Share

4. Memohon

"Buatkan saya kopi," ucap pria itu memerintah

"Baik Pak," ucap Clarissa yang meninggalkan ruangannya.

Clarissa turun ke pantri dengan mengangkat baskom yang berisi piring kotor. Dengan cepat Clarissa membuatkan kopi untuk direktur dan kemudian naik lagi ke atas.

"Permisi pak," ucap Clarissa yang membawa secangkir kopi untuk bosnya. Ini untuk kali pertamanya Clarissa bertemu dengan pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja. Clarissa memperhatikan pria tampan tersebut. "Ternyata pak Direktur masih terlihat muda dan juga sangat tampan," ucap Clarissa di dalam hati.  Clarissa juga tahu bahwa pria itu berstatus suami orang.

"Masuk," ucap pria itu memandang Clarissa.

Clarissa masuk ke dalam ruangan dan  meletakkan cangkir berisi kopi  di atas meja. Entah mengapa Clarissa merasakan dadanya berdebar-debar saat melihat direktur utama tersebut. Clarissa tidak pernah menyangka akan berjumpa dengan pria itu. Berada berdua dengan orang hebat seperti ini membuat Clarissa sangat grogi. Clarissa melihat botol minuman di atas meja yang semacam botol sirup, namun botolnya terlihat jauh lebih cantik. Clarissa bisa menebak bahwa itu minuman mahal. Namun dirinya tidak mau terlalu lancang saat berhadapan dengan bosnya. Clarissa hanya menundukkan kepala tanpa berani menatap pria tersebut. "Maaf pak, saya permisi," ucap Clarissa yang berencana untuk langsung keluar dari dalam ruangan tersebut.

Pria itu hanya diam menatap Clarissa.

"Kenapa tatapan pak direktur berbeda?" Ucap Clarissa saat memandang mata bosnya yang terlihat tidak normal. Caranya menatap juga sangat berbeda. Clarissa mulai merasa ketakutan. "Permisi Pak," ucap Clarissa saat pria yang bertubuh tinggi itu menghalangi jalannya.

Wajah Clarissa memucat,  jantungnya terasa akan lepas dari tempatnya Ketika pria itu memegang tangannya. "Bapak mau apa?"  tanya Clarissa yang begitu sangat takut.

"Layani saya," ucap pria yang bernama Fatir itu.

Mata Clarissa terbuka lebar saat mendengar perkataan yang diucapkan pria tersebut. Ingin rasanya Clarrissa menampar wajahnya namun Clarissa ingat dia adalah direktur utama di perusahaan tempat dirinya bekerja. "Pak, saya mohon lepaskan saya. Saya mau keluar," ucap Clarissa terbata-bata.

Fatir tersenyum dengan memiringkan bibirnya ketika mendengar ucapan gadis di depannya. Tanpa ada rasa kasihan pria itu menarik tangan Gadis itu dan memeluknya. Fathir menatap wajah gadis tersebut. Dia mencium bibir Gadis itu dengan penuh hasrat yang bergelora. Pria itu   sudah tidak mampu berpikir apa-apalagi. Ia hanya mengikuti nalurinya.

"Tolong lepas  saya," ucap Clarissa yang sudah mulai menangis. Pria itu mencium paksa bibirnya.  Ini merupakan ciuman pertama baginya. Clarissa sangat tidak mengerti dengan rasa yang diberikan oleh pria itu. Pria itu memasukkan lidahnya dan bermain-main di dalam rongga mulutnya. Pria itu juga mencium bibirnya dengan sangat keras dan menggigit Bibir bawahnya. 

Fatir melepaskan bibirnya dari bibir gadis yang saat ini diciumnya, ketika Fatir melihat gadis itu yang sudah sangat sulit untuk bernafas. Ia memberikan waktu untuk gadis itu menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan lagi apa yang ingin dilakukannya.

"Aku hanya mau kamu memuaskan aku,"  ucap Fathir tanpa ada rasa malu dan Kasihan terhadap gadis yang saat ini memohon kepada-nya. Pria itu seakan melupakan bahwa dirinya seorang bos yang penuh dengan kewibawaan. Tidak selayaknya dirinya bersikap seperti ini di depan karyawannya

"Saya mohon," ucap Clarrissa ketika tangan pria itu menjamah tubuhnya yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun.

Rasa takut semakin meningkat di rasakan Clarrissa, ketika pria itu menarik baju kemeja yang  pakainya dengan sangat keras hingga kancing baju seragam yang dipakai Clarissa rontok dan berjatuhan di lantai. Gadis itu hanya menangis ketika dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. "Auw, ucap Clarrissa yang meringis menahan rasa sakit ketika pria itu dengan sangat kasar memelintir tangannya belakang.

Clarissa berusaha minta tolong agar ada yang mau membantunya saat ini. Namun usahanya sia-sia . Hingga suaranya habis, tidak ada seorangpun yang datang membantunya.  Clarissa sudah tidak bisa lagi berbicara ketika tangan pria itu menutup mulutnya. "Bila kamu bersuara, aku akan berbuat yang lebih dari ini,"  ucap pria itu penuh ancaman.

Carissa hanya menangis ketika pria itu menjatuhkan bajunya. Clarissa tidak bisa menutup bagian tubuhnya ketika  Sebelah tangan yang besar dan lebar milik pria itu mampu mengunci kedua tangan milik Clarrissa.

Clarissa sangat malu ketika pria itu menatap bagian atas tubuhnya. Sebelah tangan pria itu begitu sangat kuat memegang tangannya. Clarissa hanya bisa menagis saat pria itu menggerayangi tubuhnya.

"Puaskan saya," ucap Fatir yang sudah dikuasai hawa nafsu.

"Tolong hentikan pak. Tolong kasihani saya," Clarissa tidak ada henti-hentinya memohon. Ia menangis meronta-ronta ketika pria itu berusaha membuka celana yang pakainya.  Kata mohon dan tolong berulang kali diucapkannya  dengan penuh harapan, meminta agar pria itu mau menghentikan niatnya.

Clarissa menagis ketika pria itu dengan sangat kasar menampar pipinya. "Aku tidak suka mendengar suara yang berisik." Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis itu. Pria itu mencari tempat untuk melampiaskan kemarahannya saat ini.

"Saya mohon pak, kasihani saya. Jangan lakukan ini. Hidup saya sudah tidak berarti bila bapak melakukannya," ucap Clarissa mengiba dan berharap pria itu tersentuh dengan ucapannya.

Fatir menjepitkan tangan di pipi gadis tersebut. "Aku sudah katakan, aku tidak suka kau berisik. Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis tersebut.

Clarissa merasakan sakit di kulit kepalanya saat pria itu menarik rambutnya. Pria itu menurunkan celana kain berwarna hitam yang dipakai Clarissa.

"Kamu sangat cantik, aku baru menyadari ada gadis cantik yang menjadi cleaning service" ucap Fatir dengan gaya orang teler.

Clarissa menggelengkan kepalanya dengan air mata yang deras membasahi pipinya.

"Puaskan saya," ucap Fatir yang  semakin menguasai tubuh gadis tersebut. Fathir memeluk dengan sangat erat dan mencium bibir Clarissa dengan paksa.

Clarissa hanya diam ketika pria itu mencium bibirnya dengan sangat kuat dan menggigit-gigit nya hingga bibirnya terasa membengkak.

"Ternyata kamu masih perawan," ucap Fathir yang merebut paksa kehormatan gadis tersebut.  Ia melakukannya dengan sangat keras tanpa menghiraukan gadis itu menagis memohon pengampunan dan merasakan kesakitan.

Air mata tidak ada henti-hentinya menetes ketika pria itu mengambil paksa keperawanannya.

Clarissa terkulai lemas tidak berdaya. Ia hanya menagis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.  Clarissa menangis dan membelakangi tubuh pria yang sudah tidak bergerak.

Clarissa ingin secepatnya bisa keluar dari ruangan itu. rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak dihiraukannya lagi. Clarissa sudah tidak ingin lagi melihat pria yang sudah menghancurkan hidupnya . Rasa kagum terhadap pria itu hilang seketika. Saat ini Clarissa memandang jijik pria yang tidak memiliki hati itu.

Clarissa memungut baju nya yang berceceran di lantai.  Clarissa meringis ketika merasakan perih di bagian intinya.  Tangannya terasa amat sakit saat memakai pakaiannya.

Clarissa keluar dari ruangan itu dengan mempercepat langkah kakinya. Rasa perih ini tidak di hiraukan Clarissa ia hanya ingin secepatnya bisa berada di ruang pantry untuk mengambil tas dan juga kunci rumahnya.

Selesai selesai mengambil barangnya Clarissa berjalan menuju ke pintu keluar.

"Clarissa, apa belum pulang?" ucap bang Udin yang melihat Clarissa yang baru keluar dari dalam gedung tersebut.

"Iya, Baru selesai kerjaan bang," ucap Clarrissa yang berusaha tersenyum. Tangannya memegang rapat baju kemeja seragam yang sudah tidak terkancing.

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
hhmmm.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status