Ariana sedang bersiap siap keluar dari mobil yang mengantarnya pulang dari lokasi syuting saat ia menerima telepon dari Helena. Ariana yang sedetik sebelumnya masih mengucapkan terima kasih sambil tersenyum ramah pada supir mobil agency itu, dalam sekejap langsung mengubah ekspresinya.Kerutan berlipat lipat ada di keningnya, ketika kalimat demi kalimat yang ia cerna dari lawan bicaranya di ujung sana. Ariana bisa merasakan jika migrainnya yang selama ini telah hilang, kini seperti kambuh kembali. "KATAKAN SEKALI LAGI!" Ariana tidak bermaksud membentak, dia hanya tidak mengerti dengan pendengarannya yang rasanya sering mengelabuinya seharian ini. Karena, seakan ia belum cukup merasa cemas dengan cerita masa lalunya, hari ini setiap kali ada orang yang berbisik bisik sambil menatap ke arahnya, telinganya seperti selalu menangkap kata kata mutiara yang terdengar seperti murahan, jalang, dan ya… kosa kata baru, bitch. Ariana sungguh sungguh tidak ingin memikirkannya. Atau mempedulikan
"Bukankah akan menarik jika kita membuat seakan akan Ariana Smith adalah seseorang yang sangat spesial yang bisa menaklukkan hati seorang Daniel Collins? Mengerti maksudku?” Balas Daniel dengan tanpa beban sama sekali. Helena tanpa sadar mengangguk angguk, karena yah... untuk beberapa alasan. Para Fans rasanya jauh lebih mudah menerima kisah cinta lokasi, daripada kisah cinta rahasia yang tiba tiba terbongkar begitu saja. "Oh Cerdas sekali!” Lantang Darren atas pertanyaan Daniel. “Dan ini akan menguntungkan promosi film Unconditional Love!" Darren mencoba kembali masuk ke arena diskusi. "Tapi tidak semua fansmu, adalah mereka yang bersikap mendukung atau sekedar netral tentang kisah percintaanmu." Alex masih terlihat keberatan, tapi tidak sengotot seperti kalimat kalimat sebelumnya. "Kalau begitu tidak perlu membuat semacam konfirmasi atau pernyataan yang jelas. Kau tahu, kami bisa saling flirting, terlihat saling jatuh cinta, sambil memberi jawaban ambigu pada khalayak." Lagi lag
Mengapa Daniel harus mencium Ariana di depan ribuan kamera?Pemuda berambut coklai itu mengembalikan pikirannya ke tempat seharusnya, dan berusaha mendengarkan apa yang Alex Taylor katakan."Ini bukan sesuatu yang terlalu besar. Jika kita biarkan berlalu, mereka tidak akan lebih dari sekedar percikan api kecil yang kemudian dilupakan."Tetapi entah mengapa Daniel ingin berargumen bahwa kejadian semalam sama sekali tidak layak jika hanya diumpamakan seperti percikan api kecil. Daniel lebih berpikir bahwa ciuman semalam terasa seperti kembang api yang meledak ledak. Daniel ingin memperbesar percikan itu, hingga meledak seperti kembang api.Tapi itu bukan sesuatu yang perlu diributkan untuk saat ini. Terutama ketika Daniel mendengar ketukan sopan di pintu dan Zidane muncul dengan secangkir espresso di tangnnya. Daniel tidak mengenali merk yang ada pada cangkir kopi yang dibawa Zidane, tapi persetan soal merk. Dia butuh kafein sekarang juga. Jika tidak, ia tidak akan punya kesempatan un
"Aku hanya ingin membuat dia lebih menarik." Ucap Daniel dengan seringai yang belum hilang dari wajahnya, kemudian dia mengambil alih kuasa handle pintu lalu membukanya sebelum Helena sempat memberinya ancaman lain lagi."Ah! Tuan Collins! Selamat datang. Kami sudah menunggumu. Silahkan duduk." Sapa Seseorang yang Daniel belum ketahui siapa namanya. Ketika dia telah memasuki ruangan.Sekilas, mata Daniel memindai sekeliling isi ruangan. Dia melihat dengan sangat jelas ada meja besar di depannya. Daniel berasumsi bahwa pria yang kini duduk di belakang meja besar dan terlihat sangat bangga akan meja besar serta tulisan jabatan di atas meja itu sebagai publik relation di perusahaan ini. Ia berdiri, menghampiri Daniel dan mengajaknya bersalaman. Sekarang Daniel tahu, siapa nama laki laki yang menyalaminya kini, Darren Johnson.Daniel tahu orang ini menyebalkan, dan dia sangat tahu bahwa level menyebalkan orang ini berada jauh di bawahnya. Maka menurutnya jabat tangan tidak akan begitu mas
"Jadi, siapa saja yang akan ikut membicarakan ini?" Akhirnya Daniel berani bertanya pada Helena, setelah beberapa saat berusaha membuang bayangan tekstur rambut Ariana ketika berada pada sela sela jari jemari Daniel saat merabanya kemarin malam. Helena mengedipkan matanya ketika berbalik ke arah Daniel. Seakan ia sama sekali tidak berekspektasi bahwa Daniel akan membuka pembicaraan. Yah, Daniel mengerti kenapa kebanyakan orang berpikir seperti itu. Terlebih jika kau adalah manajer dari Aktris yang Daniel ejek setiap hari selama proses syuting, lalu tiba tiba kau cium di atas panggung, sehingga membuat kekacauan sampai seperti ini. Percayalah! Image Daniel di kedua mata Helena sangatlah tidak begitu bagus. "Publik relation Ariana, Darren Johnson... Rafa—" ada jeda sedetik dari ucapan Helena, "Maksudku, Tuan Smith dan tentu saja, perwakilan dari agensimu, Tuan Taylor." Jabar Helena sambil mengingat ingat nama nama yang akan mereka temui nanti. Daniel mengangguk untuk nama terakhir.
"Masuklah! Kau sudah terlambat lima menit." Ucap Zidane pada Daniel. Daniel hanya tersenyum sinis pada perintah Zidane. Kemudian, Zidane kembali masuk lagi ke mobil untuk memarkirkan mobil mewah milik Daniel di tempat yang lebih layak dan aman dibandingkan teras lobi gedung minimalis di hadapannya. Atau setidaknya begitu pikiran Daniel sampai Zidane berkata lagi padanya. "Espresso dengan dua sendok gula? Apa itu cukup untuk membuatmu benar benar membuka mata?" “Aku tau, kau selalu peduli padaku Zidane.” Jawab Daniel yang disertai dengan seringai menyebalkan ke arah Zidane yang sedang menutup kembali kaca jendela yang baru saja dibukanya. Daniel memasukkan kedua telapak tangannya yang tak tertutupi sarung tangan ke dalam saku mantelnya. Ia berjalan perlahan dan penuh keanggunan. Daniel sangat tidak suka terlambat, seseorang pernah berkata padanya, dahulu sekali bahwa ia sama disiplinnya dengan para Pengawal yang berjaga di depan istana Buckingham. Dan sekarang pun Daniel tidak ban