Home / Romansa / Aku Lelah Denganmu, Mas! / Bab 5. Sikap Bos Besar

Share

Bab 5. Sikap Bos Besar

Author: Eka Sa'diyah
last update Last Updated: 2023-01-19 20:28:35

Lega sekali melihat Pak Doni kembali masuk ke ruangannya. Ketika dia datang suasana seakan mencekam lebih tepatnya tatapannya sangat kaku sekali. Lelaki bijak dan kaku namun bisa merintis perusahannya yang dulunya kecil dan kini berubah menjadi perusahaan besar.

'Berat amat pekerjaanku. Tak apalah aku menikmatinya. Kangen juga dengan bekerja seprti dulu'

Pekerjaan sudah selesai dan aku segera ke ruangan Pak Doni. Baru sampai di depan pintu, degub jantung mulai.berdetak tak beraturan, tapi kucoba kembali menenangkan diriku sendiri dan berharal semoga hasilnya memuaskan. Aku takut jika berakhir membuatnya kecewa karena hasil pekerjaanku.

Tok tok tok

"Masuk!" suaranya saja sudah terdengar begitu dingin.

Aku membuka pintu ruangannya, dan terlihat Pak Doni serius dengan laptopnya sepertinya banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, bisa dilihat beberapa berkas menumpuk di meja kerjanya.

"Kamu kenapa, kembali bekerja?" tanya Pak Doni dingin.

'Tanya kok seperti orang yang mau menginterogasi tersangka' batinku. Hanya bisa membatin saja tanpa berani berucap, bisa-bisa aku dipecat jika bertanya macam-macam padanya.

"Saya ingin punya penghasilan sendiri," jawabku jujur tanpa ada rasa ingin menutup-nutupinya.

"Oh," ucap Pak Doni ber Oh ria kemudian melanjutkan pekerjaannya tanpa melihatku.

"Kalau memang ingin punya penghasilan sendiri kenapa dulu mengundurkan diri?" tanya Pak Doni tanpa melihatku dan sibuk mengulas beberapa berkas yang ada di meja kerjanya.

"Mm, maksud saya bukan seperti itu, Pak," ucapku terbata. Tak bisa menjawab alasanku dulu saat mengundurkan diri karena akan menikah dengan Mas Rizwan.

"Proposalnya sudah selesai, Pak. Pak Doni bisa tanda tangan di sini." segera kusodorkan Proposal yang telah kukerjakan sembari mengalihkan pertanyaan yang dia lontarkan padaku. Jujur saja, aku gugup jika harus berdua seperti ini.

"Saya keluar sebentar, apa kamu ingin makan sesuatu?" tanya Pak Doni datar dan tanpa ekspresi usai menandatangi berkas yang kuberikan padanya.

'benar - benar terbuat dari batu nih orang' batinku.

"Oh! tidak perlu, Pak. Saya ucapkan terimakasih sebelumnya namun saya hanya meminta maaf, biar nanti saya makan siang setelah proposal yang kedua selesai," jawabku menolak secara halus namun sikap dingin masih terlihat yang ditampakkan Pak Doni padaku.

Tanpa bicara apapun lagi Pak Doni keluar entah kemana, mungkin saja sekedar minum kopi di kantin atau makan siang. Setelah tiga jam aku berkutat dengan proposal dan file yang kedua, untuk presentasi meeting yang cukup membuatku menguras tenaga dan pikiran. Namun akhirnya selesai juga, bahkan jam makan siangpun terlewatkan. Tak lama dia kembali ke ruang kerjanya tanpa memperhatikanku yang rela tidak beristirahat dan melewatkan makan siang.

Ceklek

"Segera makan, kamu belum istirahat!" ucap Doni dengan meletakkan makan siang di meja kerjaku.

"Terimakasih, Pak," ucapku setelah menerima sebuah nasi kotak dari Pak Doni.

"Meeting saya tunda besok, setelah ini kamu siapkan untuk presentasi besok." Perintah Pak Doni padaku. Masih ada beberapa antrian pekerjaan yang harus kukerjakan setelah makan siang.

"Baik, Pak," ucapku menurut saja. Karena apa yang dikatakan Pak Doni tak bisa dibantah. Padahal aku sudah menyelesaikan file untuk presentasi setelah mengerjakan semua proposal yang dia minta. Aku sudah paham, jika proposal udah selesai, pasti aku akan diminta untuk membuat file untuk presentasi.

Mungkin dari sikap Pak Doni membuat banyak sekretaris tak ada yang betah. Melihat sikap Pak Doni, membuatku tersenyum sendiri. Ternyata masih ada aja mahluk kaku dan dingin macam Pak Doni.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Pak Doni dengan wajah tanpa ekspresi. Aku malu sudah membayangkan yang tidak-tidak pada Pak Doni.

"Ma, maaf Pak, Proposal yang kedua sudah selesai Pak, silahkan diperiksa dan tanda tangan di sini, Pak," ucapku kikuk setelah kepergok senyum sendiri.

"Segera makan siang dan setelah itu buatkan saya bahan untuk presentasi untuk besok," ucap Pak Doni.

"Baik, Pak!" jawabku. Segera kukeluar dari ruangan Pak Doni dan kembali ke meja kerjaku.

"Kayaknya cintanya Pak Doni kembali lagi, nih." celetuk Rini diiringi senyuman jahil padaku.

"Apaan sih Rin, orang kayak robot gitu siapa juga yang mau," pungkasku sembari mengalihkan pembicaraan mengenai Pak Doni.

"Ya siapa tau, semenjak ada kamu ada perubahan dari Pak Doni, padahal baru sehari saja loh. Eh tau gak, semenjak kamu mengundurkan diri kita sering kena semprot sama Pak Doni hanya karena masalah kecil dan sekarang semenjak ada kamu, Pak Doni sepertinya tidak akan pernah marah," ucap Rini diiringi Rosi yang tersenyum padaku.

"Iya tuh, kayaknya karena kamu," ucap Dina.

"Hust! aku sudah bersuami," pungkasku. Jangan sampai gosip kami terdengar sampai di ruangan Pak Doni.

"Kalau suami kayak gitu mah lempar aja ke laut," seloroh Rini membuat ruang kerja semakin ramai.

Ceklek

Suara candaan di ruangan mendadak berhenti tiba-tiba ketika terdengar suara pintu dibuka oleh pemiliknya.

"Laila, nanti tolong kamu lembur," ucap Pak Doni. Cukup aneh bukan, melihat bos besar rela membuka pintu berkali-kali demi menyampaikan tugas padaku.

"Nanti, Pak? tapi--,"Ucapku belum selesai namun dia sepertinya akan memotong ucapanku.

"Karena semua bahan proposal yang lain ada di rumah tolong nanti lemburnya di rumah saya," ucap Pak Doni kemudian masuk ke ruangannya lagi. Tak bisa kubayangkan jika malam ini aku harus lembur di rumah Pak Doni. Aku pastinya akan sangat malu dan tidak percaya diri.

"Bakalan ketemu calon mertua nih," seloroh Dina.

"Apaan sih, aku hanya bekerja itu saja," ucapku membuat mereka saling mengedipkan mata.

"Iya, iya. Aku doakan semoga kamu segera cerai dengan Rizwan," ucap Rini.

"Hust! tidak boleh gitu tau!" kutegur si Rini. memang kalau bicara dia banyak benarnya. firasatnya selalu tepat.

"Hanya mendoakan yang terbaik aja buat kamu," ucap Dina.

Drtt drtt

Ponselku berbunyi pertanda ada panggilan masuk dan ternyata dia adalah Mas Rizwan.

"Halo Laila sepulang kerja segera pulang, jangan keluyuran," ucap Mas Rizwan di seberang sana

"Aku lembur, Mas. Kalau tidak lembur aku bisa dipecat," ucapku ketus dan segera ku putus panggilan darinya.

Ceklek

Selalu saja jantung berdegub kencang jika pintu dibuka pemiliknya. Lama-lama bikin aku senam jantung di sini.

"Lemburnya besok saja sepulang kerja kamu boleh pulang," ucap Pak Doni tiba - tiba.

"Baik Pak," ucapku pasrah meski aku sangat bahagia karena lemburnya batal.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, gegas kurapikan meja kerjaku dan segera menuju ke fingerprint untuk absen pulang kerja.

"Ini bonus untukmu hari ini," ucap Pak Doni tiba - tiba sudah berada di sebelahku sambil menyerahkan amplop putih.

"Pak Doni, maaf Pak bukannya tanggal gajian masih lama?" tanyaku keheranan.

"Ya tapi ini bonus khusus untukmu karena pekerjaan hari ini kamu sudah handle semua bahkan proposal tadi juga sudah disetujui," ucap Pak Doni.

"Terimakasih banyak, Pak," ucapku senang saat menerima pemberian Pak Doni. Lega rasanya aku punya sedikit uang pegangan sampai gajian tiba.

Segera ku menuju ke sebuah warung makan untuk membeli makan malam untukku. Setengah jam perjalanan akhirnya sampai juga di rumah. Terlihat di rumah lagi ada banyak orang, dua pasang sandal berbaris di depan pintu.

"Tuh! menantu Ibu membuatku dimarahi Mas Danu gara - gara uang dua ratus ribu," ucap Mbak Rina yang mengadu kepada ibu mertua.

"Emang wanita kurang ajar sukanya ngadu!" timpal ibu mertua dengan menunjukkan raut wajah tak suka padaku.

"Semakin kurang ajar dia, Bu," ucap Mbak Rina lagi seperti menyulut emosi Ibu mertua.

"Apa kita jodohkan saja Rizwan dengan Shilla tapi untuk kondisi Rizwan yang mandul jangan sampai terdengar ke Shilla. Shilla itu cinta mati sama Rizwan, pasti mau menerima Rizwan apalagi Shilla juga kaya. Lumayan bisa ikut nebeng kemewahan Shilla," ucap Ibu mertua memberi ide buruk untuk Mas Rizwan. Shilla adalah sosok wanita yang diimpikan oleh keluarga Mas Rizwan karena statusnya anak orang kaya.

'geleng - geleng aku, semakin tua bukannya bertobat malah menjadi - jadi'

Bagaimana kisah selanjutnya?

Saksikan part selanjutnya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
mertua gila
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 78. Kenyataan (Danu Dan Damar)

    Danu sengaja bergerak mendekat tanpa diketahui Damar. Tangan sudah terkepal kuat ingin sekali menghajar Damar saat ini juga. Lelaki yang sudah merusak rumah tangga serta menyebabkan istrinya meninggal dunia."Ah sayang, kamu baik deh!" suara seorang wanita sedang bermesraan dengan Damar. "Bagaimana kabar si Rina?" tiba-tiba pertanyaan dilontarkan oleh wanita tersebut. Danu diam dan mendengarkan percakapan mereka berdua yang akan membahas Rina."Dia sudah meninggal, sepadan dengan apa yang terjadi dengan ibuku. Ibuku meninggal karena dia," Danu mencoba menahan amarah setelah mendengar ucapan dari mulut Damar."Dia adalah anak dari seorang pelakor, wanita itu merebut ayahku dari ibuku. Bahkan ayah mencampakkan kami berdua. Aku masih ingat kejadian itu dengan jelas," Damar menerawang ke langit. Teringat kisah buruknya di masa kecil bersama Ibunya."Bisa kau jelaskan apa alasanmu sesungguhnya?" Damar terkejut ketika Danu sudah ada di depannya. Tatapan marah terlihat jelas dari kedua bola

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 77. Siapa Kamu?

    Pagi sekali, Shilla mempersiapkan menu sarapan khusus untuk suami. Shilla sengaja ikut makan menu yang sama dengan suaminya. Tak masalah bagi Shilla menemani Rizwan diet yang sama."Sedap sekali masakan istriku," Rizwan keluar dari kamar setelah mencium harumnya masakan Shilla. Akhir-akhir ini Rizwan tak pernah sekalipun melewatkan masakan Shilla. Baginya, makanan buatan Shilla selalu memanjakan perutnya."Iya dong, Shilla kan mulai suka sekali dengan memasak," tukas Shilla sembari sibuk mengaduk sayur yang ada di atas kompor."Mas mandi dulu, setelah itu kita sarapan bareng Mas," kata Shilla tanpa memoleh ke aras Rizwan. Rizwan hanya tersenyum melihat istrinya yang sibuk memasak tanpa menoleh padanya. "Mas, Shilla lagi masak nih! jangan peluk-peluk ah!" Shilla protes karena tiba-tiba Rizwan memeluknya dari belakang. Rizwan suka sekali mengganggu Shilla jika sedang memasak. Cintanya kepada Laila sudah berangsur hilang sejak Shilla selalu membuatnya nyaman di rumah."Habisnya, aku dic

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 76. Semangat Baru

    Shilla begitu senang setelah membaca pesan yang diterimanya. Shilla tak menyangka jika akan mendapatkan tawaran menarik seperti ini."Alhamdulillah," Shilla bersyukur sekali, rona bahagia terpancar dari wajah Shilla. "Aku harus memberi kabar ini pada Mas Rizwan, bagaimanapun harus mendapat persetujuan darinya," Shilla segera pulang ke rumah dan mencuci gamis barunya. Sudah menjadi kebiasaan Shilla jika membeli baju baru, maka dia akan mencuci dan menyetrika terlebih dahulu."Selesai," Shilla menjemur gamis barunya di depan kontrakan, tiba-tiba datang seorang wanita yang menyapanya."Mbak Shilla," Shilla begitu terkejut melihat wanita yang menyapa dirinya."Fila?" Senyum mengembang dari wajah Shilla karena bertemu dengan teman lamanya. Meski teman tetapi Fila sangat menghormati Shilla walaupun usianya terpaut satu tahun saja."MasyaAllah mbak, aku tadi sampek takut salah orang. Mbak Shilla berubah banget, semakin cantik dengan hijabnya," Fila memuji Shilla karena perubahannya yang me

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 75. Berubah

    Ada rasa iri dan menyesal di hati Rizwan ketika melihat kebahagiaan yang tengah di dapat oleh Laila."Aku tak boleh iri dengan kebahagiannya, aku yang telah membuatnya seperti ini." Rizwan berusaha menyemangati dirinya. Rizwan sadar jika dirinya tak berhak ikut campur atas segala hal yang menjadi kebahagiaan Laila."Mas, kapan kita adopsi seorang anak?" ucapan Shilla mengejutkan lamunan Rizwan."Tunggu Mas jika libur kerja bagaimana?" senyum Shilla mengembang ketika mendengar jawaban dari Rizwan."Shilla setuju, Mas. Shilla enggak sabar ingin segera punya momongan," Shilla terlihat begitu bahagia di samping Rizwan.Tanpa sadar air mata Rizwan jatuh juga, keinginannya memiliki momongan sejak menikah dengan Laila. Rizwan merasa gagal menjadi suami yang memiliki gangguan pada organ reproduksinya."Kenapa Mas Rizwan menangis? maafkan Shilla, jika Shilla terlalu memaksamu," Shilla kembali menunduk, tak ingin menyakiti perasaan suaminya."Maafkan suamimu ini, Shil. Suami yang tak bisa membe

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 74. Kebahagiaan Laila

    Usia kandungan Laila kini sudah memasuki trisemester ketiga dan itu tandanya sebentar lagi Laila akan menghadapi persalinan. Beberapa bulan ini Doni bahkan lebih protektif dengan semua kegiatan Laila."Mas, aku kok mengeluarkan darah dan lendir. Perutku mules juga," Laila terlihat merintih kesakitan bahkan keringat sudah membanjiri wajahnya."Don, siapkan mobil! Laila sepertinya akan melahirkan," Doni menyambar kunci mobil dan tas berisi perlengkapan bayi. Sedangkan Vera memapah Laila masuk ke dalam mobil."Sakit, Ma." Laila merintih karena merasakan sakit yang melilit. Tangannya bahkan mengepal kuat menahan rasa sakit."Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," Doni menenangkan Laila karena sebentar lagi akan sampai di rumah sakit."Sabar, ya. Sebentar lagi sampai," Vera mengelus punggung Laila. Doni mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, mobil Doni sudah berada di depan lorong UGD. Tampak beberapa perawat membawa brankar untuk membawa Laila masuk ke da

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 73. Akhir Hidup Rina

    Sudah tiga hari Rina tidak sadarkan diri, tiga hari pula Danu mendampingi Rina. Rizwan membesuk setiap pulang kerja untuk menggantikan Danu begitu juga dengan Shilla.Tak berapa lama kedua mata Rina mengerjab dan melihat Danu tepat berada di sampingnya. Rina sangat malu kepada Danu, meski sudah menyakitinya Danu tetap mendampingnya saat sakit. Air mata tumpah juga di depan Danu, dengan pelan Danu mengusap air mata Rina."Mas," Danu menunjukkan senyum kepada Rina."Cepatlah sembuh, kita akan pulang bersama," Danu mengusap bagian rambut Rina tak tidak ikut diperban. "Maaf," hanya kata maaf yang mampu Rina ucapkan kepada Danu. Dosa besar yang pernah dilakukannya di belakang Danu membuat Rina sangat malu dan tak pantas dimaafkan olehnya."Semua manusia pernah salah, cepat sembuh dan kita pulang!" Tak ada sahutan dari Rina hanya derai air mata sedari tadi yang lolos begitu saja."Mas.""Ada apa, Sayang." Danu merasa ada sesuatu yang akan dikatakan Rina. "Aku mencintaimu," Danu mengangguk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status