Home / Romansa / Aku Lelah Denganmu, Mas! / Bab 9. Kedatangan Shilla

Share

Bab 9. Kedatangan Shilla

Author: Eka Sa'diyah
last update Last Updated: 2023-02-15 18:47:22

Pekerjaan hari ini sungguh melelahkan, namun aku tidak boleh mengeluh atas semua nikmat yang sudah diberikan kepadaku, Bekerja sama saja membuatku melupakan masalah rumah tangga sejenak apalagi diberikan circle pertemanan yang cukup baik. Saat pulang kerja, terlihat rumah begitu ramai dengan obrolan para wanita. Pastinya aku sudah bisa menebaknya, aku rasa acara perjodohan belum selesai. Mungkin memang sangat berbahagia karena perjodohan ini adalah perjodohan yang sangat dinantikan oleh pihak suamiku.

"Assalamu alaikum," salamku saat akan memasuki rumah kontrakanku.

"Waalaikum salam." jawaban dari mereka serempak termasuk sosok wanita yang pernah mencintai suamiku yaitu Shilla.

Shilla, sosok yang diinginkan Ibu mertuaku untuk menjadi pendamping Rizwan karena status keluarganya termasuk orang berada. Wanita berkulit putih terawat serta wajah yang menunjukkan senyum manisnya membuat siapa saja akan jatuh cinta padanya. Namun siapa sangka jika gadis ini lebih mencintai suamiku dan menerima perjodohannya dengan suamiku.

"Eh, Mbak Laila datang. Bagaimana kabarnya Mbak Laila?" ucap si Shilla dengan gaya sok cantik dengan pakaian serba kurang bahan. Mungkin dari segi pakaian yang selalu dianggap termasuk golongan sosialita.

"Hai Shilla, apa kabar? Lama tidak lihat kamu setelah kami menikah," ucapku tetap santai menahan emosi saat bertemu dengan wanita yang mencintai suamiku.

"Aku baik Mbak Lai. Apakah Mbak Laila sudah tau tidak niat ibu mertua Mbak Laila mengundangku kemari?" tanya Shilla penuh percaya diri. Aku memutar bola mataku dengan malas, dia begitu berharap mendapatkan Mas Rizwan. Seharusnya gadis secantik dia berhak bahagia dengan lelaki yang masih muda dan mapan, bukan dengan suami pelit seperti Mas Rizwan. Tapi mungkin ini sudah pilihannya untuk menjadi istri Mas Rizwan yang kedua.

"Oh itu, pasti tau dong." ucapku santai sembari memaksakan senyum. Sebisa mungkin aku tidak boleh menunjukkan sikap cemburuku pada Mas Rizwan.

"Terus bagaimana dengan Mbak Laila?" tanya Shilla yang terlihat bahagia karena aku menyetujuinya.

"Ya mau gimana lagi, Shil. Aku sudah bikin persyaratan sama Mas Rizwan jika mau menikahi kamu. Tenang saja, tidak akan menyulitkan siapapun kok." Aku menepuk bahu Shilla yang tengah berbahagia mendengar ucapanku yang menyetujui perjodohan dirinya dengan suamiku.

"Jadi beneran nih, aku bisa menikah dengan Mas Rizwan?" Shilla terlihat hampir tak percaya. Aku tetap bersikap biasa saja asalkan aku bisa segera lepas dari keluarga ini.

Mungkin memang sudah saatnya hubungan ini diakhiri. Percuma saja jika aku ingin mempertahankannya jika keluarga suamiku menginginkan wanita lain menjadi penggantiku, begitu juga dengan Mas Rizwan yang sama sekali tidak bisa membelaku atau bahkan menghargaiku sebagai istrinya.

"Iya Shil, tapi hati-hati dengan mereka ya. Mbak berharap kamu betah saja," bisikku kepada Shilla.

Ada maksud sedikit memperingatkan Shilla dari pengaruh orang seperti Mbak Rina dan Ibu mertua. Setidaknya gadis polos ini jangan sampai diperdaya oleh mertua dan iparnya yang somplak itu.

"Ma, maksudnya apa, Mbak?" Shilla mengkerutkan keningnya tanda kurang paham.

"Jangan kamu pengaruhi Shla! Bilang aja kamu iri karena Rizwan akan menikah dengan Shia!" bentak ibu mertua melihatku membisikkan sesuatu pada Shila. Sepertinya mereka takut jika kubongkar sikapnya di depan Shilla.

"Maaf ibu mertua, saya tak punya rasa iri. Yang ada malah kasihan sama Shilla," sengaja kubuat mereka tegang sedangkan wajah Shilla terlihat kebingungan dengan perdebatan kami.

"Maksud Mbak Laila apa, Bu?" Shilla menghampiri Ibu mertuaku seolah meminta penjelasan perdebatan kami. Mbak Rina pula ikut-ikutan sok baik kepada Shilla.

"Tidak usah bingung begitu, Laila emang iri sama kamu," kata Mbak Rina melotot ke arahku, aku sama sekali tak takut dengannya.

"Jangan melotot gitu nanti bola matanya melompat, nakutin nanti," ucapku membuat Mbak Rina semakin kesal dan ingin memakanku.

"Mbak Lai, aku gak ngerti deh," kata Shila dengan polosnya. Shilla sama sekali tidak memahami niat mertua menikahkannya dengan Rizwan. Mertua dan Mbak Rina pasti akan memanfaatkan kekayaan orang tua Shilla yang berprofesi sebagai jurakan besi tua di luar pulau.

"Nanti juga kamu tahu Shil, Shilla sudah bersedia menikahi Mas Rizwan jadi Shia juga harus siap dengan semuanya," ucapku membuat Shla semakin berfikir. Cukup lucu melihat gadis polos yang cinta mati pada suamiku sedang berpikir atas apa yang akan menimpanya nanti setelah menikah.

Sebenarnya tidak tega juga melihat Shilla akan berakhir tragis karena akan menjadi atm berjalannya Ibu mertua dan Mbak Rina. Namun dari hatiku yang terdalam aku berharap Shilla bisa merubah sikap mertua dan iparnya nanti.

Tak kudapati Mas Rizwan bersama merrka di ruang tamu. Kini aku akan ke kamar dan memanggil Mas Rizwan. Saat masuk kamar terlihat Mas Rizwan tidak begitu gembira dan hanya duduk merenung memikirkan sesuatu.

"Assalamu alaikum."

"Waalaikum salam, kamu sudah pulang Lai". 

"Kenapa masih di kamar, ada Shilla di luar, kasihan jika Mas Rizwan tidak menemani dia," sengaja kupancing dia agar berbicara mengenai perjodohan ini.

"Aku tak yakin, aku ingin mundur Lai," terlihat lesu yang tergambar di wajah Mas Rizwan.

"Kenapa?" tiba-tiba ada rasa bahagia ketika Mas Rizwan jngin mundur dari perjodohan ini. Aku merasa percaya diri jika Mas Rizwan akan membatalkan perjodohannya dengan Shilla dan memilih denganku.

"Lai, kenapa kamu malah memperkeruh pikiranku?" Mas Rizwan terlihat heran denganku yang mendukung perjodohannya meski hati hancur berkeping-keping di balik sikap santaiku. Ya, aku harus kuat dan tegar di balik masalah yang kuhadapi.

"Mas Rizwan, aku sudah bilang dari awal semenjak perjodohan kamu dengan Shilla udah membuatku bahagia, setidaknya aku bisa lepas dari suami pelit," Mas Rizwan mengerutkan dahinya.

"Apa kamu bilang? Aku pelit?" tanya mas Rizwan seakan tak percaya dengan ucapanku.

"Masa kamu tidak sadar, sekarang lebih baik segera temui Shilla di depan. Kalau sudah setuju segera talak aku, karena aku tak akan mau berbagi suami." mendadak pias wajah Mas Rizwan mendengar ucapanku.

"Apa kamu akan pergi dariku?"

"Mas, bukan aku yang menginginkan tetapi keluargamu dan sikapmu yang membuat aku ingin pergi darimu. Aku sudah tidak diharapkan disini lagi, Mas. Jadi untuk apa aku bertahan?"

Aku pura-pura santai namun hati ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Belum juga selesai perlakuannya tak adil padaku, namun kini aku dihadapkan dengan wanita yang dijodohkan dengan suamiku telah datang. Apalagi tidak menunjukkan rasa malu ketika terang-terangan berbicara denganku mengenai Mas Rizwan.

"Lai, bantu aku untuk membatalkan niat perjodohan ini dengan Shilla. Sebagai gantinya tiap bulan aku berikan semua gajiku dan kamu yang berhak mengaturnya," ucap Mas Rizwan. Ingin sekali aku berkata Iya, namun tetap aku harus berkata tidak demi kebahagiaan kami semua termasuk keluarga Mas Rizwan.

"Penawaran sudah berakhir, Mas! aku sudah tidak mau mempertahankan hubungan ini lagi. Ya, untung saja belum ada anak jadi aku bebas pergi darimu atas permintaan kelurgamu," sengaja kuungkit agar dia semakin sadar dan tegas menjadi seorang laki - laki.

"Bantu aku Lai, pliss," mohon pria itu sambil menangkukan kedua tangannya padaku. Jujur saja, baru kali ini dia memohon padaku seperti ini.

"Maaf mas, aku sudah siap lahir batin untuk berpisah denganmu. Ini semua untuk kebaikan kita bersama. Mas Rizwan akan tetap menjadi anak berbakti dan aku juga bisa tenang tanpa hinaan tiap hari yang dilontarkan keluarga kamu, Mas."

Kulihat dia membuang nafas kasar dan menyugar rambutnya setelah mendengarkan keluh kesahku dan keputusanku. Keputusanku memang sudah bulat untuk berpisah dengannya meski dari lubuk yang terdalam masih tak rela.

"Lai, jika ini memang maumu baiklah aku kabulkan. Tapi berikan waktu empat belas hari untuk tetap bersama denganmu setelah itu akan kutunaikan permintaanmu," Akhirnya dia mengerti juga. Harusnya dia juga memahami jika keluarganya ingin kita berpisah apalagi dengan sengaja menjodohkannya dengan Shilla. Apalagi dirinya sama sekali tidak bisa menolak permintaan Ibunya sehingga lebih baik aku yang mundur.

"Baiklah, aku akan menemanimu selama empat belas hari setelah itu segera tunaikan, tapi dalam empat belas hari jangan biarkan ibu dan kakakmu ke rumah ini. Biarkan aku fokus menemanimu selama empat belas hari," syarat yang kulontarkan kepada Mas Rizwan. Wajahnya berubah cerah ketika aku masih mau bersamanya selama empat belas hari sebelum perpisahan.

Cukup mudah syarat yang kuajukan namun aku sendiri tak tahu, Mas Rizwan dan keluarganya akan menerimanya atau tidak. Mungkin dengan syarat yang diucapkannya pikirannya bisa berubah. Tapi aku sendiri tak yakin dengan sikap mertua yang semaunya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 78. Kenyataan (Danu Dan Damar)

    Danu sengaja bergerak mendekat tanpa diketahui Damar. Tangan sudah terkepal kuat ingin sekali menghajar Damar saat ini juga. Lelaki yang sudah merusak rumah tangga serta menyebabkan istrinya meninggal dunia."Ah sayang, kamu baik deh!" suara seorang wanita sedang bermesraan dengan Damar. "Bagaimana kabar si Rina?" tiba-tiba pertanyaan dilontarkan oleh wanita tersebut. Danu diam dan mendengarkan percakapan mereka berdua yang akan membahas Rina."Dia sudah meninggal, sepadan dengan apa yang terjadi dengan ibuku. Ibuku meninggal karena dia," Danu mencoba menahan amarah setelah mendengar ucapan dari mulut Damar."Dia adalah anak dari seorang pelakor, wanita itu merebut ayahku dari ibuku. Bahkan ayah mencampakkan kami berdua. Aku masih ingat kejadian itu dengan jelas," Damar menerawang ke langit. Teringat kisah buruknya di masa kecil bersama Ibunya."Bisa kau jelaskan apa alasanmu sesungguhnya?" Damar terkejut ketika Danu sudah ada di depannya. Tatapan marah terlihat jelas dari kedua bola

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 77. Siapa Kamu?

    Pagi sekali, Shilla mempersiapkan menu sarapan khusus untuk suami. Shilla sengaja ikut makan menu yang sama dengan suaminya. Tak masalah bagi Shilla menemani Rizwan diet yang sama."Sedap sekali masakan istriku," Rizwan keluar dari kamar setelah mencium harumnya masakan Shilla. Akhir-akhir ini Rizwan tak pernah sekalipun melewatkan masakan Shilla. Baginya, makanan buatan Shilla selalu memanjakan perutnya."Iya dong, Shilla kan mulai suka sekali dengan memasak," tukas Shilla sembari sibuk mengaduk sayur yang ada di atas kompor."Mas mandi dulu, setelah itu kita sarapan bareng Mas," kata Shilla tanpa memoleh ke aras Rizwan. Rizwan hanya tersenyum melihat istrinya yang sibuk memasak tanpa menoleh padanya. "Mas, Shilla lagi masak nih! jangan peluk-peluk ah!" Shilla protes karena tiba-tiba Rizwan memeluknya dari belakang. Rizwan suka sekali mengganggu Shilla jika sedang memasak. Cintanya kepada Laila sudah berangsur hilang sejak Shilla selalu membuatnya nyaman di rumah."Habisnya, aku dic

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 76. Semangat Baru

    Shilla begitu senang setelah membaca pesan yang diterimanya. Shilla tak menyangka jika akan mendapatkan tawaran menarik seperti ini."Alhamdulillah," Shilla bersyukur sekali, rona bahagia terpancar dari wajah Shilla. "Aku harus memberi kabar ini pada Mas Rizwan, bagaimanapun harus mendapat persetujuan darinya," Shilla segera pulang ke rumah dan mencuci gamis barunya. Sudah menjadi kebiasaan Shilla jika membeli baju baru, maka dia akan mencuci dan menyetrika terlebih dahulu."Selesai," Shilla menjemur gamis barunya di depan kontrakan, tiba-tiba datang seorang wanita yang menyapanya."Mbak Shilla," Shilla begitu terkejut melihat wanita yang menyapa dirinya."Fila?" Senyum mengembang dari wajah Shilla karena bertemu dengan teman lamanya. Meski teman tetapi Fila sangat menghormati Shilla walaupun usianya terpaut satu tahun saja."MasyaAllah mbak, aku tadi sampek takut salah orang. Mbak Shilla berubah banget, semakin cantik dengan hijabnya," Fila memuji Shilla karena perubahannya yang me

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 75. Berubah

    Ada rasa iri dan menyesal di hati Rizwan ketika melihat kebahagiaan yang tengah di dapat oleh Laila."Aku tak boleh iri dengan kebahagiannya, aku yang telah membuatnya seperti ini." Rizwan berusaha menyemangati dirinya. Rizwan sadar jika dirinya tak berhak ikut campur atas segala hal yang menjadi kebahagiaan Laila."Mas, kapan kita adopsi seorang anak?" ucapan Shilla mengejutkan lamunan Rizwan."Tunggu Mas jika libur kerja bagaimana?" senyum Shilla mengembang ketika mendengar jawaban dari Rizwan."Shilla setuju, Mas. Shilla enggak sabar ingin segera punya momongan," Shilla terlihat begitu bahagia di samping Rizwan.Tanpa sadar air mata Rizwan jatuh juga, keinginannya memiliki momongan sejak menikah dengan Laila. Rizwan merasa gagal menjadi suami yang memiliki gangguan pada organ reproduksinya."Kenapa Mas Rizwan menangis? maafkan Shilla, jika Shilla terlalu memaksamu," Shilla kembali menunduk, tak ingin menyakiti perasaan suaminya."Maafkan suamimu ini, Shil. Suami yang tak bisa membe

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 74. Kebahagiaan Laila

    Usia kandungan Laila kini sudah memasuki trisemester ketiga dan itu tandanya sebentar lagi Laila akan menghadapi persalinan. Beberapa bulan ini Doni bahkan lebih protektif dengan semua kegiatan Laila."Mas, aku kok mengeluarkan darah dan lendir. Perutku mules juga," Laila terlihat merintih kesakitan bahkan keringat sudah membanjiri wajahnya."Don, siapkan mobil! Laila sepertinya akan melahirkan," Doni menyambar kunci mobil dan tas berisi perlengkapan bayi. Sedangkan Vera memapah Laila masuk ke dalam mobil."Sakit, Ma." Laila merintih karena merasakan sakit yang melilit. Tangannya bahkan mengepal kuat menahan rasa sakit."Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," Doni menenangkan Laila karena sebentar lagi akan sampai di rumah sakit."Sabar, ya. Sebentar lagi sampai," Vera mengelus punggung Laila. Doni mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, mobil Doni sudah berada di depan lorong UGD. Tampak beberapa perawat membawa brankar untuk membawa Laila masuk ke da

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 73. Akhir Hidup Rina

    Sudah tiga hari Rina tidak sadarkan diri, tiga hari pula Danu mendampingi Rina. Rizwan membesuk setiap pulang kerja untuk menggantikan Danu begitu juga dengan Shilla.Tak berapa lama kedua mata Rina mengerjab dan melihat Danu tepat berada di sampingnya. Rina sangat malu kepada Danu, meski sudah menyakitinya Danu tetap mendampingnya saat sakit. Air mata tumpah juga di depan Danu, dengan pelan Danu mengusap air mata Rina."Mas," Danu menunjukkan senyum kepada Rina."Cepatlah sembuh, kita akan pulang bersama," Danu mengusap bagian rambut Rina tak tidak ikut diperban. "Maaf," hanya kata maaf yang mampu Rina ucapkan kepada Danu. Dosa besar yang pernah dilakukannya di belakang Danu membuat Rina sangat malu dan tak pantas dimaafkan olehnya."Semua manusia pernah salah, cepat sembuh dan kita pulang!" Tak ada sahutan dari Rina hanya derai air mata sedari tadi yang lolos begitu saja."Mas.""Ada apa, Sayang." Danu merasa ada sesuatu yang akan dikatakan Rina. "Aku mencintaimu," Danu mengangguk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status