Wanita cantik itu duduk dengan kaki yang bertumpu di depan sebuah meja bartender. Digenggamanya sudah ada gelas berisikan whisky. Pandangannya menatap intens pada lautan manusia yang tengah meliukkan tubuhnya di bawah musik EDM yang tengah dimainkan DJ.“Hallo, Baby,” sapa seorang pria tampan yang baru saja datang, dan langsung memeluk serta mencium pipinya.Seketika Hanna menoleh, melihat ke arah Jordan yang tengah memesan minuman pada seorang bartender. Wanita cantik itu membenarkan posisi duduknya, dan menyimpan gelasnya ke atas meja.“Ada apa denganmu?” tanya Jordan seraya merangkul pinggang Hanna dan hendak menciumnya. Namun Hanna menolak, Ia mendorong dada bidang Jordan perlahan menjauh.Satu jam yang lalu Hanna masih berada di dalam dekapan pria lain. Pria tampan, mapan, sukses, terkenal dan kaya raya. Yakinlah, tidak akan ada satupun wanita yang bisa menolak pesonanya. Wangi tubuhnya, caranya menyentuh, dan mencium. Semuanya terasa sangat sempurna. Dan sekarang, ketika Hanna
Dia membuka matanya perlahan namun secepat kilat menutupnya kembali. Matanya mencoba beradaptasi dengan cahaya ruangan yang begitu terang. Sekelilingnya berwarna putih, dengan bau khas yang menguar di seluruh ruangan. Apakah aku sudah mati?“Kau masih hidup, Clara. Jangan pernah berpikir untuk mati semudah itu.”Kalimat, nada bicara, semuanya terdengar begitu tidak asing. Seluruh tubuh Clara meremang, napasnya terengah yang menandakan jika dirinya memang masih hidup. Ternyata percobaan bunuh diri Clara telah gagal. Mereka berhasil menyelamatkanya.Clara mencoba menarik lengannya namun itu terasa sangat berat. Wanita cantik itu juga mencoba untuk menggerakan kakinya namun tidak bisa. Semuanya terikat. Kaki, lengan, dan juga badannya, semua terikat kuat pada sisi ranjang yang tengah menopang tubuhnya.“Kau ingin bermain-main denganku, Clara?”Kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Sementara Clara hanya menatap lurus ke atas, menatap langit-langit kamar berwarna putih itu. Dari
Aland tengah duduk dengan kaki yang saling bertumpu di sebuah sofa tunggal. Beberapa pengawal pria berdiri di belakangnya. Sementara di hadapanya, sudah ada satu orang pelayan wanita yang tengah bersimpuh dengan raut wajah yang sangat gugup.Tuan muda mereka sangat marah karena kelalaian satu pelayannya yang hampir saja membuatnya kehilangan uang tiga milyar. Ya, bukankah wanita cantik itu Aland beli dengan harga tiga milyar? Jika wanita itu mati sebelum Aland merasa puas, maka uangnya akan terbuang sia-sia.“Kau yang menjaga, dan memberinya obat pada saat itu?” tanya Aland.“Y-ya, Tuan muda,” jawab pelayan itu dengan gugup.“Seret dan beri dia hukuman!” perintah Aland kepada beberapa pengawal pria yang dari tadi senantiasa berdiri di belakangnya.Seketika tubuh pelayan tersebut lemas setelah mendengarkan perintah dari tuan mudanya. Karena kelalaiannya dalam bekerja Ia harus menerima sebuah hukuman. Atau lebih tepatnya lagi adalah sebuah siksaan yang begitu mengerikan. Semua orang di
Aland mencekal pergelangan tangan Clara sembari menatap mata wanita cantik itu dengan tajam. Perlahan Ia mengambil gunting yang tengah Clara pegang lalu mengarahkannya pada leher jenjang wanita cantik itu. Clara hanya diam. wanita cantik itu malah mengangkat sedikit lehernya untuk menantang Aland.“Sudah aku duga, kau tidak akan pernah menyerah, Clara,” ujar Aland dengan seringai.Lalu Aland menarik kembali gunting yang Ia arahkan pada leher Clara. Pria tampan itu duduk menyender pada meja rias, dan memainkan gunting tersebut dengan jemarinya. Sementara Clara hanya bisa menatapnya dengan diam.“Kau wanita yang sangat labil, Clara,” ucap Aland, kini Ia mengarahkan gunting di lengannya pada tali lingerie yang Clara gunakan. Aland mengguntingnya sehingga tali lingerie di bahu kanan Clara terputus.“Kau menjerit.” Gunting tersebut turun tepat di dada kanan Clara. “Menangis, dan menyerah.” Lalu bergeser ke arah kiri. “Namun seketika kau menjadi dirimu yang sangat keras kepala, Clara.”Alan
Clara langsung menoleh ke belakang ketika ringisan itu terdengar semakin menyakitkan. Bahkan cambukan yang diberikan oleh pengawal tidak berhenti satu detikpun. Clara semakin kalap melihatnya, tapi tidak bisa bertindak apa-apa. Dia hanya turut merasakan betapa pedihnya cambukan demi cambukan itu.Satu langkah Clara mendekat ke arah pelayan wanita tersebut namun cambukan itu semakin kencang. Dan Clara langsung menghentikan langkahnya sembari menutup mulutnya karena histeris. Diam di posisi itu selama beberapa detik hingga cambuk tali yang di pegang pengawal diganti dengan sebuah rantai besi. O Lord! Rantai besi yang sangat berat.“NOOO!” pekik Clara dengan histeris.“STOP! PLEASE! PLEASE!”“STOP IT!”Tiba-tiba Aland meraih tangan Clara, dan menariknya hingga wanita cantik itu duduk kembali di atas pangkuannya. Seketika itupula hukuman yang diterima pelayan wanita itu terhenti. Terlihat tubuhnya yang semakin melemah, dan darah keluar dari mulut serta hidungnya.“Kau harus menurut, Clara
WARNING!!! 21+Author tidak bertanggung jawab dengan resiko yang akan terjadi wkwkkw.Happy Reading ....“Panggilkan Miyu kemari, cepat!”Clara menatap intens ke arah Aland. Pria itu sedikit terlihat tidak senang. Apakah Clara melakukan kesalahan? Dan siapa itu Miyu? Apakah seseorang yang akan datang untuk memberikan hukuman yang lebih mengerikan untuk pelayan wanita itu. Tidak! jangan sampai itu terjadi.Clara terlalu sibuk dengan pikiranya sendiri hingga Dia tidak menyadari jika sudah ada seorang wanita cantik, sexi, dan berwajah imut di dalam ruangan. Sementara pelayan wanita yang mati-matian Clara perjuangkan agar tidak disiksa itu sudah diseret keluar oleh beberapa pengawal.“Tuan, kau memanggilku?” tanya wanita cantik bernama Miyu tersebut. Suaranya terdengar sangat khas, sexi, dan juga imut.Seketika itupula Clara menolehkan wajah dan menatap ke arahnya. Lord! Siapa wanita ini? Mengapa berpakaian seperti itu? Dia mengenakan satu set lingerie berbentuk kucing berwarna hitam. Waj
Pria bertubuh tegap itu tengah berdiri sembari terus menatap ke luar dari balik jendela perancis di dalam ruangannya. Dia berdiri dengan menyimpan kedua telapak tangannya pada saku celana. Pikirannya berkelut dengan kejadian yang baru saja terjadi kemarin malam. Clara. Wanitanya yang satu itu sukses memenuhi pikiran Aland.Tidak seharusnya Clara bertindak seperti itu, bukan? Bukankah itu adegan inti di dalam pekerjaannya? Kenapa Clara malah tidak kuat melihat itu semua? Ada apa sebenarnya dengan wanita itu. Sangat aneh! Dan Aland menjadi sangat tidak sabaran untuk mengetahuinya.Dia merogoh smartphonenya di saku jas. Menekan tombol kemudian melakukan sebuah panggilan. Terdengar suara seorang pria menjawab dari seberang sana.“Bagaimana? Kau sudah mendapatkannya?” tanya Aland kepada pria di dalam telepon.“Maaf, Tuan. Sepertinya pria itu mengetahui jika ada yang tengah mencarinya. Dia selalu bersembunyi dan berpindah-pindah tempat,” jawabnya, yang terdengar sangat tidak memuaskan.Ala
Clara duduk di atas peraduannya. Mata panda tercetak jelas melingkar akibat tidak tidur semalaman. Bagaimana Clara bisa tidur, sementara di dalam pikirannya terus saja terbayang-bayang permainan gila yang Aland mainkan. Ditambah dengan permainan gila para pengawal itu.O Lord! Kini bukan hanya milik Aland yang pernah dirinya lihat. Melainkan milik tiga pengawal pria lainya. Mengerikan.Ketika Clara tengah merenung. Tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar. Seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamarnya, berdiri di samping ranjang Clara kemudian mencondongkan setengah badanya ke depan. Memberikan hormat kepada Clara.“Nona, makan siang anda sudah siap,” ujar pelayan tersebut.Sementara Clara hanya menatapnya heran. Sejak kapan Clara diperbolehkan untuk keluar dari kamar ini? terlebih lagi untuk makan. Biasanya pelayan akan mengantarkan makanan ke dalam kamar Clara. dan yang lebih membingungkan lagi, kaki Clara kini sudah tidak digelangi oleh rantai.“Makan?” tanya Clara heran.“Benar, Non