Home / Romansa / Aku Madu / 4. Memohon

Share

4. Memohon

Author: Liazta
last update Last Updated: 2021-08-06 15:32:51

"Buatkan saya kopi," ucap pria itu memerintah

"Baik Pak," ucap Clarissa yang meninggalkan ruangannya.

Clarissa turun ke pantri dengan mengangkat baskom yang berisi piring kotor. Dengan cepat Clarissa membuatkan kopi untuk direktur dan kemudian naik lagi ke atas.

"Permisi pak," ucap Clarissa yang membawa secangkir kopi untuk bosnya. Ini untuk kali pertamanya Clarissa bertemu dengan pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja. Clarissa memperhatikan pria tampan tersebut. "Ternyata pak Direktur masih terlihat muda dan juga sangat tampan," ucap Clarissa di dalam hati.  Clarissa juga tahu bahwa pria itu berstatus suami orang.

"Masuk," ucap pria itu memandang Clarissa.

Clarissa masuk ke dalam ruangan dan  meletakkan cangkir berisi kopi  di atas meja. Entah mengapa Clarissa merasakan dadanya berdebar-debar saat melihat direktur utama tersebut. Clarissa tidak pernah menyangka akan berjumpa dengan pria itu. Berada berdua dengan orang hebat seperti ini membuat Clarissa sangat grogi. Clarissa melihat botol minuman di atas meja yang semacam botol sirup, namun botolnya terlihat jauh lebih cantik. Clarissa bisa menebak bahwa itu minuman mahal. Namun dirinya tidak mau terlalu lancang saat berhadapan dengan bosnya. Clarissa hanya menundukkan kepala tanpa berani menatap pria tersebut. "Maaf pak, saya permisi," ucap Clarissa yang berencana untuk langsung keluar dari dalam ruangan tersebut.

Pria itu hanya diam menatap Clarissa.

"Kenapa tatapan pak direktur berbeda?" Ucap Clarissa saat memandang mata bosnya yang terlihat tidak normal. Caranya menatap juga sangat berbeda. Clarissa mulai merasa ketakutan. "Permisi Pak," ucap Clarissa saat pria yang bertubuh tinggi itu menghalangi jalannya.

Wajah Clarissa memucat,  jantungnya terasa akan lepas dari tempatnya Ketika pria itu memegang tangannya. "Bapak mau apa?"  tanya Clarissa yang begitu sangat takut.

"Layani saya," ucap pria yang bernama Fatir itu.

Mata Clarissa terbuka lebar saat mendengar perkataan yang diucapkan pria tersebut. Ingin rasanya Clarrissa menampar wajahnya namun Clarissa ingat dia adalah direktur utama di perusahaan tempat dirinya bekerja. "Pak, saya mohon lepaskan saya. Saya mau keluar," ucap Clarissa terbata-bata.

Fatir tersenyum dengan memiringkan bibirnya ketika mendengar ucapan gadis di depannya. Tanpa ada rasa kasihan pria itu menarik tangan Gadis itu dan memeluknya. Fathir menatap wajah gadis tersebut. Dia mencium bibir Gadis itu dengan penuh hasrat yang bergelora. Pria itu   sudah tidak mampu berpikir apa-apalagi. Ia hanya mengikuti nalurinya.

"Tolong lepas  saya," ucap Clarissa yang sudah mulai menangis. Pria itu mencium paksa bibirnya.  Ini merupakan ciuman pertama baginya. Clarissa sangat tidak mengerti dengan rasa yang diberikan oleh pria itu. Pria itu memasukkan lidahnya dan bermain-main di dalam rongga mulutnya. Pria itu juga mencium bibirnya dengan sangat keras dan menggigit Bibir bawahnya. 

Fatir melepaskan bibirnya dari bibir gadis yang saat ini diciumnya, ketika Fatir melihat gadis itu yang sudah sangat sulit untuk bernafas. Ia memberikan waktu untuk gadis itu menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan lagi apa yang ingin dilakukannya.

"Aku hanya mau kamu memuaskan aku,"  ucap Fathir tanpa ada rasa malu dan Kasihan terhadap gadis yang saat ini memohon kepada-nya. Pria itu seakan melupakan bahwa dirinya seorang bos yang penuh dengan kewibawaan. Tidak selayaknya dirinya bersikap seperti ini di depan karyawannya

"Saya mohon," ucap Clarrissa ketika tangan pria itu menjamah tubuhnya yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun.

Rasa takut semakin meningkat di rasakan Clarrissa, ketika pria itu menarik baju kemeja yang  pakainya dengan sangat keras hingga kancing baju seragam yang dipakai Clarissa rontok dan berjatuhan di lantai. Gadis itu hanya menangis ketika dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. "Auw, ucap Clarrissa yang meringis menahan rasa sakit ketika pria itu dengan sangat kasar memelintir tangannya belakang.

Clarissa berusaha minta tolong agar ada yang mau membantunya saat ini. Namun usahanya sia-sia . Hingga suaranya habis, tidak ada seorangpun yang datang membantunya.  Clarissa sudah tidak bisa lagi berbicara ketika tangan pria itu menutup mulutnya. "Bila kamu bersuara, aku akan berbuat yang lebih dari ini,"  ucap pria itu penuh ancaman.

Carissa hanya menangis ketika pria itu menjatuhkan bajunya. Clarissa tidak bisa menutup bagian tubuhnya ketika  Sebelah tangan yang besar dan lebar milik pria itu mampu mengunci kedua tangan milik Clarrissa.

Clarissa sangat malu ketika pria itu menatap bagian atas tubuhnya. Sebelah tangan pria itu begitu sangat kuat memegang tangannya. Clarissa hanya bisa menagis saat pria itu menggerayangi tubuhnya.

"Puaskan saya," ucap Fatir yang sudah dikuasai hawa nafsu.

"Tolong hentikan pak. Tolong kasihani saya," Clarissa tidak ada henti-hentinya memohon. Ia menangis meronta-ronta ketika pria itu berusaha membuka celana yang pakainya.  Kata mohon dan tolong berulang kali diucapkannya  dengan penuh harapan, meminta agar pria itu mau menghentikan niatnya.

Clarissa menagis ketika pria itu dengan sangat kasar menampar pipinya. "Aku tidak suka mendengar suara yang berisik." Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis itu. Pria itu mencari tempat untuk melampiaskan kemarahannya saat ini.

"Saya mohon pak, kasihani saya. Jangan lakukan ini. Hidup saya sudah tidak berarti bila bapak melakukannya," ucap Clarissa mengiba dan berharap pria itu tersentuh dengan ucapannya.

Fatir menjepitkan tangan di pipi gadis tersebut. "Aku sudah katakan, aku tidak suka kau berisik. Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis tersebut.

Clarissa merasakan sakit di kulit kepalanya saat pria itu menarik rambutnya. Pria itu menurunkan celana kain berwarna hitam yang dipakai Clarissa.

"Kamu sangat cantik, aku baru menyadari ada gadis cantik yang menjadi cleaning service" ucap Fatir dengan gaya orang teler.

Clarissa menggelengkan kepalanya dengan air mata yang deras membasahi pipinya.

"Puaskan saya," ucap Fatir yang  semakin menguasai tubuh gadis tersebut. Fathir memeluk dengan sangat erat dan mencium bibir Clarissa dengan paksa.

Clarissa hanya diam ketika pria itu mencium bibirnya dengan sangat kuat dan menggigit-gigit nya hingga bibirnya terasa membengkak.

"Ternyata kamu masih perawan," ucap Fathir yang merebut paksa kehormatan gadis tersebut.  Ia melakukannya dengan sangat keras tanpa menghiraukan gadis itu menagis memohon pengampunan dan merasakan kesakitan.

Air mata tidak ada henti-hentinya menetes ketika pria itu mengambil paksa keperawanannya.

Clarissa terkulai lemas tidak berdaya. Ia hanya menagis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.  Clarissa menangis dan membelakangi tubuh pria yang sudah tidak bergerak.

Clarissa ingin secepatnya bisa keluar dari ruangan itu. rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak dihiraukannya lagi. Clarissa sudah tidak ingin lagi melihat pria yang sudah menghancurkan hidupnya . Rasa kagum terhadap pria itu hilang seketika. Saat ini Clarissa memandang jijik pria yang tidak memiliki hati itu.

Clarissa memungut baju nya yang berceceran di lantai.  Clarissa meringis ketika merasakan perih di bagian intinya.  Tangannya terasa amat sakit saat memakai pakaiannya.

Clarissa keluar dari ruangan itu dengan mempercepat langkah kakinya. Rasa perih ini tidak di hiraukan Clarissa ia hanya ingin secepatnya bisa berada di ruang pantry untuk mengambil tas dan juga kunci rumahnya.

Selesai selesai mengambil barangnya Clarissa berjalan menuju ke pintu keluar.

"Clarissa, apa belum pulang?" ucap bang Udin yang melihat Clarissa yang baru keluar dari dalam gedung tersebut.

"Iya, Baru selesai kerjaan bang," ucap Clarrissa yang berusaha tersenyum. Tangannya memegang rapat baju kemeja seragam yang sudah tidak terkancing.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
hhmmm.....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Madu   119. Ulang Tahun Pernikahan

    Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu

  • Aku Madu   118. Makan Malam Bersama

    Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld

  • Aku Madu   117. Sikap Farah

    "Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak

  • Aku Madu   116. Rindu

    Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan

  • Aku Madu   115. Di Manja Suami

    Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan

  • Aku Madu   114. Siapa Namanya 

    Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status