Share

pelajaran

"Yank, kamu kenapa sih lihatin ponsel mulu? Liat aku dong, dari tadi aku di cuekin mulu." Alin membalikan tubuh Aldo yang sedari tadi memandingi gawai miliknya.

"Kenapa, Dek? Apa kau membutuhkan sesuatu? Atau kau ingin makan sesuatu? Biar Mas belikan." Alin menatap dalam mata suaminya, dia memang menanyakan tentang keinginannya tapi tatapan kosong Aldo seakan membuat Alin merasa ia hanya berbasa-basi menanyakan hal itu padanya.

"Yank, kamu nggak usah bohong sama aku. Kamu lagi mikirin Mbak Afi kan?" tanya Alin.

"Iya, Dek. Mas cuma sedikit risau, Kenapa Afi belum juga telpon Mas! Padahal ini sudah jam delapan. Apa dia beneran pergi ya tadi. Tidak biasanya Afi begini, ponselnya juga tak dapat dihubungi. Mas khawatir terjadi sesuatu padanya. Alin, Mas minta izin malam ini tidur di rumah Afi ya. Aku mohon! Mas ingin meluruskan kesalahpahaman tadi pagi." Aldo memegang tangan Alin untuk meyakinkan kekhawatirannya ini.

"Aku ikut ya ke rumah Mbak Afi. Aku juga ingin minta maaf soal kemarin. Pasti gara-gara kemarin kamu nyuruh Mbak Afi kesini anterin makanan untukku, makannya dia marah. Dia pasti cemburu Yank." Alin mencoba mengikuti alur yang Afi buat. Sepertinya istri pertama suaminya begitu murka atas perlakuannya kemarin.

Sebenarnya Alin sengaja melakukan itu agar mereka berdua berselisih. Alin muak jika melihat suaminya selalu pergi sarapan dan makan siang di rumah Afi. Ternyata rencananya berhasil, dan ia menelpon orang tua Aldo agar datang ke rumah Afi untuk mengajaknya ke rumah bersama. Tentu saja hal itu sudah tertata apik sesuai skenario yang ia buat. Mami mertua datang dengan aduan tentang Afi yang ingin mengusir Aldo. Ibarat mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Seperti halnya dirinya, niat hati mengerjai Afi kini mertuanya sudah ikut membenci istri pertama dari anaknya itu.

"Kamu nggak usah ikut, nanti malah tambah marah Afi kalau liat Mas bawa kamu. Kamu di sini aja, jika nanti malam Afi bisa tenang Mas akan kesini lagi." Aldo mengecup kening Alin dan bergegas meninggalkan  Alin yang terpaku menatap kepergian suaminya.

Alin kecewa dengan keputusan Aldo yang pergi tanpanya. Ia ingin ikut ke rumah Afi hanya sekedar melihat drama nyata di depannya. Ia pasti bagaikan setan yang sedang menertawakan makhluk bodoh yang sedang bertengkar itu.

Aldo berjalan menuju rumah Afi dan membuka rumah dengan kunci cadangan yang ia punya. Aldo memang mempunyai duplikat kunci setiap rumah yang ia berikan untuk istri-istrinya untuk memudahkannya masuk jika dalam keadaan genting. Ia melihat lampu rumah yang masih tampak gelap dan ia melangkah menuju kamar Afi. Aldo mencoba membukanya dan kamar itu pun masih gelap. 

Pikiran Aldo buntu, ia sudah tak bisa menahan amarahnya. Ia berlari keluar rumah Afi menuju rumah Alin untuk mengambil mobilnya. Ia akan mencari keberadaan istri pertamanya itu. Aldo kira kemarahan Afi tadi pagi hanyalah omong kosong seperti biasanya. Ia tak akan menyangka jika Afi nekat keluar rumah tanpa seijinnya.

Aldo terus mencoba menghubungi nomor Afi tapi tak kunjung juga tersambung. Ia membanting setirnya menepi di sebuah taman dekat alun-alun kota.

Aldo turun dan mendudukan tubuhnya di kursi pojok taman yang lumayan sepi. Ia mengambil gawainya kembali dan membuka galeri yang terpampang foto wajah indah Afi saat ia masih gadis dulu. Aldo menyesal telah menyakiti Afi dan mengatakan bahwa dia harus mengalah pada Aina, seharusnya ia sedikit menurunkan egonya dan memmilih bersikap adil pada Afi. Sekelebat, terbayang masa lalu bersama istri pertamanya itu, ia mengingat-ingat masa indah saat ingin mendapatkan hati seorang Afi.

Flashback

Seorang wanita berdiri tersenyum kepada beberapa orang di sekelilingnya. Wajahnya tampak berseri tatkala ada seorang pria dan beberapa sahabatnya membawakan ia bunga dan mempersembahkan sebuah lagu di depannya.

🎶🎶🎶🎶

Dengarkanlah … wanita pujaanku

Malam ini akan kusampaikan

Hasrat suci … kepadamu dewiku

Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin … mempersuntingmu

Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur

Ku tak akan mengulang tuk meminta

Satu keyakinan hatiku ini

Akulah yang terbaik untukmu

Suara tepuk tangan dari para alumni ikut memeriahkan suasana. Afi, wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati dengan kepandaianya dan sikap santunnya.

Semua para sahabat mendukung acara lamaran Aldo untuk Afi. 

Aldo melangkahkan kakinya menuju Afi lalu membungkukan badannya untuk memberikan sebuah bunga untuknya.

"will you marry me?"

Aldo memberikan dua pilihan pada Afi. Jika ia memilih bunga, berarti ia tak menerima pinangannya. Jika ia memilih cincin, maka ia berarti setuju untuk bersanding di pelaminan bersama dirinya.

Afi yang tampak malu akhirnya memilih kedua nya. Ia membisikan sesuatu di telinga Aldo.

"Aku tunggu kamu datang ke rumah orang tuaku besok."

Aldo langsung bersorak ria diikuti para sahabatnya yang lain. Afi yang malu melihat tingkah Aldo itu memilih diam. Sebenarnya hati Afi juga begitu senang diperlakukan seperti ini, bahkan banyak wanita yang menginginkan calon pasangannya berbuat demikian. Kata mereka, romantis kaya drama-drama Korea.

*****

Aldo tersadar dari lamunannya, dan beranjak dari tempat duduknya untuk kembali ke rumah Afi. Ia berharap istrinya sudah kembali ke rumah.

Mobil memasuki garasi rumah Afi. Aldo melihat kamar Afi yang telah menyala.

Aldo akhirnya bernapas lega karena Afi pasti sudah pulang ke rumah.

Aldo memasuki kamar Afi dan mencari keberadaan istrinya yang sangat ia rindukan.

Aldo mendengar gemericik dari dalam kamar mandi, mungkin Afi sedang membersihkan tubuhnya.

Aldo memilih duduk di tepi ranjang dan menunggu Afi keluar dari sana.

Afi keluar dengan hanya memakai handuk membuat Aldo menatapnya lain. Rambut yang basah dan aroma khas yang sangat wangi membuat Aldo tersenyum.

Afi yang tak tahu jika suaminya ada di kamarnya merasa heran. Tak biasanya suaminya datang ke rumahnya malam-malam.

"Fi, kamu dari mana saja? Mas nyariin kamu dari tadi, Mas khawatir."

Afi mendudukan tubuhnya di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

"Aku kan tadi pagi sudah bilang, aku ada acara. Apa Mas lupa?"

"Tapi aku kan belum mengizinkan kamu! Apakah kamu tadi habis datang ke acara reuni sekolah lagi?"

Afi memicingkan matanya menatap suaminya bingung.

"Reuni? Kapan teman-teman kita membicarakan reuni? Aku tadi ada urusan, dan tak sengaja bertemu teman. Jadi ngobrol lama. Dan … tumben Mas malam-malam disini? Nggak takut istri mudanya ngamuk. Pulang gih, aku nggak mau jadi bulan-bulanan kalian. Capek aku mas!" ucap Afi santai. Ia tak begitu sedatar tadi siang.  Setelah interview yang ia lakukan tadi akhirnya ia dapat bekerja di perusahaan itu tanpa harus terikat waktu. Aneh memang, tapi Afi tak memikirkan hal itu. Setidaknya ia mempunyai cara untuk membahagiakan dirinya sendiri tanpa harus merasa seperti orang yang tak berguna.

Seseorang akan merasa dihargai dan dihormati ketika ia berada di lingkungan yang tepat. Begitu juga dengan Afi, ia akan menjadi wanita yang sangat dihargai jika ia bisa berada di tempat yang semestinya. Afi bertekad akan memperjuangkan kebahagiaan dia sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain, termasuk suami di depannya ini.

Aldo memeluk Afi dari belakang dan membisikan sesuatu padanya.

"Fi, Mas kangen kamu. Mas khawatir banget tadi waktu kamu nggak di rumah. Mas cari sampai keliling kota agar bisa menemukanmu. Maafkan Mas kalau selama ini sudah membuatmu tertekan sehingga Mas berpikir, kamu bakalan pergi dariku." Aldo mencium pipi Afi lembut dan menggendongnya menuju ranjang.

Dasar sifat lelaki, jika ada maunya saja ia akan lembut dan santun. Tapi jika ia sedang marah, jangan harap bisa mendekatinya.

Afi hanya diam tak merespon perbuatan suaminya. Ia tahu apa yang Aldo inginkan. Biarlah untuk malam ini, Afi menurunkan sedikit egonya untuk melakukan ibadah bersama suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status