Share

Faellyn

“Saya akan membeli buku ini” ucap seorang gadis sambil memerikan sebuah buku kepada kasir.

Setelah membayar ia keluar dan masuk kedalam taksi yang sudah dipesannya lewat aplikasi, ia adalah seorang gadis yang menyukai novel-novel transmigrasi namun tak pernah mempercayai adanya hal tersebut.

Baginya transmigrasi maupun reinkarnasi hanyalah karangan para pemilik imajinasi diluar nalar seperti penulis novel fantasi, namun bagaimanapun ia menyukai karangan diluar nalar itu.

“Sepertinya nona penumpang sangat menyukai novel fantasi ya? saya lihat nona selalu membeli novel fantasi?” gadis itu menatap sang sopir, dan menyadari bahwa taksi yang ia pesan merupakan sopir yang sama dengan sopir yang mengantarnya beberapa kali ke toko buku itu.

“Benar, saya menyukai novel fantasi karena saya tidak percaya dengan cinta dinovel romansa” Sopir itu tersenyum.

“Nona terlihat masih muda, tidak masalah jika anda mencoba untuk mencintai” gadis itu hanya terdiam, ia menatap keluar jendela.

Samar-samar dilihatnya sebuah truk konteiner yang melaju dengan kecepatan yang tidak wajar untuk ukuran truk sebesar itu.

“Pak, sepertinya kita harus berhenti..” Belum sempai ia menyelesaikan kalimatnya sebuah truk bermuatan dari arah belakang menabrak mereka.

Hari itu menjadi hari dimana kecelakaan beruntun antara truk konteiner truk bermuatan dan sebuah taksi online yang menewaskan dua penumpang taksi online.

Gadis itu kembali membuka matanya, tampat asing yang lusuh.

“Apa ini di akhirat?” ia menyentuh tenggorokannya.

“Oh suaraku berbeda” Ia menatap sekelilingnya, benar-benar tidak ada orang selain dirinya.

“Apa ini benar-benar di akhirat? Rasanya sangat aneh” ia menurunkan kakinya lalu berjalan untuk melihat lebih jauh tempat apa yang sebenarnya ia tempati.

“Oh, Nona Faellyn?anda sudah sadar” Ia menatap sekelilingnya dan hanya ia yang berada disana, serta pria yang barusaja masuk dengan baju serba putih, layaknya seorang pastor digereja.

Ia menunjuk dirinya, dan pria tersebut mengangguk.

“Bisa anda memberi saya cermin?” Pria tersebut mengangguk dan memberikan sebuah cermin kecil dari balik bajunya.

Rambut hitam dan mata emas. Ia memegang rambutnya untuk melihat seberapa panjang rambutnya, karena menurut yang diingatnya rambutnya hanya sebatas bahu.

“Akh” teriaknya begitu menyadari, situasinya saat ini.

Sebuah kecelakaan besar yang menewaskan tubuhnya menjadikannya jiwa yang merasuki tubuh orang lain, transmigrasi sebuah mitos yang dianggapnya sesuatu yang mustahil kini dating padanya.

“Ah maafkan saya, sepertinya kepala saya sedikit pusing apa yang terjadi pada saya?” tanyanya untuk memastikan apa yang terjadi pada tubuh yang dirasukinya.

“Saat sedang melakukan perkerjaan anda nona tidak sengaja tertimpa patung dewa yang didirikan pendeta lain” jelas pendeta tersebut.

“Kalau begitu boleh saya Kembali?” pendeta tersebut mengangguk.

*

*

Seminggu berlalu semenjak aku merasuki tubuh ini, aku pingsan saat mengetahui kebenaran aku adalah Faellyn yang itu.

Aku hanya penasaran mengapa antagonis tidak memiliki kehidupan yang bahagia, bukan karena aku ingin menjadi sang antagonis!

"Kamu bisa kembali" Aku tersadar dan menoleh ke arah pendeta tersebut.

"Baik, Tuan pendeta" aku pun meninggalkan perkerjaanku.

Setelah masuk kedalam tubuh Faellyn aku membiasakan diri untuk menjadi Faellyn yag berkerja merawat taman di kuil seperti karya aslinya, ini sudah seminggu sejak aku masuk kedalam novel namun tidak ada yang istimewa, selain pria yang terluka parah di kamarku.

aku menghela nafasku.

"Ada baiknya jika pria itu langsung pergi ke kuil sebelum pingsan, kenapa malah pingsan didepan panti" keluhku sambil memetik beberapa tanaman obat yang bebas digunakan siapa saja, termasuk pekerja kuil sepertiku.

Aku kembali dari kuil bisa dibilang tengah hari dimana para anak-anak panti yang lain sedang tidur siang, oleh karena itu tidak masalah jika aku mengobati pria itu sekarang juga. aku merasa familiar dengan wajah itu ia memiliki rambut pirang yang indah sayangnya aku tidak sempat melihat matanya, kurasa aku pernah melihatnya disuatu tempat.

Aku menatap rumah kecil yang disebut panti asuhan tersebut, sesuai dugaanku panti terlihat sepi karena sudah tengah hari.

Aku berjalan kearah kamarku dengan hati-hati karena takut membangunkan anak-anak yang lain.

Aku mengetuk pintu kamarku, tidak ada jawaban.

"Ya apa yang kutunggu dari orang yang pingsan" monologku sambil membuka pintu.

Pria tersebut masih tertidur diranjangku, aku menghela nafas.

"Aku tidak percaya, aku barusaja memasukkan seorang pria tak dikenal ke kamarku" Aku mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat obat dengan bahan-banah yang kubawa dari kuil, keahlian ini tentu saja dari catatan Faellyn yang asli, aku beruntung karena tubuh ini masih mengingat dengan jelas hal-hal yang harus kulalukan sebagai Faellyn.

Tak lama setelah aku menumbuk bahan-bahan tersebut, aku sudah mendapatkan air yang disebut obat disini atau lebih tepatnya obat herbal. aku tersenyum membanggakan keahlian yang ku miliki.

"Ya, tidak buruk juga " Aku berjalan kearah pria tersebut, aku tidak bisa mengatakan luka dipunggunya ini karena terjatuh, ini adalah luka yang cukup besar pula untuk dikatakan luka sayat, ini seperti luka pedang yang sengaja diayunkan untuk melukainya atau bahkan orang yang mengayunkannya bermaksud membunuhnya.

"Maaf tapi bisa kau tahan sebentar ini akan sedikit perih" Aku tidak mendapatkan jawaban, ya lagi pula untuk apa aku berbicara pada orang yang pingsan.

aku menuangkan obat tersebut dengan hati-hati lalu mengoleskan salep yang kutemukan dikamarku beberapa saat lalu.

"Ah sepertinya akan sulit untuk membalutnya dengan perban?" ucapku sambil mentatap perban yang ada ditanganku.

"Apa seperti ini bisa?"

"Tidak aku harus membuat pria ini duduk agar aku bisa membalut lukanya dengan perban"

" Baiklah" Tunggu suara pria?

Aku menatap pria tersebut, aku mengangga dan hampir saja berteriak jika saja pria itu tidak membungkam mulutku dengan tangannya.

"Aku sudah diam sepanjang hari, untuk membuat mereka tidak menyadariku, apa kamu ingin aku langsung ketauan?" Aku mengeleng. Dia melepaskan tangannya yang membungkamku.

"Bagaimana?" Aku masih tidak percaya jika pria didepanku benar-benar membuka matanya, mata berwarna merah layaknya permata ruby yang langka.

"Apa kamu sudah selesai mengagumiku? bisa kamu membalut lukaku? rasanya aku akan mati dengan luka yang terbuka" Ha? Kutarik kembali kata-kataku yang mengatakan dia tampan, dia pria menyebalkan.

"Ah, maafkan aku" Aku membalut tubuhnya yang terluka dengan perban, ku akui ini bukanlah luka yang bisa dingap kecil, jika aku memiliki luka sebesar ini aku pasti akan menangis tanpa perduli dimana aku berada, karena didunia ini tidak ada bius yang bisa mengalihkan rasa sakit untuk sementara.

Aku menghembuhkan nafasku lega saat seluruh luka itu sudah terbalut dengan rapi, tidak ada yang lebih menegangkan daripada melihat luka tanpa penanganan.

"yah ini tidak buruk" ujar pria itu, aku hanya mengangguk, karena aku pun terkesan dengan ketrampilan ini.

"Aku tidak akan basa-basi, kamu bisa memanggilku Chael. dalam waktu dekat akan ada seorang bangsawan yang mengadopsimu, lebih tepatnya mengadopsimu untuk menjadi tunangan Duke muda Erden" Aku mematung, Duke Erden? apa maksudnya Adrian Erden? pemeran utama yang akan memberiku hukuman mati karena menganggu pemeran utama wanita yang dicintainya.

Tunggu aku harus tenang, aku harus terlihat seperti gadis polos yang tak mengetahui apa-apa.

"Apa maksudmu, mana ada seorang bangsawan dengan gelar Duke memilih tunangannya dari panti asuhan? itu tidak mungkin, lagi pula aku seorang rakyat jelata, mana mungkin aku berani bermimpi untuk menjadi tunangan bangsawan setinggi duke" Aku tersenyum polos, kuharap ia akan tertipu dengan senyum itu.

Namun berbeda dari apa yang kuharapkan, mata merah itu menatapku tanpa berekspresi.

"Apa kamu yakin hanya seorang rakyat jelata?" Mengapa ia mengatakan dengan sangat percaya diri? haruskah aku memberikan sanggahan?

"Sepertinya ia akan datang sore hari, aku akan mengatakan satu hal lagi hanya ada satu orang di Hildegyan yang memiliki mata emas sepertimu dan dia adalah orang yang duke muda ingin hancurkan" Apa ini? Fakta diluar novel? aku sangat yakin tidak ada kejadian ini dalam novel yang kubaca.

ia meletakkan sebuah kalung dengan liontin permata ruby.

"Aku harus pergi, anggap saja ini tanda terima kasihku. Ah ya, pikirkan baik-baik karena aku juga akan mengirim bantuan, ia akan mengenali jika kamu menunjukan permata itu" Ia pun melompat dari jendela, aku menatapnya yang entah menghilang kemana.

Aku masih berusaha mencerna apa yang barusaja ia katakan, Chael?

"Siapa dia sebenarnya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status