Beranda / Romansa / Aku Mengalah / suatu Kejadian

Share

suatu Kejadian

Penulis: Maey Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-17 13:51:54

Alin memandangi pintu rumahnya berharap Aldo menepati janjinya untuk pulang. Ia menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjukan jam 11 malam. Alin sedari tadi mondar mandir bak setrikaan dan akhirnya memutuskan untuk menelpon suaminya itu.

Nada sambung terhubung tapi tak ada jawaban dari nomor suaminya. Berulang kali ia coba menghubungi Aldo sampai ia merasa tangannya lelah untuk kembali memencet tombol memanggil.

Akhirnya dengan terpaksa, ia memilih menelpon Afi untuk memastikan suaminya ada di sana atau tidak.

Sialnya, nomor Afi juga tak aktif membuat Alin begitu murka. Ia merasa mereka sengaja membuatnya marah.

Alin memaksakan diri keluar dari rumahnya tengah malam menuju ke rumah Afi. Ia berjalan sangat cepat tanpa memperhatikan kondisinya yang sedang hamil. Ia akan membalas perlakuan Afi yang sengaja membuat Aldo harus menginap di rumahnya.

Alin memencet tombol rumah di depannya ini berulang-ulang. Akhirnya setelah beberapa lama menunggu, Afi keluar dari rumah miliknya itu.

"Alin? Ada apa kesini malam-malam?" Afi sengaja tak membuka pagar agar Alin tak masuk kedalam rumahnya.

"Buka, Mbak. Aku mau ketemu sama suamiku?" teriak Alin.

"Suami yang mana maksudmu? Bahkan aku tak mengenal siapa suamimu." Afi sengaja memancing kemarahan Alin agar ia tak berbuat seenaknya padanya.

"Yank! Aku tahu kamu di dalam. Cepat pulang, kalau kamu nggak mau pulang, aku nggak mau ketemu kamu lagi!" Alin berteriak seperti orang kesetanan memanggil Aldo di dalam. Namun, sepertinya usahanya sia-sia. Karena Aldo sudah terlelap di kamar Afi.

Afi masuk ke rumahnya dan menutup pintu tanpa memperdulikan Alin yang masih berteriak di luar gerbang.

Afi mendekati suaminya yang terlelap akibat pergulatan panas bersamanya tadi. Afi mencoba membangunkan Aldo pelan. Bagaimanapun, ia tak ingin disalahkan suami dan mertuanya nanti jika hal buruk menimpa Alin dan bayinya.

"Mas, bangun! Ada Alin di depan nyariin kamu. Kamu pulang sana, ini sudah tengah malam loh. Nggak baik buat ibu hamil. Nanti ada apa-apa sama dia, aku lagi yang disalahkan." Sebenarnya Afi malas melakukan ini, tapi mau bagaimana lagi. Ia harus pintar mengambil hati suaminya kembali. Alin wanita yang juga sangat Aldo cinta, ia harus bermain cantik agar tak terlihat buruk dimata suami dan mertuanya.

"Jam berapa ini, Fi?" Aldo mengucek matanya yang masih mengantuk dan berusaha duduk dari tidurnya.

"Jam setengah duabelas. Gih, pulang. Istri mudamu ngamuk tuh di depan rumahku. Jangan suka kesini tanpa seizinnya, kalau tak mau ibumu memarahiku karena mengira aku begitu zalim kepadanya dan cucu yang dikandungnya itu." Afi berbicara penuh penekanan agar suaminya tahu maksud kata-katanya.

"Kamu nggak lagi marah kan sama aku? Maafin Mas ya, Fi. Mas belum bisa adil dalam memberikan nafkah batin padamu. InsyaAllah akan Mas usahakan menyentuhmu jika Alin sedang tak ingin melayaniku. Untuk sementara ini, mengalahlah untuknya." Aldo menatap Afi dalam untuk memastikan istri pertamanya ini memahaminya.

"Pulanglah, jangan pernah berjanji kalau kamu tidak bisa melaksanakannya. Jangan bawa-bawa Tuhan untuk sesuatu yang tidak kau kuasai. Dan satu lagi, jangan paksa aku dengan kata mengalahmu itu, aku muak!" Afi meninggalkan Aldo yang tercengang atas jawabannya. 

Dengan langkah gontai, Aldo keluar rumah Afi dan menemui Alin yang masih menunggunya di depan pintu. Ia melihat Alin yang sedang berjongkok dan menangis.

"Dek, kenapa kamu keluar malam-malam? Kamu nggak mikirin anak kita? Ayo pulang," ucap Aldo lembut. Ia tak mau membuat keributan di luar rumah dan segera menggandeng Afi untuk pulang. Alin hanya menuruti ucapan suaminya dan melangkah pulang.

Tak ada pembicaraan selama di perjalanan, karena jika di luar Alin tak akan berani marah-marah dan menjatuhkan reputasinya sebagai istri baik. Lebih tepatnya, istri yang berpura-pura baik.

Alin memang terbiasa melakukan hal-hal nekat yang kadang tak memikirkan resiko setelah itu. Baginya, segala sesuatu yang diinginkan harus ia dapatkan.

Alin mendapatkan Aldo juga bukan perkara mudah. Sejak ia diterima menjadi karyawan di perusahaan Aldo, ia sering melihat Aldo mengajak Afi ke kantor. Para karyawan juga tahu, jika Aldo sangat mencintai Afi.

 Sejak itulah, ia merasa ingin memiliki Aldo. Perhatian  dan kasih sayang yang nampak tulus  kepada istrinya membuat Alin iri sekaligus benci. Selama ini ia hidup dalam kurangnya kasih sayang. Salahkan ia juga mendapatkan cinta seperti itu? Akhirnya Alin mencari informasi yang dapat membuatnya masuk ke dalam rumah tangga atasannya itu.

Sekarang bukan hanya kebahagiaan yang ia dapatkan tapi juga tak sedikitpun ia kekurangan dalam hal materi. Suaminya seorang pemilik perusahaan besar, sangatlah gampang memberikan apa yang ia mau. Tapi ia belum juga puas, jika masih ada Afi di samping Aldo. Ia akan berusaha menyingkirkan Afi dari rumah tangganya dan menjalani rumah tangga bahagia seperti yang ia impikan.

Alin dan Aldo memasuki rumahnya dan segera mengajak istrinya itu menuju kamar dan mendudukkannya perlahan. Alin yang berpura-pura membuang muka dan menangis membuat Aldo tak tega memarahinya.

"Kamu kenapa nyusul Mas kesana? Kan tadi aku sudah bilang akan tidur di rumah Afi. Kenapa masih ngotot nyusul ke sana? Nggak takut sama kandunganmu ini? Ingat Alin, kehamilanmu masih muda dan sangat rentan. Jangan di ulangi lagi ya. Mas takut kamu kenapa-napa." Aldo mengelus rambut Alin dan mengelap air mata dengan jarinya.

"Kamu kan sudah janji mau kesini, kalau Mbak Afi udah pulang. Aku nggak bisa tidur kalau nggak ada kamu, Yank!" ucap Alin terisak lirih.

"Iya, tapi Afi masih marah. Bahkan ia tadi bertambah marah waktu tau kamu nyusul Mas ke rumahnya. Ingat, Afi juga istri Mas. Kamu harus paham jika Afi juga mempunyai hak yang sama denganmu." Aldo masih berusaha menasehati Alin dengan pelan berharap ia akan mengerti maksud yang ia bicarakan.

"Kok kamu malah marahin aku? Aku memang hanya wanita yang kau nikahi untuk melahirkan anakmu. Maka kamu seenak itu menyalahkanku jika Mbak Afi marah. Aku benci kamu, sangat! Bahkan kamu nggak bisa memahami perasaanku." Alin memasuki kamar mandi dan menangis kencang agar Aldo merasa bersalah telah menceramahinya barusan. Sebenarnya ia sengaja ingin membuat pelajaran padanya. Perasaan iri dan juga ego ingin memiliki Aldo sepenuhnya, membuat ia menjadi wanita mengerikan ketika marah.

"Dek! Tolong buka pintunya! Mas minta maaf kalau sudah menyakiti hatimu. Mas hanya mencoba bersikap adil pada kalian. Kalian orang yang sama berartinya dalam hidupku, mengertilah  Dek. Tak ada yang aku beda-bedakan diantara kalian berdua."

Tampak tak ada suara sahutan dari dalam membuat Aldo terus menggedor pintu kamar mandi kencang. 

"Aaaarrgghh!" 

Suara teriakan Alin membuat Aldo dengan segera mendobrak pintu kamar mandi, dan mendapatkan darah yang mengalir dari kakinya.

"Dek, darah? Ayo cepat kita ke rumah sakit!" Tanpa persetujuan Alin, Aldo membopong tubuhnya menuju garasi. Ia memakai mobil Alin karena mobilnya berada di rumah Afi. Aldo panik karena melihat Alin yang merintih kesakitan. Ia begitu khawatir akan kondisi istri mudanya ini.

"Tahan ya, Dek. Kita mau kerumah sakit. Tolong bertahankah dengan dede bayi kita. Aku menyayangimu, sungguh. Jangan ragukan rasa cinta ini lagi." Aldo selalu membisikan kata-kata indah untuk menyemangati Alin yang sedang kesakitan. Aldo melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Mengalah   akhirnya

    Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s

  • Aku Mengalah   baby twins

    Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is

  • Aku Mengalah   bahagia

    Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu

  • Aku Mengalah   Buah kesabaran

    "Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.

  • Aku Mengalah   membahagiakan

    Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman

  • Aku Mengalah   Kejutan

    Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status