas selama kami berhubungan dan menikah, dia selalu bisa menghindari dan menghindari aktivitas ini. ***Aku merasakan tubuhku terpilih oleh tubuh Nicholas. Memang terkejut, tapi setidaknya aku masih berharap Axel bisa menyelamatkan kita semua. Billy langsung berlari ke arah Renata. Renata sudah pingsan dan Billy segera mengangkat tubuhnya. Di saat Nicholas tersungkur karena pukulan Axel, Axel tanpa ragu menarik tubuh Nicholas hingga dia berlawanan mendekati api. Lalu dengan cepat dia mengambil sisa bahan bakar yang masih ada. Kemudian Axel menyiram bahan bakar tersebut ke tubuh Nicolas. Sebelum adegan menyelamatkanku, Axel masih geram dan dia menghajar Nicholas habis-habisan. Setelah berhasil menyelamatkan Renata, Billy segera kembali ke dalam. "Nggak, aku nggak mau keluar, aku ingin tetap disini. Aku ingin menjalani keselamatan Axel!"Kataku menolak saat Billy akan mengangkat tubuhku. Aku hanya ingin selamat dan keluar bersama Axel. "Sudahlah ikan buntal, yang penting kau selamat dulu. Aku akan menyelamatkan dia setelah menyelamatkanmu!"Billy menjamin dan dia tidak boleh me
Rena masih terdiam. Dia mana mungkin tega melakukannya."Kenapa kau diam, cepat siram bahan bakar itu pada mereka. Aku akan memberikan pelajaran pada laki-laki bR3 n9 53k yang sudah berani mengambil istriku," ucap Nick penuh penekanan."Apalagi dia sudah berani menyentuh istriku. Istriku, Regina hanya bisa menjadi milikku," ucap Nick terdengar penuh kemurkaan. Dia terlihat seperti benar-benar mencintaiku. Kalau ini di kehidupan lalu, mungkin saja aku sudah benar-benar tertipu.Aku harus bisa membujuk dan meredakan emosinya. Tidak boleh ada hal yang buruk lagi yang menimpa Axel ku."I--ini gila, ini melanggar hukum. Ini nggak boleh dilakukan!" spontan Rena menolak dan memberanikan diri menjawab.Langkah cepat dari Nick dan tamparan sudah melayang di wajah Renata. Seperti dugaanku dia benar-benar tidak mempunyai perasaan. Dia iblis yang berbalut tubuh manusia. Harusnya aku menyadari itu. Kalau Minna dulu tidak menyembah aku, mungkin saja hal seperti ini bisa aku hindari. Tubuh Re
Aku benar-benar tidak salah melihat. Itu adalah Axel, Renata dan si ikan julung-julung.Mereka benar-benar datang untuk menyelamatkanku. Di kehidupan kali ini, aku tidak sendirian lagi. Aku benar-benar terharu melihat kedatangan mereka. Nick terkejut dan segera berbalik. Melihat kedatangan tersebut. Dia terlihat tidak senang."Lepaskan istriku!" teriakan Axel bergema dengan geram.Dia terlihat kesal saat melihatku dipeluk oleh Nick.Nick menyeringai dan sedikit mengejek. Dia merasa sudah menang satu langkah karena sudah bisa merebut hatiku kembali."Istrimu? Cih, kau tidak salah sebut. Seharusnya ini dia sekarang adalah istriku. Kau yang merebutnya dariku!" cara bicara Nick benar-benar seperti orang yang sangat mencintaiku juga cemburu."Lepaskan dia, kau tidak berhak menyentuhnya!" kata Axel semakin geram dan dia tidak ragu untuk melangkah."Hahaha, melepaskannya? Jangan mimpi. Dia ini sudah setuju untuk kembali padaku. Kau sama sekali tidak berhak untuk mengaturnya!" dengus Nick
Seluruh tubuhku terasa lemas. Aku membuka mata perlahan dan mengamati sekitar. Baunya sedikit menyengat di hidung dan aku merasa ada berada di dalam gudang. “Bukankah ini …,” mataku terkejut ketika benar-benar sudah melihat keadaan sekitar. “Nggak mungkin. Nggak mungkin aku kembali kesini!” batinku mulai bergemuruh.Perasaanku benar-benar tidak nyaman.Kemudian aku menyusun beberapa kejadian sebelum aku berada di tempat ini.“Berarti tadi aku di culik dan yang menculikku …,” pikiranku terhenti. Ketika melihat orang di hadapanku. Tangan dan kakiku diikat. “Kamu sudah bangun, Regina, sayangku!” saat mendengar suara tidak asing itu aku benar-benar yakin, dia adalah Nicolas.Aku ingin mengumpulkan tenaga, tapi entah kenapa tubuhku masih terasa lemah.Sepertinya ini obat yang dulu pernah aku rasakan. Di kelas mendekat dan mencengkram rahangku. “Kau, apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!” Aku ingin sekali meneriakinya. Namun, suaraku tidak bisa terlalu keras.“Hah, aku benar-ben
“Sayang, kita sarapan dulu!” ucap Axel.Dia terlihat sudah menyiapkan sesuatu di meja makan.“Aku sarapan di luar saja bareng Rena,” kataku, karena aku sudah mengirimkan pesan pada Rena untuk sarapan dan ngobrol sebentar sebelum jam pelajaran.“Kok di luar, jam kuliah kamu agak siang kan? Kenapa harus sama temanmu sih?”Axel memeluk pinggangku dari belakang. Menyandarkan kepalanya di bahu.“Kamu kan semalam sudah janji nggak akan protes. Apalagi semalam aku sudah menyetujui semua kemauan mu,” aku mengingatkan agar Axel tidak melupakan janji semalam.“Tapi, apa temanmu itu lebih penting dariku?” Sepertinya Axel sedang cemburu.“Nggak gitu sayang, tapi aku benar-benar harus bicara dengannya. Aku hanya nggak mau dia ditipu oleh si ikan julung-julung itu!” Aku sedikit ketus berkata tentang Billy. Axel membalikkan tubuhku dan menatap mataku. “Apa kamu begitu mencemaskan temanmu itu? Percayalah, Billy tidak akan menipunya. Dan dia sudah bertanggung jawab kan?”“Iya, tanggung jawab sih ta
Aku mendekati Rena lagi dan mencoba menarik tangannya.“Rena, jangan takut. Aku pasti akan membelamu. Katakan saja kalau kamu ingin pergi darinya sekarang, aku bisa lakukan. Kita nggak usah tinggal disini. Aku punya uang dan kaya. Kita bisa pergi dari sini,” ucapku membuat keduanya mendelik.“Eh, enak saja. Tidak bisa begitu, sayang!” protes Axel. Dia yang ribut lebih dulu dan menarik tanganku.“Aku nggak mau disini kalau temanku diperlakukan buruk olehnya. Dia ini nggak baik buat Rena. Sedangkan kamu nggak bisa membelaku,” aku segera menepis tangan Axel. Menolaknya.“Aku tidak setuju. Kamu tidak boleh pergi dari sini. Kamu kan sudah berjanji padaku.”Axel menggenggam tanganku.Kembali berbalik pada Rena dan menarik tangannya.“Kamu nggak usah takut, Rena. Kita nggak perlu tergantung dengan laki—laki. Aku bisa menjamin semuanya. Ayo, kita pergi dari sini. Kamu nggak usah takut.”Aku memberi keyakinan dan menarik kembali pada Renata.Rena sempat tertegun dan tersenyum lalu mengangguk.