Share

Nanti Diracuni

last update Last Updated: 2025-03-13 16:42:37

“Apa yang sebenarnya terjadi denganmu, Nona Besar? Sepertinya ini bukan rencana yang dia inginkan?”

Axel berkata saat kami sudah berada di dalam mobil dan dia menurunkanku di kursi penumpang dengan perlahan juga hati-hati. Tatapannya tetap lekat seolah menanti jawaban pasti dariku.

“Sshh … hmmm … bisakah kita membahasnya nanti saja,” ucapku masih mengibas panas yang terasa di kaki.

Axel hanya melirik, tapi tetap saja dia lebih tidak tega melihatku seperti itu.

“Billy, apa kau siput? Kenapa lama sekali jalannya?” Nada bariton Axel keluar lagi dan aku ikut menatap kearah suaranya.

“Aku nggak tau kalau kamu benar-benar perhatian banget padaku. Kenapa dulu kamu nggak pernah bilang sih?” ucapku hampir tak terdengar karena bergerutu.

“Memangnya kamu kasih aku kesempatan!” jawab Axel.

Dia terlihat tidak malu atau ragu mengungkapkan perasaannya. Padahal setahuku dulu Axel selalu bersikap ketus saat berbicara denganku. Atau aku saja yang tidak pernah peka dan menyadari semua ketulusan Axel.

“Jadi kalau sekarang aku kasih kesempatan, kamu mau mengambilnya?”

Wuaahhh … aku benar-benar cegil gak tau malu. Bisa tanpa ada ayakan terus saja mengompori Axel.

“Tuan sudah sampai!” Billy berkata memotong tatapan penuh arti kami.

Axel bergegas keluar dan berputar membuka pintuku. Dia dengan cekatan tanpa menunggu persetujuan langsung mengangkat tubuhku ala pengantin baru.

Aku hanya bisa menatap kembali. Perlahan namun pasti jantungku hampir sulit dikendalikan.

Omaygot … dia benar-benar ganteng banget sih. Aku benar-benar bodoh sampai bisa menikah dengan Nicholas dulu. Mataku benar-benar buta sampai nggak bisa melihat kebaikan juga ketulusannya saat itu.

Dengan penuh percaya diri, aku pun nggak meminta izin Axel saat meletakkan kepalaku di dadanya.

“Tolong periksa dan pastikan lukanya tidak membekas, Roger!” ucap Axel menurunkan aku pada kamar entah kapan juga dia memesannya tahu-tahu aku sudah berada di dalamnya. Dan seorang laki-laki dengan tampang ketus menyambut kedatangan kami.

“Kau gila, Xel, kau suruh aku batalkan operasi hanya untuk menangani orang yang ketumpahan sup saja!” cerca nya kesal, namun tangannya dengan segera menangani lukaku.

Aku tidak tahu siapa dia. Sepertinya orang ini tidak ada dalam masa laluku. Dulu kan aku dibawa Nicholas ke rumah sakit sambil menangis dan hanya dokter umum yang menangani lukaku.

“Tutup mulutmu atau aku akan hentikan semua dukunganku pada rumah sakit ini,” dengkus Axel masih dengan pose melipat kedua tangannya.

“Kau gila? Ancaman macam apa itu? Hanya demi wanita yang tidak mau membalas perasaanmu ini kau tega melakukan itu padaku. Cih, dasar otak tidak berguna. Mau saja kau dimanfaatkan. Dia ini hanya akan jadi bencana saja buatmu, Xel!” Sahutan menjadi lebih ketus.

Roger terlihat tidak suka padaku. Padahal aku sama sekali merasa tidak punya masalah dengannya.

“Diam! Tutup mulutmu, Roger, atau pisau bedah ini akan merobek mulut tidak tahu dirimu itu!”

Axel mode on devil. Aku benar-benar tidak menyangka di kehidupanku yang sekarang aku bisa menyaksikan suasana lain yang kujalani dengan Minna juga Nicholas.

Mereka selalu berada disisiku. Bersikap baik dan terlihat memanjakanku, padahal mereka sedang mengikat diriku seperti boneka yang mudah mereka mainkan.

Roger tidak berani beradu argumen lagi dengan Axel. Dia segera membalut lukaku dan memastikan obat untuk kaki agar tidak membekas.

“Oleskan tiga kali sehari dan pastikan habiskan salep juga obat yang diresepkan. Untungnya ini tidak terlalu dalam jadi aku rasa ini tidak akan menimbulkan bekas,” Roger menjelaskan sambil menatap mataku.

Dia terlihat masih tidak percaya padaku. Lirikannya sudah membuatku mengerti.

“Tolong jangan salah paham. Aku bukan nggak mau membalas perasaan Axel padaku. Aku kan memang nggak tahu kalau Axel suka denganku. Dia nggak pernah bilang apa-apa kok, jadi aku harusnya nggak salah dong,” entah kenapa aku merasa harus memberikan penjelasan pada Roger.

Dia itu sok tahu banget sih.

“Kalau dia mau aku balas perasaannya, bukannya dia juga harus mengungkap perasaannya padaku, kan?” Aku yang tidak bisa berhenti kini menoleh pada Axel seolah menyalahkannya juga.

Roger menelan ludahnya, dia tidak menyangka kalau aku akan berbicara seperti itu.

“Hah, kau gila, Xel? Ini yang kau bilang wanita pendiam dan polos? Cih, aku rasa matamu sudah berlapis belek puluhan tahun sampai kau tidak bisa membedakan wanita pendiam dan mulut iblis,” jawab Roger semakin ketus setelah mendengar ucapanku.

Axel tidak berkomentar.

“Apa kamu masih lapar?” ucap Axel seketika membuat Roger geleng-geleng dan menghempaskan nafas kasarnya.

“Pergilah dan jangan ganggu pekerjaanku lagi. Kalian berdua ternyata sama saja. Kepala batu,” cetus Roger kemudian beranjak dari duduk dan meninggalkan kami.

Karena aku menjawab pertanyaan Axel dengan anggukan kepala seolah tidak peduli lagi dengan siapapun.

“Apa boleh aku memakan apapun yang aku inginkan? Selama ini aku hanya makan apa yang diatur oleh Minna dan Nicholas juga keluargaku,” ucapku yang sekarang sudah mengalungkan tanganku di leher Axel lagi.

“Uhm!” Jawabnya.

“Aku mau ice cream strawberry dan kentang goreng,” sahutku penuh antusias.

“Apa itu berarti kau memberikanku kesempatan?” ucap Axel, sesaat dia menghentikan langkahnya dan menatapku, dia benar-benar menantikan aku menjawabnya.

“Aku akan memberikanmu kesempatan asalkan malam ini kamu memberiku sesuatu yang paling berharga darimu,” ucapku, Axel menautkan keningnya. Dan dia benar-benar merasa aku sudah banyak berubah.

Axel tidak menjawab ku, dia malah melanjutkan langkahnya.

Ya ampun … kok dia diam aja sih?? Akh jangan-jangan dia berubah pikiran dan menolakku. Dia malah ilfil gara-gara aku yang kepedean banget. Padahal kan aku bersikap seperti ini hanya ingin dia tahu kalau aku mau berubah dan aku hanya ingin dia yang jadi masa depanku.

Tapi … kalau dia benar-benar menolakku, aku harus bagaimana? Masa aku harus tetap menikah dengan Nicholas sih? Ahh!! Ga mau pokoknya aku nggak mau. Itu gak boleh terjadi.

Meskipun langit runtuh dan bumi terbelah, aku hanya ingin Axel yang menjadi bagian dariku.

Bagaimanapun caranya, aku harus mendapatkan hati Axel. Meskipun aku harus menggoda atau merayunya mati-matian, aku harus bersama Axel. Aku nggak mau lagi mati sia-sia.

“Billy, kita cari ice cream dan kentang goreng,” kata Axel setelah kami sudah ada lagi di dalam mobil dan Axel tidak membahas apapun lagi.

“Baik, Tuan!” Jawab Billy hanya melirik dari kaca spion yang melihat gerak-gerikku. Billy merasa tuannya seolah menutup mata dengan apa yang aku lakukan.

Aku langsung berinisiatif mendekat dengannya dan meraih lengannya. Axel tetap diam dan tanpa reaksi. Tatapannya seolah berubah dingin.

“Aku maunya kamu yang membelikan langsung. Aku gak mau dia yang membelikan, aku takut nanti dia meracuniku!” ucapku dengan manja di lengan Axel sambil melirik ke arah Billy yang menyetir terus mengawasiku.

Sontak mobil mengerem mendadak.

Bruk!

“Agh!” jeritku. Karena Billy mengerem mendadak tubuhku ikut tidak stabil hingga membuat dahiku terbentur kursi depan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Berakhir Indah

    Aku merasakan tubuhku terpilih oleh tubuh Nicholas. Memang terkejut, tapi setidaknya aku masih berharap Axel bisa menyelamatkan kita semua. Billy langsung berlari ke arah Renata. Renata sudah pingsan dan Billy segera mengangkat tubuhnya. Di saat Nicholas tersungkur karena pukulan Axel, Axel tanpa ragu menarik tubuh Nicholas hingga dia berlawanan mendekati api. Lalu dengan cepat dia mengambil sisa bahan bakar yang masih ada. Kemudian Axel menyiram bahan bakar tersebut ke tubuh Nicolas. Sebelum adegan menyelamatkanku, Axel masih geram dan dia menghajar Nicholas habis-habisan. Setelah berhasil menyelamatkan Renata, Billy segera kembali ke dalam. "Nggak, aku nggak mau keluar, aku ingin tetap disini. Aku ingin menjalani keselamatan Axel!"Kataku menolak saat Billy akan mengangkat tubuhku. Aku hanya ingin selamat dan keluar bersama Axel. "Sudahlah ikan buntal, yang penting kau selamat dulu. Aku akan menyelamatkan dia setelah menyelamatkanmu!"Billy menjamin dan dia tidak boleh me

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Menjebaknya

    Rena masih terdiam. Dia mana mungkin tega melakukannya."Kenapa kau diam, cepat siram bahan bakar itu pada mereka. Aku akan memberikan pelajaran pada laki-laki bR3 n9 53k yang sudah berani mengambil istriku," ucap Nick penuh penekanan."Apalagi dia sudah berani menyentuh istriku. Istriku, Regina hanya bisa menjadi milikku," ucap Nick terdengar penuh kemurkaan. Dia terlihat seperti benar-benar mencintaiku. Kalau ini di kehidupan lalu, mungkin saja aku sudah benar-benar tertipu.Aku harus bisa membujuk dan meredakan emosinya. Tidak boleh ada hal yang buruk lagi yang menimpa Axel ku."I--ini gila, ini melanggar hukum. Ini nggak boleh dilakukan!" spontan Rena menolak dan memberanikan diri menjawab.Langkah cepat dari Nick dan tamparan sudah melayang di wajah Renata. Seperti dugaanku dia benar-benar tidak mempunyai perasaan. Dia iblis yang berbalut tubuh manusia. Harusnya aku menyadari itu. Kalau Minna dulu tidak menyembah aku, mungkin saja hal seperti ini bisa aku hindari. Tubuh Re

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Petarungan Yang Sengit

    Aku benar-benar tidak salah melihat. Itu adalah Axel, Renata dan si ikan julung-julung.Mereka benar-benar datang untuk menyelamatkanku. Di kehidupan kali ini, aku tidak sendirian lagi. Aku benar-benar terharu melihat kedatangan mereka. Nick terkejut dan segera berbalik. Melihat kedatangan tersebut. Dia terlihat tidak senang."Lepaskan istriku!" teriakan Axel bergema dengan geram.Dia terlihat kesal saat melihatku dipeluk oleh Nick.Nick menyeringai dan sedikit mengejek. Dia merasa sudah menang satu langkah karena sudah bisa merebut hatiku kembali."Istrimu? Cih, kau tidak salah sebut. Seharusnya ini dia sekarang adalah istriku. Kau yang merebutnya dariku!" cara bicara Nick benar-benar seperti orang yang sangat mencintaiku juga cemburu."Lepaskan dia, kau tidak berhak menyentuhnya!" kata Axel semakin geram dan dia tidak ragu untuk melangkah."Hahaha, melepaskannya? Jangan mimpi. Dia ini sudah setuju untuk kembali padaku. Kau sama sekali tidak berhak untuk mengaturnya!" dengus Nick

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Diculik

    Seluruh tubuhku terasa lemas. Aku membuka mata perlahan dan mengamati sekitar. Baunya sedikit menyengat di hidung dan aku merasa ada berada di dalam gudang. “Bukankah ini …,” mataku terkejut ketika benar-benar sudah melihat keadaan sekitar. “Nggak mungkin. Nggak mungkin aku kembali kesini!” batinku mulai bergemuruh.Perasaanku benar-benar tidak nyaman.Kemudian aku menyusun beberapa kejadian sebelum aku berada di tempat ini.“Berarti tadi aku di culik dan yang menculikku …,” pikiranku terhenti. Ketika melihat orang di hadapanku. Tangan dan kakiku diikat. “Kamu sudah bangun, Regina, sayangku!” saat mendengar suara tidak asing itu aku benar-benar yakin, dia adalah Nicolas.Aku ingin mengumpulkan tenaga, tapi entah kenapa tubuhku masih terasa lemah.Sepertinya ini obat yang dulu pernah aku rasakan. Di kelas mendekat dan mencengkram rahangku. “Kau, apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!” Aku ingin sekali meneriakinya. Namun, suaraku tidak bisa terlalu keras.“Hah, aku benar-ben

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Tanggung Jawab

    “Sayang, kita sarapan dulu!” ucap Axel.Dia terlihat sudah menyiapkan sesuatu di meja makan.“Aku sarapan di luar saja bareng Rena,” kataku, karena aku sudah mengirimkan pesan pada Rena untuk sarapan dan ngobrol sebentar sebelum jam pelajaran.“Kok di luar, jam kuliah kamu agak siang kan? Kenapa harus sama temanmu sih?”Axel memeluk pinggangku dari belakang. Menyandarkan kepalanya di bahu.“Kamu kan semalam sudah janji nggak akan protes. Apalagi semalam aku sudah menyetujui semua kemauan mu,” aku mengingatkan agar Axel tidak melupakan janji semalam.“Tapi, apa temanmu itu lebih penting dariku?” Sepertinya Axel sedang cemburu.“Nggak gitu sayang, tapi aku benar-benar harus bicara dengannya. Aku hanya nggak mau dia ditipu oleh si ikan julung-julung itu!” Aku sedikit ketus berkata tentang Billy. Axel membalikkan tubuhku dan menatap mataku. “Apa kamu begitu mencemaskan temanmu itu? Percayalah, Billy tidak akan menipunya. Dan dia sudah bertanggung jawab kan?”“Iya, tanggung jawab sih ta

  • Aku Kembali Untuk Membalas Penghianat Suamiku    Tidak Bisa Pergi Lagi

    Aku mendekati Rena lagi dan mencoba menarik tangannya.“Rena, jangan takut. Aku pasti akan membelamu. Katakan saja kalau kamu ingin pergi darinya sekarang, aku bisa lakukan. Kita nggak usah tinggal disini. Aku punya uang dan kaya. Kita bisa pergi dari sini,” ucapku membuat keduanya mendelik.“Eh, enak saja. Tidak bisa begitu, sayang!” protes Axel. Dia yang ribut lebih dulu dan menarik tanganku.“Aku nggak mau disini kalau temanku diperlakukan buruk olehnya. Dia ini nggak baik buat Rena. Sedangkan kamu nggak bisa membelaku,” aku segera menepis tangan Axel. Menolaknya.“Aku tidak setuju. Kamu tidak boleh pergi dari sini. Kamu kan sudah berjanji padaku.”Axel menggenggam tanganku.Kembali berbalik pada Rena dan menarik tangannya.“Kamu nggak usah takut, Rena. Kita nggak perlu tergantung dengan laki—laki. Aku bisa menjamin semuanya. Ayo, kita pergi dari sini. Kamu nggak usah takut.”Aku memberi keyakinan dan menarik kembali pada Renata.Rena sempat tertegun dan tersenyum lalu mengangguk.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status