Alex berjalan menuju ruangannya sambil menggosok-gosok kepalanya dengan frustasi. Ia tidak tahu kenapa hari ini ia bertingkah aneh sekali. Jantung nya yang selalu bergetar hebat ketika melihat Aldira.Ia duduk sambil meutup mata dan menaruh tangan kirinya di atas keningnya, berharap mendapatkan sebuah ketenangan.Tiba-tiba, ketika matanya tertutup muncul bayangan wajah Alleta. Ia membuka matanya dengan cepat berharap menemukan sosok yang ia rindukan.Alex menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan bersamaan dengan telapak tangan yang mengusap wajah nya.Di sisi lain, Shuiyan masih dengan penuh rasa curiga menanyakan semua pertanyaan yang ia pikirkan."Dira, lo ngapain sih? Jawab dong yang gue tanya tadi,"ucap Shuiyan sambil menggerak-gerakan tangan Aldira karena temannya hanya terdiam tanpa memberikan jawaban.Aldira yang merasa risih sekaligus merasa tidak enak karena menyembunyikan sesuatu dari Shuiyan, akhirnya ia memutuskan untuk menjawab."Iya gue jawab, tapi ini rahasi
Ketika sampai di pintu toilet Shuiyan menghentikan langkahnya."Kenapa?"tanya Aldira."Kita pergi aja,"ucap Shuiyan sambil menarik tangan Aldira menjauh dari tempat itu.Ketika sudah berada jauh dari tempat itu akhirnya Aldira bertanya pada Shuiyan karena ia bingung mengapa tiba-tiba gadis tersebut berubah pikiran."Lo kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"kata Aldira tanpa basa-basi."Gue heran aja gitu, kita gak tau apa yang sebenarnya terjadi gue jadi agak ragu gitu buat tolongin dia,"jelas Shuiyan."Maksud lo mungkin si cewek tadi ada sesuatu hal dengan sosok tadi yang kita gak tau?"tanya Aldira."Iya bener, gue ragu aja gitu takutnya entar malah kita lagi yang ada dalam bahaya,""Nah iya, gue juga mau bilang kek gitu. Gue heran aja ruangan itu kayak udah gak pernah dipakai dan yang jadi pertanyaan gue, dia bisa dapat kunci ruangan itu dari mana?"tutur Aldira."Rumit yah ... ehh jangan-jangan ini kek yang di film atau cerita biasanya, si cewek dan cowok itu punya misi rahasia terus ce
"Kayaknya kita harus pergi dari sini sekarang,"ujar Aldira.Mereka berdua berjalan dengan langkah yang cepat, kembali memasuki area rumah sakit dan diikuti oleh Alleta yang berada di tengah mereka berdua.Aldira masih menggenggam ponselnya dengan erat, sementara Shuiyan berjalan sambil sesekali menolehkan kepalanya ke arah belakang takut ada sosok yang tidak mereka inginkan mengikuti."Shuiyan, lo tau siapa orang yang nyimpan semua data anak magang gak?"tanya Aldira."Setau gue guru pembimbing kita aja, emang kenapa?"Aldira tampak berpikir, ia sibuk dengan apa yang sedang dia pikirkan saat ini dan mengabaikan pertanyaan Shuiyan."Disini pasti ada ruang untuk mantau cctv, kan?"tanyanya."Kayaknya ada deh, kalo gak salah di lantai bawah ada kayak post khusus untuk mantau gitu,"ucap Shuiyan sambil mengingat-ingat."Kita ke sana sekarang!"kata Aldira.Ia berjalan dengan langkah cepat menuju ke lantai bawah. Ketika mereka sampai pos itu kosong tidak ada tanda-tanda orang yang berada di te
Aldira dan Shuiyan tersenyum mendengar ucapan Alex. Jika ia merasakan ada sesuatu yang aneh maka sudah pasti ia akan membantu mereka menemukan siapa orang tersebut."Jadi rencananya kalian mau mulai dari mana?" ujar Alex."Biasanya siapa yang suka megang kunci asli sama cadangan buat setiap ruangan?" tanya Aldira."Biasanya yang punya kunci semua ruangan itu penjaga rumah sakit, kadang kunci cadangan ruangan juga bakal dikasih ke dokter yang kerja lembur otomatis cuma mereka yang punya kunci asli sama kunci cadangan," tutur Alex. Aldira tampak sedang berpikir, begitu juga dengan Alex."Yaudah gini aja nanti malam kita lembur," kata Alex."Ha? Yang bener ma ... masa lembur?" tanya Shuiyan terbata-bata."Kalo kalian mau cari tau apa yang sebenarnya terjadi, kita harus lembur untuk melihat apa yang bakal dia lakuin selanjutnya di ruangan itu," jawab Alex."Gak semudah itu," ucap Aldira.Alex dan Shuiyan menatap heran menanti penjelasan ke arah Aldira. "Kita bisa liat sendiri, kayak yan
Alex masuk ke dalam pos itu dan berbincang-bincang dengan satpam penjaga.Sedangkan Aldira hanya menunggu di luar ia merasa sangat bosan dan memainkan ponselnya tiba-tiba Alleta muncul di depannya. "Aldira ngapain lo masih ada disini?" tanya Alleta.Aldira lalu menaruh ponselnya di telinganya seolah-olah seperti orang yang sedang telponan, ia melakukan itu agar tidak terlihat aneh di mata orang normal."Iya gue mau nyari tau tentang ruangan laboratorium tadi," jawab Aldira."Sendirian?""Gak sama Alex," "Gue ikut yah," pinta Alleta."Iya," ucap Aldira. "Dira!" panggil Alex.Aldira lalu berbalik dan berpura-pura mematikan ponselnya. Alex menunjukkan kunci yang sudah berada di tangannya. Aldira mengangguk lalu mereka kembali masuk ke dalam rumah sakit.Kini mereka telah sampai di depan ruangan itu. Alex menatap pintu itu sebentar lalu memasukan kunci dan pintu itu terbuka.Ruangan itu sangat gelap, tidak ada yang terlihat selain warna hitam pekat. Alex meraba dinding ruangan itu menc
Alleta lalu berjalan keluar dan berkeliling rumah sakit untuk melihat situasi mereka saat ini aman atau tidak."Kenapa ada foto di ruangan ini?" tanya Alex.Aldira menggeleng, ia berbalik dan entah mengapa matanya melihat lemari tempat menaruh botol kimia kaca yang sudah terbuka itu."Dira, ada orang agak mencurigakan pakai baju warna hitam dari atas sampai bawah di area parkiran kayaknya mau naik ke sini," ucap Alleta."Astaga!" seru Aldira."Kenapa?" tanya Alex menyadari ekspresi Aldira.Ia mendekati Aldira berusaha melindungi gadis itu dan melihat sekeliling dengan waspada. "Dia udah tau kita bakal ke sini." ucap Aldira. "Ha?" "Lari!" perintah Aldira dan mereka akhirnya segera berlari meninggalkan ruangan itu. Baru saja mereka sampai di depan pintu keluar rumah sakit itu, tiba-tiba ada seseorang yang langsung menghalangi Aldira. "Awas!" teriak Alex.Alex menahan kayu yang hampir mengenai bagian belakang kepala Aldira dengan tangannya. lelaki jangkung itu lalu menendang bagian
Alex menceritakan semua apa yang sebenarnya terjadi kepada Anggika. "Ouh jadi gitu," gumam Anggika dengan ekspresi tampak berpikir."Gue juga ada dapat pesan," ucap Alex merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya dan memberinya kepada Anggika.Tidak lama kemudian, akhirnya Aldira kembali turun ke bawah."Loh, lo belum pulang?" tanya Aldira."Gimana ceritanya dia mau pulang, kakinya aja lagi sakit gara-gara nolongin lo. Lo juga yang bawa dia ke sini terus gimana caranya dia pulang coba, gimana sih lo?" sahut Anggika."Ouh udah di ceritain," balas Aldira."Dasar, emang gak tau terimakasih nih anak!" cetus Anggika."Dih, ngapa lo sewot. Siapa suruh coba dia nyelamatin gue? Orang gue bisa jaga diri." ungkap Aldira. "Dih, dasar ni anak!" ucap Anggika kesal."Apa?" sahut Aldira ikut kesal. Kring! Bunyi notifikasi pesan dari ponselnya Aldira, gadis itu membuka pesan dari nomor yang tidak di kenal itu lagi. Aldira mematikan ponselnya. Ia berpikir sejenak bagaimana mungkin orang ini
Baru saja Aldira melangkahkan kaki memasuki rumah sakit itu. Ia langsung bertemu dengan Shuiyan yang sudah menunggu kedatangannya sedari tadi."Akhirnya lo datang juga," ucapnya."Ada apaan kok lo panik gitu?" tanya Aldria.Shuiyan menariknya dan membawanya ke tempat khusus mereka para anak magang beristirahat. Gadis itu lalu mengambil tasnya dan mencari sesuatu."Lo lihat ini!" kata Shuiyan sambil memberikan sepucuk surat.Aldira membuka surat itu dan melihat sebuah tulisan. "Tunggu saja, permainan akan di mulai kalian pasti akan sangat menyukainya." "Dari mana lo dapat surat ini?" tanya Aldira."Itu tadi pagi tiba-tiba sudah ada di depan pintu rumah gue," jawab Shuiyan."Shuiyan, Aldira, di panggil dokter Alex ke ruangannya!" seru seorang perempuan yang baru saja tiba."Iya, makasih." sahut Shuiyan dan segera menyembunyikan surat itu di saku jasnya.Shuiyan segera menarik tangan Aldira keluar, tapi Aldira malah berhenti dan menatap sosok perempuan yang sedang merapikan tas dan men