Share

Mass Hysteria

"Ta--tadi Fizah sudah chat Dady, minta izin ajak Mbak Naya pergi tapi Dady belum balas." Hafizah menjawab pelan. Gadis berkerudung putih itu menundukkan wajah, tidak berani menatap wajah sang ayah yang terlihat begitu marah.

"Kalau Dady belum balas harusnya kamu jangan pergi. Kamu tahu? Mbak Naya itu lagi sakit dan nggak boleh sembarang bertemu dengan orang. Kamu lihat sendiri 'kan akibatnya?!" Rahang lelaki berusia empat puluh delapan tahun itu terlihat mulai mengeras.

Selama beberapa hari berada di rumah ini, baru kali ini aku melihat Dokter Ibrahim marah. Biasanya dia selalu memanjakan putri-putrinya dan selalu sabar menghadapi tingkah manja mereka.

"Aku minta maaf, Dad. Aku cuma mau pamer ke teman-teman kalau aku mau punya mami baru. Supaya nggak diledek anak kurang kasih sayang terus oleh mereka."

"Apa selama ini kamu merasa kurang kasih sayang dari Dady?"

Hafizah menggeleng pelan. Tanpa dikomando dua bulir air bening men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status