"Buatkan saya kopi," ucap pria itu memerintah
"Baik Pak," ucap Clarissa yang meninggalkan ruangannya.
Clarissa turun ke pantri dengan mengangkat baskom yang berisi piring kotor. Dengan cepat Clarissa membuatkan kopi untuk direktur dan kemudian naik lagi ke atas.
"Permisi pak," ucap Clarissa yang membawa secangkir kopi untuk bosnya. Ini untuk kali pertamanya Clarissa bertemu dengan pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja. Clarissa memperhatikan pria tampan tersebut. "Ternyata pak Direktur masih terlihat muda dan juga sangat tampan," ucap Clarissa di dalam hati. Clarissa juga tahu bahwa pria itu berstatus suami orang.
"Masuk," ucap pria itu memandang Clarissa.
Clarissa masuk ke dalam ruangan dan meletakkan cangkir berisi kopi di atas meja. Entah mengapa Clarissa merasakan dadanya berdebar-debar saat melihat direktur utama tersebut. Clarissa tidak pernah menyangka akan berjumpa dengan pria itu. Berada berdua dengan orang hebat seperti ini membuat Clarissa sangat grogi. Clarissa melihat botol minuman di atas meja yang semacam botol sirup, namun botolnya terlihat jauh lebih cantik. Clarissa bisa menebak bahwa itu minuman mahal. Namun dirinya tidak mau terlalu lancang saat berhadapan dengan bosnya. Clarissa hanya menundukkan kepala tanpa berani menatap pria tersebut. "Maaf pak, saya permisi," ucap Clarissa yang berencana untuk langsung keluar dari dalam ruangan tersebut.
Pria itu hanya diam menatap Clarissa.
"Kenapa tatapan pak direktur berbeda?" Ucap Clarissa saat memandang mata bosnya yang terlihat tidak normal. Caranya menatap juga sangat berbeda. Clarissa mulai merasa ketakutan. "Permisi Pak," ucap Clarissa saat pria yang bertubuh tinggi itu menghalangi jalannya.
Wajah Clarissa memucat, jantungnya terasa akan lepas dari tempatnya Ketika pria itu memegang tangannya. "Bapak mau apa?" tanya Clarissa yang begitu sangat takut.
"Layani saya," ucap pria yang bernama Fatir itu.
Mata Clarissa terbuka lebar saat mendengar perkataan yang diucapkan pria tersebut. Ingin rasanya Clarrissa menampar wajahnya namun Clarissa ingat dia adalah direktur utama di perusahaan tempat dirinya bekerja. "Pak, saya mohon lepaskan saya. Saya mau keluar," ucap Clarissa terbata-bata.
Fatir tersenyum dengan memiringkan bibirnya ketika mendengar ucapan gadis di depannya. Tanpa ada rasa kasihan pria itu menarik tangan Gadis itu dan memeluknya. Fathir menatap wajah gadis tersebut. Dia mencium bibir Gadis itu dengan penuh hasrat yang bergelora. Pria itu sudah tidak mampu berpikir apa-apalagi. Ia hanya mengikuti nalurinya.
"Tolong lepas saya," ucap Clarissa yang sudah mulai menangis. Pria itu mencium paksa bibirnya. Ini merupakan ciuman pertama baginya. Clarissa sangat tidak mengerti dengan rasa yang diberikan oleh pria itu. Pria itu memasukkan lidahnya dan bermain-main di dalam rongga mulutnya. Pria itu juga mencium bibirnya dengan sangat keras dan menggigit Bibir bawahnya.
Fatir melepaskan bibirnya dari bibir gadis yang saat ini diciumnya, ketika Fatir melihat gadis itu yang sudah sangat sulit untuk bernafas. Ia memberikan waktu untuk gadis itu menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan lagi apa yang ingin dilakukannya.
"Aku hanya mau kamu memuaskan aku," ucap Fathir tanpa ada rasa malu dan Kasihan terhadap gadis yang saat ini memohon kepada-nya. Pria itu seakan melupakan bahwa dirinya seorang bos yang penuh dengan kewibawaan. Tidak selayaknya dirinya bersikap seperti ini di depan karyawannya
"Saya mohon," ucap Clarrissa ketika tangan pria itu menjamah tubuhnya yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun.
Rasa takut semakin meningkat di rasakan Clarrissa, ketika pria itu menarik baju kemeja yang pakainya dengan sangat keras hingga kancing baju seragam yang dipakai Clarissa rontok dan berjatuhan di lantai. Gadis itu hanya menangis ketika dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. "Auw, ucap Clarrissa yang meringis menahan rasa sakit ketika pria itu dengan sangat kasar memelintir tangannya belakang.
Clarissa berusaha minta tolong agar ada yang mau membantunya saat ini. Namun usahanya sia-sia . Hingga suaranya habis, tidak ada seorangpun yang datang membantunya. Clarissa sudah tidak bisa lagi berbicara ketika tangan pria itu menutup mulutnya. "Bila kamu bersuara, aku akan berbuat yang lebih dari ini," ucap pria itu penuh ancaman.
Carissa hanya menangis ketika pria itu menjatuhkan bajunya. Clarissa tidak bisa menutup bagian tubuhnya ketika Sebelah tangan yang besar dan lebar milik pria itu mampu mengunci kedua tangan milik Clarrissa.
Clarissa sangat malu ketika pria itu menatap bagian atas tubuhnya. Sebelah tangan pria itu begitu sangat kuat memegang tangannya. Clarissa hanya bisa menagis saat pria itu menggerayangi tubuhnya.
"Puaskan saya," ucap Fatir yang sudah dikuasai hawa nafsu.
"Tolong hentikan pak. Tolong kasihani saya," Clarissa tidak ada henti-hentinya memohon. Ia menangis meronta-ronta ketika pria itu berusaha membuka celana yang pakainya. Kata mohon dan tolong berulang kali diucapkannya dengan penuh harapan, meminta agar pria itu mau menghentikan niatnya.
Clarissa menagis ketika pria itu dengan sangat kasar menampar pipinya. "Aku tidak suka mendengar suara yang berisik." Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis itu. Pria itu mencari tempat untuk melampiaskan kemarahannya saat ini.
"Saya mohon pak, kasihani saya. Jangan lakukan ini. Hidup saya sudah tidak berarti bila bapak melakukannya," ucap Clarissa mengiba dan berharap pria itu tersentuh dengan ucapannya.
Fatir menjepitkan tangan di pipi gadis tersebut. "Aku sudah katakan, aku tidak suka kau berisik. Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis tersebut.
Clarissa merasakan sakit di kulit kepalanya saat pria itu menarik rambutnya. Pria itu menurunkan celana kain berwarna hitam yang dipakai Clarissa.
"Kamu sangat cantik, aku baru menyadari ada gadis cantik yang menjadi cleaning service" ucap Fatir dengan gaya orang teler.
Clarissa menggelengkan kepalanya dengan air mata yang deras membasahi pipinya.
"Puaskan saya," ucap Fatir yang semakin menguasai tubuh gadis tersebut. Fathir memeluk dengan sangat erat dan mencium bibir Clarissa dengan paksa.
Clarissa hanya diam ketika pria itu mencium bibirnya dengan sangat kuat dan menggigit-gigit nya hingga bibirnya terasa membengkak.
"Ternyata kamu masih perawan," ucap Fathir yang merebut paksa kehormatan gadis tersebut. Ia melakukannya dengan sangat keras tanpa menghiraukan gadis itu menagis memohon pengampunan dan merasakan kesakitan.
Air mata tidak ada henti-hentinya menetes ketika pria itu mengambil paksa keperawanannya.
Clarissa terkulai lemas tidak berdaya. Ia hanya menagis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Clarissa menangis dan membelakangi tubuh pria yang sudah tidak bergerak.Clarissa ingin secepatnya bisa keluar dari ruangan itu. rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak dihiraukannya lagi. Clarissa sudah tidak ingin lagi melihat pria yang sudah menghancurkan hidupnya . Rasa kagum terhadap pria itu hilang seketika. Saat ini Clarissa memandang jijik pria yang tidak memiliki hati itu.
Clarissa memungut baju nya yang berceceran di lantai. Clarissa meringis ketika merasakan perih di bagian intinya. Tangannya terasa amat sakit saat memakai pakaiannya.
Clarissa keluar dari ruangan itu dengan mempercepat langkah kakinya. Rasa perih ini tidak di hiraukan Clarissa ia hanya ingin secepatnya bisa berada di ruang pantry untuk mengambil tas dan juga kunci rumahnya.
Selesai selesai mengambil barangnya Clarissa berjalan menuju ke pintu keluar.
"Clarissa, apa belum pulang?" ucap bang Udin yang melihat Clarissa yang baru keluar dari dalam gedung tersebut.
"Iya, Baru selesai kerjaan bang," ucap Clarrissa yang berusaha tersenyum. Tangannya memegang rapat baju kemeja seragam yang sudah tidak terkancing.
****
Clarissa berjalan dengan tertatih. Kakinya terasa begitu sangat lemas, dengan tubuh yang terasa sakit dan remuk. Clarissa berusaha tetap berjalan membawa tubuh lelahnya. Berada di posisi seperti ini membuatnya hanya bisa menangis meratapi takdir hidup."Haruskah aku marah dengan takdir yang terasa begitu sangat kejam untuk ku. Apakah aku tidak berhak memiliki kebahagiaan seperti orang kebanyakan. Hidup sendiri tanpa mengetahui dimana keberadaan kedua orang tua aku saja terasa sudah begitu sangat berat. Aku datang ke sini dengan harapan bisa mencari keberadaan ibu yang katanya akan pergi ke Jakarta. Namun bukanya bertemu dengan ibu, aku harus mengalami nasib tragis seperti ini. ?" Clarissa tidak ada henti-hentinya menangis dan bertanya kepada diri sendiri. Clarissa merasakan dirinya yang sudah tidak mampu lagi berjalan. Tubuhnya terasa amat lemas hingga Clarissa memutuskan untuk duduk di pinggir jalan. Duduk di tepi jalan seperti ini sambi
Dengan mempercepat langkah kakinya Clarissa berjalanm ke kamar mandi. Berada di dalam ruangan ini membuat dadanya terasa begitu sangat sesak dan sakit. Clarissa masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di closet. Saat ini ia menangis sejadi-jadinya. "Mengapa hidup ku harus seperti ini. ibu, Risa rindu Ibu. Apakah ibu benar-benar lupa sama Risa Bu," ucap Clarissa sambil mengusap air mata yang mengalir dengan derasnya.Clarissa berusaha meredam suara tangisnya. Ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa. Cukup lama Clarissa nenagis di dalam kamar mandi. Clarissa membasuh wajahnya dengan air keran di wastafel.Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah menenangkan dirinya sendiri . Clarissa sangat bersyukur saat melihat Sinta sudah selesai membersihkan ruangan direktur."Lama banget sih,” ucap Sinta yang mengomel saat melihat Clarissa yang keluar dari dalam kamar mandi."Perut ku meles banget," ucap Caris
Clarissa bangun ketika adzan subuh.Ia merendam pakaian kotor di dalam kamar mandi untuk mencucinya nanti.Clarissa keluar dari kamar mandi setelah berwudhu.Clarissa melaksanakan salat subuh. Ia menangis dan bersimpuh di depan sang pencipta. Cukup lama dia berdo’a. Begitu banyak yang dicurahkan di dalam do’anya. Dengan menagis sejadi-jadinya, mulutnya tetap berdoa. Seakan dia sedang berbicara kepada seseorang teman yang begitu setia mendengarkannya. Tanpa mau menyalahkan. "Ya Allah, hamba tidak akan menyalahkan takdir yang engkau berikan untuk hamba. Hamba ikhlas menjalani cobaan yang engkau berikan. Meskipun hampa merasa tidak sanggup," Clarissa menagis sejadi-jadinya. Ketika ia mencurahkan semua kepedihannya. "Ya Allah, berikan hamba kekuatan untuk menjalin ini semua. Clarissa menyudahi Doanya setelah ia mencurahkan seluruh perasaannya.Clarissa mulai merapikan sajadah dan mu
i"Iya tunggu sebentar," saut Clarissa yang mendengar Sinta mengetuk pintu dari luar. Clarissa berjalan mendekati pintu dan membukanya."Apa kamu sudah nungguin aku?" Sinta bertanya dengan yang tersenyum lebar saat memandang temannya tersebut."Ya, nungguin siap lagi. Kamu tau sendiri mau nungguin pacar, tapi gak punya," jawab Clarissa yang tersenyum."Apa masuk dulu?" Clarissa menawarkan."Iya dong. Aku capek habis berdiri di atas busway. Terus jalan kaki masuk ke sini," ucap Sinta yang masuk ke dalam rumah yang begitu sangat sederhana. Sinta duduk di lantai yang beralas dengan karpet."Berhubung kita baru siap gajian aku ada beli gula dan juga teh. Kamu mau aku buatin minum gak?" tanya Clarissa yang berdiri di dekat pintu."Boleh," jawab Sinta.Clarissa sedikit menutup pintu rumahnya. "Tunggu sebentar," ucapnya yang berjalan menuju
Carissa dan juga Sinta berdiri sambil memegang besi di atas kepala mereka."Akhirnya aku coba juga naik busway," kata Clarissa yang begitu sangat senang. Matanya memandang ke luar jendela.Sinta tersenyum memandangnya. "Naik busway walaupun berdiri tapi pakai AC," ucapnya."Iya, jadi tetap adem," jawab Clarissa yang tersenyum."Lokasi ke tanah Abang lumayan jauh dari tempat tinggal kamu jadi kita naik busway dua kali," Sinta berucap saat busway itu berhenti di halte terakhir."Apa kita harus menyambung lagi naik busway yang satu lagi, untuk menuju jurusan tanah Abang?" tanya Clarissa. mereka berdiri di halte busway."Iya,” jawab Sinta, “kamu gak pusingkan naik busway?""Enggak apa-apa aku pengen jalan-jalan." Clarissa tersenyum."Itu buswaynya ayo cepat," a
Fathir meremas-remas rambutnya dengan sangat kasar. "Apa yang telah aku lakukan,” ucapnya saat dia sadar dan memandang sekeliling ruangannya yang berantakan.Wajah pria itu memucat saat menyadari apa yang dilakukannya. Walaupun kondisinya dalam keadaan mabuk, namun pria itu masih bisa mengetahui apa yang diperbuatnya. Ia memejamkan matanya saat mengingat gadis cleaning service yang masuk ke dalam ruangannya. Baju-baju yang berserakan di lantai di kutip nya satu persatu dan memakainya. Matanya memandang lantai. "Apa yang telah kulakukan?" ucapnya yang melihat bercak darah yang menempel di lantai yang ada di ruangannya.Fathir membersihkan lantai itu dengan memakai tisu. Ia duduk di kursi sambil mengusap-ngusap wajahnya dan memijat-mijat pelipis keningnya. Berulang kali pria itu mengutuk perbuatannya. "Aku sudah menghancurkan masa depan seorang gadis," ucapnya.Fathir meminum a
“Perusahaan aku bisa bangkrut bila aku memberikan kamu kartu itu,” ucap Fathir.“Mas tahukan berapa pengeluaran yang harus aku keluarkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan," ungkap Farah.“Kamu sibuk dengan dunia kamu, kamu sibuk jalan-jalan dengan teman-teman mu, sedangkan kamu tidak memikirkan bagaimana aku dan juga anak kamu, anak kita itu masih kecil dia masih butuh kasih sayang ibu. Namun kamu lebih mengutamakan teman-teman mu. Satu minggu pergi dan kamu baru pulang sekarang, begitu kamu pulang kamu minta uang.” Fathir berkata dengan begitu sangat kesal memandang wajah istrinya.“Aku pergi aku bilang ya Mas.” Farah membela dirinya.“Kamu bilang iya, memang kamu bilang dengan saya, kamu pergi,” ucap Fathir.“Salah aku apa,” tanya Farah.“Kamu tanya salah
Fathir duduk di kursi kerjanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memijat pelipis keningnya. Kepalanya serasa akan pecah saat memikirkan masalah yang dihadapinya. Masalah keluarganya belum selesai. Sekarang datang masalah baru. Ingin rasanya ia memecat semua karyawan yang ada di perusahaannya saat ini. Kalau bukan karena ulah karyawannya, kesalahan seperti ini tidak mungkin dilakukannya.Berulang kali pria itu memukul mejanya sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.Pada saat itu Ia sengaja ingin menenangkan dirinya. Ruangan tempat kerjanya merupakan tempat yang mungkin paling nyaman yang dirasakannya. Fathir memilih minum dengan harapn bisa sedikit melupakan masalahnya. Ia meminum-minuman itu setelah jam kantor berakhir. Fathir yakin sudah tidak akan ada lagi karyawan yang tersisa. Ia tidak menyangka bahwa masih ada karyawannya yang masih bekerja di malam hari.Fathir