Clara terus teringat mimpinya semalam. Itu terasa begitu nyata, dan seperti bukan mimpi. Apakah itu adalah salah satu bagian dari ingatan masalalu Clara yang hilang? Jika ya, maka siapa tiga anak itu, dan siapa wanita yang begitu kejam menyiksa salah satu dari mereka.“Kau menginginkan apa sebagai sarapanmu, Nona?” tanya seorang pelayan yang seketika membuyarkan lamunan Clara.Kini dia tengah duduk di meja makan bersama Aland yang duduk di depannya. Aland tengah sibuk dengan tablet di genggamanya. Sementara di atas meja, sudah tersaji beberapa menu sarapan yang telah koki dan pelayan mansion persiapkan.Setelah memakan makanan rumah sakit yang cukup hambar, melihat makanan di atas meja tentu saja membuat Clara tergiur dan merasa lapar. Terlebih lagi, pikirannya sangat menginginkan itu. Aneh. Perasaanya menunjukan jika makanan di atas meja adalah makanan yang sangat lezat dan mustahil Clara dapatkan. Namun bukankah Clara adalah istri Aland? Istri dari seorang pria kaya. Tapi kenapa di
“Aland, aku mohon … Aku memiliki alasan untuk itu.” lirihnya dengan isak tangis.Aland bukan seorang pria yang akan memberikan sebuah toleransi. Apalagi hal itu menyangkut masalah prinsip hidupnya. Bahkan kepada Helena sekalipun, wanita yang jelas-jelas dulu Aland kasihi. Aland sendiri tidak akan segan kepadanya.“Katakan.”Ada sekilat senyum dan senang pada raut wajah Helena. Meskipun dia berusaha menutupinya dengan raut wajah penyesalan. Wanita memang sangat licik. Kita tidak bisa menilai seseorang dari luar, dan kita juga tidak akan pernah tahu isi hati seseorang.“Aku akan menjelaskannya dengan sangat detail, Aland. Aku berjanji.” Helena pikir akan sulit membujuk Aland kembali, namun ternyata hal itu sangat mudah. Ckck! Seseorang memang akan buta jika menyangkut cinta. Helena merasa jika Aland mencintanya. Dan kini, Helena sudah bersiap menjelaskan beberapa alasan yang sudah dia persiapkan sebelumnya.“Aku-, aku melakukan itu karena ….” Dia terdiam dengan menampilkan ekspresi gug
Clara beranjak dan berlari kecil untuk melihat siapa yang baru saja berjalan melewatinya. Ternyata itu memang Aland. Pria tampan yang mengaku sebagai suaminya itu masuk ke dalam satu ruangan yang Clara tidak tahu apa isi ruangan tersebut.Tiba-tiba ada seorang pelayan wanita yang lewat dengan membawa nampan dengan satu cangkir coffe. Clara yakin jika itu di siapkan untuk Aland. Seketika Clara memberhentikannya dan mengambil alih nampan berisikan cangkir coffe tersebut.“Nona-”“Biar aku saja yang mengantarkanya.” ucap Clar lalu berjalan menuju ruangan Aland. Sementara pelayan itu terlihat sangat resah. Karena ini tak lain merupakan tugasnya. Bagaimana jika Clara melakukan kesalahan? Dan tentu saja pelayan tersebut yang akan terkena hukuman dari tuan mudanya. Lord! Semoga semuanya akan baik-baik saja.Clara mengetuk pintu perlahan, lalu tak lama terdengar suara Aland yang mempersilahkannya untuk masuk. Wanita cantik itu membuka pintu kemudian masuk ke dalam ruangan Aland. Sementara di
Clara beringsut turun dari ranjangnya dan keluar kamar untuk mengambil satu gelas air putih. Namun ketika baru saja dia keluar dari kamarnya, langkahnya langsung terhenti ketika dia melihat seorang wanita cantik yang baru saja keluar dari ruangan Aland.Tidak mau bertanya-tanya dan berprasangka buruk, Clara langsung berjalan untuk menghampirinya sebelum wanita cantik tersebut pergi terlalu jauh.“Tunggu.” seru Clara, dan seketika membuat wanita cantik itu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arahnya.Clara berjalan mendekatinya lalu bertanya. “Siapa kau? Mengapa kau berada di sini dan keluar dari ruangan suamiku?” tanyanya dengan nada yang sedikit canggung. Dia tidak menampilkan raut wajah heran, malah sebaliknya. Clara bertanya dengan sopan. Dia hanya takut akan menuduh orang lain tanpa alasan.Sementara dia malah menatap Clara dengan tatapan heran. “Kau belum tidur?” tanya seseorang yang suaranya terdengar sangat tidak asing bagi indera pendengaran Clara.Clara langsung menolehk
Di dalam ruangan khusus. Beberapa pelayan tengah berjejer dan Aland berada di hadapan mereka. Tidak usah di tanya apa alasannya kenapa Aland mengumpulkan mereka di dalam satu ruangan. Alasanya sudah sangat jelas. Beberapa pelayan itu tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Siapa yang terakhir menjaga Clara, hingga wanita cantik itu keluar dari kamarnya tanpa sepengetahuan siapapun. Bagaimana dengan pelayan yang bertugas hanya untuk mengisi air minum di dalam gelasnya? Bagaimana dengan keamanan di mansion Washington? Siapa yang terakhir kali menjaga ruang keamanan dan melihat Clara sebelum dia di temukan pingsan? Semua itu sangat di pertanyakan Aland.“Tidak becus!” geram Aland dengan suara yang lantang. Sudah di pastikan jika ruangan khusus yang dia pakai kedap suara.Dan semua yang berada di sana akan mendapatkan hukuman yang setimpal.Sementara di sisi lain. Clara tengah duduk di atas ranjangnya sembari di periksa oleh Jonathan untuk yang kedua kalinya, dengan di bantu oleh beberap
“Aku sangat sibuk.”Tiga kalimat yang selalu Clara dengar semenjak satu minggu terakhir. Entah mengapa, Clara merasa jika Aland kini selalu menghindarinya. Atau mungkin pria itu memang sangat sibuk. Namun untuk yang kedua kalinya, Clara memergoki satu orang wanita yeng berjalan keluar dari ruang kerja suaminya. Dan kali ini dia melihat seorang wanita yang berbeda.Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam tepat. Sudah lebih dari dua jam semenjak Clara menyelesaikan makan malamnya. Namun Clara masih duduk di kursi meja makan. Wanita cantik itu belum berniat untuk kembali ke dalam kamarnya.Hal itu tentunya membuat para pelayan dan koki yang berada di sana merasa resah. Karena Clara merupakan tanggung jawab mereka. Satu kesalahan saja yang Clara buat dan mereka tidak bisa mengatasinya. Maka merekalah yang akan mendapatkan hukuman.“Nona, obat anda.” ujar salah seorang pelayan. Dan untuk yang ke sekian kalinya pelayan itu mengingatkan Clara perihal obat yang harus Clara minum.“Aku akan memi
21+Happy Reading ....Sudah satu setengah jam berlalu semenjak Aland memerintahkan pengawalnya untuk membawa masuk Helena ke dalam mansion. Sementara pria tampan itu kini tengah berada di balkon ruang bacanya. Berdiri menatap hujan lebat yang turun dengan satu gelas redwine di genggamannya.Hanya dengan menggunakan bathrobe untuk menutupi tubuhnya. Aland tidak memperdulikan seberapa dinginnya cuaca di luar sana. Dia hanya ingin menenangkan pikiranya di iringi dengan suara air yang jatuh dari langit.Aland meneguk sisa redwinenya hingga tandas. Kemudian dia masuk ke dalam ruangannya kembali dan meraih ponselnya di atas meja. Dia menekan satu nomor yang langsung terhubung dengan seseorang.“Bagaimana?” tanya Aland kepada seseorang di seberang sana.“Nona Helena sudah sadar, Tuan muda.”“Bagaimana dengan pekerjaanmu?”“Selesai, Tuan. Semuanya berjalan sesuai keinginan Anda.”Aland langsung memutuskan sambungan teleponya. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang masih berada di dalam ru
Clara membuka matanya perlahan. Merasakan cahaya mentari yang menyeruak masuk ke dalam kamarnya melalui selah gorden yang tidak tertutup dengan rapat. Wanita cantik itu merasakan ada yang melingkar pada pinggangnya. Dan itu tak lain adalah lengan seseorang.Dia menolehkan wajahnya ke samping. Melihat sosok Aland yang masih terlelap tepat di sana. Ada senyum tipis yang terukir pada wajah cantik Clara. Mendapati pria yang berada di sampingnya ketika dia terbangun.Namun sangat di sayangkan, Clara tidak bisa mengingat apapun semalam. Clara yakin, setelah dirinya meminum obat itu dirinya langsung terlelap. Mungkin ketika Aland masih berada di dalam kamar mandi.Perlahan Clara melepaskan lengan Aland pada tubuhnya, kemudian beringsut turun dari ranjang. Wanita cantik itu berdiri di tepi ranjang sembari menatap wajah Aland yang tengah tertidur pulas itu. Tampan, sangat tenang, membuat senyuman manis Clara terukir pada wajah cantiknya.Is he really my husband? Batin Clara.Setelah memandangi