“Vanesa, berbalik badan lah! Jangan sampai kau terekam, bisa-bisa nanti mereka menyebarkan gosip yang buruk ke keluargamu.”
Vanesa pun membalikkan badannya dengan cepat dan sialnya ia tergelincir dan hampir terjatuh hingga dia berusaha berpegangan pada Nera hingga membuat Nera pun Refleks bergerak untuk menangkap Vanesa dan Vanesa pun berada dalam posisi dimana ia memeluk Nera. Sangat Dramatis sekali seperti di tv tv.
Tak lama setelah merekam kejadian itupun, mobil itu segera pergi dan tancap gas. Nera yang elihat itu berlari untuk bisa melihat nomor polisi dari mobil itu dan menandai nya.
(situasi di dalam mobil)
“Hehe lumayan untuk bahan laporan.” Orang misterius yang berada di dalam mobil itu pun menyeringai..
(kembali ke tempat Nera dan Vanesa.)
“Sial, siapa mereka itu? aku tak bisa melihatnya dengan jelas.”
“Ah sudahlah Nera, bia
Namun saat Nera hendak melepaskan jabatan tangannya, Vanesa menahannya agar bisa memegang tangan Nera lebih lama lagi. Nera merasa sungkan untuk melepaskannya secara paksa namun merasa enggan untuk berlama-lama seperti itu.“Nera, bolehkah aku memohon satu hal lagi padamu? Aku berjanji ini adalah yang terakhir untuk hari ini.” Tanya Vanesa dengan raut wajah antara memelas dan merayu. Membuat siapapun sulit untuk menolaknya.“Ah.. ya.. engg,,,tidak apalah kalau begitu. Selagi aku bisa bantu ya tidak masalah.”“Baiklah, aku minta kau pejamkan matamu, 5detik saja.”“Haa? Kenapa ? Kau ingin bermain sulap? Atau ingin mengerjaiku?”“Ahahaha tidak kok, tenang aja. Aku tidak akan mengerjaimu. Udah cepat, tutup saja matamu dan jangan mengintip.”“Duh,, ya baiklah.” Nera pun memejamkan matanya dengan ekspresi sedikit khawatir.“Eh? Barusan kau mengeluh?
Nera pun berjalan menuju kamar tamu yang dimaksud dengan dipandu oleh Marko dan Niko.“Bung, ini kamarnya. Silahkan mandi dan ganti pakaian anda. Dilemari ada banyak pilihan ukuran baju untuk para tamu.” Ujar Marko“Terimakasih banyak.”..Nera pun segera masuk ke kamar mandi dan mulai berkeramas dan mandi dengan shower yang hangat.“Wah, mantap sekali. Bahkan kamar mandinya lebih luas dari rumah kontrakan ku dan Gevan. Juga sangat mewah seperti di hotel. Rasanya seperti mimpi saja aku berada di istana Megah seperti ini.” Nera pun tidak berhenti menggumam karena takjub dan ia merasa seperti berada di istana dalam cerita dongeng.Setelah 10menit Nera pun selesai mandi dan segera mencari baju ganti di lemari.“Wahh, ini juga mantap. Lemari nya harum, bajunya semuanya sama namun banyak ukuran. Benar-benar layanan untuk tamunya tidak tanggung-tanggung.Setelah Nera selesai, ia sege
“Ha? Eh? Kok? Ahahaha mengapa kau menanyakan nama ayahku? Ahaha, apa kau ingin melamarku?”“Eh, bukan. Kau terlalu jauh berpikir kesana. Jjika kau keberatan yasudah, tidak perlu dijawab kok.”“Hmmm.. Ervan. Nama ayahku Ervan.” Jawab Vanesa.“Ervan? Dandelion? ..” Tanya Nera lagi karena penasaran.“Hmm (angguk-angguk)..”“Berarti , Erwin Dandelion itu?...” ucap Nera karena ia menyangka bahwa orang yang bernama Erwin Dandelion itu mungkin saja kerabat Vanesa.“Ahaha, aku sudah tahu kau akan menanyakan itu. Hmmm gimana ya? Aku juga tidak tahu cara menjawabnya karena nama Erwin juga terdengar asing di keluarga ini. Mungkin saja orang itu sengaja memakai nama belakang Dandelion. Yah soalnya kan banyak juga sekarang nama orang yang seperti itu.”“Hmm, iya juga. Yasudah lah kalau begitu, maaf jadi bertanya yang tidak-tidak. Aku hanya pensaran saja
Tak lama sebuah mobil pun sampai di pekarangan rumah Nera, sudah pasti itu Vanesa yang datang dengan supirnya. Terlihat Vanesa turun dari mobil dan terlihat ia memakai dress yang sama saat dirumah bersama Nera tadi namun terlihat ia masih sedikit kesulitan saat berjalan karena kaki yang terkilir. Kelihatannya Vanesa memang langsung buru-buru berangkat saat Nera memintanya untuk datang. Namun Vanesa melihat agak heran karena ada Kezia juga disitu dan Vanesa pun sudah bisa menebak situasinya, ia pun hanya tersenyum ramah dan menyapa keduanya.“Hallo Nera, Hallo.. kak Kezia kan? Salam kenal, aku Vanesa teman kampusnya Nera.” Ucap Vanesa dengan ramah sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Kezia.“Hallo juga,” Kezia pun menerima isyarat jabat tangan Vanesa dengan ramah.“Wah, ternyata dari dekat lebih cantik. hihihihi,” Celetuk Vanesa yang membuat Kezia tersipu karena perkataannya itu.“Ah, ahahaha terimaka
“....” (hening) (hening)“Ah. Ahaha, anu.. aku minta maaf kalau..”“Tidak apa-apa Vanesa. Aku mengerti. Terimakasih sudah jujur dan menyampaikannya padaku, walau aku merasa agak jengkel karena mendengarya darimu tapi aku sangat menghargai kejujuran dan perasaanmu. Sepertinya aku harus membeli rantai yang kuat dan kokoh agar Nera tidak bisa lagi kemana-mana.” Ucap Kezia dengan sedikit candaan yang membuat situasi menjadi tidak tegang lagi. Semuanya berakhir dengan keadaan yang baik-baik saja.“Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya semuanya. Terimakasih hidangannya, oh iya aku bawa sesuatu, tunggu sebentar aku ambilkan.” Vanesa berlari menuju mobil dan mengambil sebuah rantang dan bingkisan besar, ia dibantu supirnya untuk membawa barang-barang itu.“Apa itu?“ tanya Nera agak heran“Ini sup yang kau makan tadi. Aku tadinya ingin mengeluarkannya lebih awal untuk kita nikmati ber
“Baiklah kalau gitu Ner,Kakak. Aku pulang dulu, sudah sore. kalian yang akur ya, jangan berantem, tar aku ikutan repot.” “Iya-iya, hati-hati ya.” Jawab Kezia .. Vanesa pun akhirnya pulang dan tinggalah Kezia dan Nera berdua di teras itu, cuaca agak seidikit gerimis. Mereka pun akhirnya berbaikan , perlahan Nera memeluk Kezia dari belakang dan mencium rambut Kezia. “Apa sekarang kau masih marah?” Tanya Nera “Ngga tauk, huh.” “Ee, kau kelihatan semakin cantik jika merajuk seperti itu.” “Ih gombal banget. Kau dasar sialan, lihat Wanita itu tadi..” “Kenapa wanita itu? bukankah sekarang kau menjadi kakaknya.” “Bukan itu masalahnya. Anak itu terlalu manis dan cantik lebih dari bayanganku sebelum ia datang kesini.” Ucap Kezia dengan sedikit muram “Lalu? apa masalahnya?” “Yah, berarti wajar saja jika aku cemburu padanya. Aku saja yang wanita, melihatnya sangat suka dengan wajahnya.” Kezia pun memegang dan mengelus tangan Nera yang melingkari perutnya. Terlihat mereka berdua sangat m
Selang beberapa waktu, Vanesa tiba-tiba jarang kelihatan karena beberapa alasan yang tidak diketahui. Hingga Kezia pun sedikit khawatir dan pensaran sampai-sampai dia menghubungi Nera di sela-sela jam kerja nya.“Triing.’”” (telepon berdering)..“Hallo, tumben sekali kau meneleponku dijam seperti ini, apakah lagi senggang?” Tanya Nera yang menjawab panggilan telepon Kezia.“Hmm ya tidak juga. Hanya sedikit ada waktu luang saja, kenapa? Kau merasa terganggu ya?” Tutur Kezia. Terdengar nada bicaranya sedikit agak kesal.“Ahaha tidak kok, justru aku malah senang seklai karena kau menghubungiku. Habisnya kan kita sangat jarang sekali berkomunikasi apalagi di jam sibuk begini.”“Hmm iya deh iya. Engg sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu padamu tentang Vanesa.”“Oh, mau nanya apa? dan ngomong-ngomong belakangan ini dia jarang terlihat sih.”“Ha? Dia juga jarang terlihat dikampus?”“Iya, sudah berapa hari berturut-turut tidak kelihatan, dan sebelumnya juga dia hanya sesekali saja datang
Kezia tentu saja langsung kaget mendengar pernyataan Nathan itu. Karena selama ini yang ia tahu bahwa Nathan sudah bisa berdamai dengan perasaan mereka yang dulu saling cinta dengan kenyataan bahwa mereka saat ini hanyalah teman dekat. Kezia sedikit tidak percaya dan ia heran.“Tunggu dulu, Nathan. Kau..? Kau pasti bercanda kan ?.” tanya Kezia dengan sedikit grogi.“..(geleng-geleng kepala) ,, Tidak, aku sama sekai tidak bercanda. Selama ini aku mencoba mengabaikan perasaanku karena aku tak ingin kau membenciku jika kau sampai tahu kalau aku masih mencintaimu. Aku memilih bungkam karena dengan cara itu aku masih bisa dekat denganmu meskipun hanya sebagai teman dan rekan kerja.”“Enggak enggak, ini kedengarannya aneh. Tunggu, kepalamu pasti ada yang salah. Apakah kau terbentur? Katakan padaku kalau kau baru saja ngelantur, Nathan.” Kezia semakin bingung degan keadaan yang rumit ini. Mimpi apa ia semalam sehingga keadaan semuanya berubah dan terbolak-balik dari apa yang ia pikirkan sela