Nama ruang VIP itu Nephele, nama yang sangat indah. Ketika aku mendorong pintu dan mengikuti tanda yang ada, aku kebetulan melihat suamiku Ardi, serta pujaan hatinya, Zelda, sedang bermesraan.Lebih tepatnya, Zelda sedang berada di dalam pelukan Ardi.Lengan Ardi melingkari bahu Zelda. Dari sudut pandanganku, bibirnya tampak berada di dekat telinga wanita itu.Saat itu, langkahku tiba-tiba terhenti, darah di tubuhku mengalir deras ke kepala, jantungku seakan berhenti berdetak, tubuhku pun membeku di tempat.Aku pernah melihat Ardi dan Zelda berdiri berdampingan, aku juga pernah melihat Ardi melindungi wanita itu di belakangnya. Aku bahkan pernah mengantar mereka pergi berkencan, berdiri di lantai bawah sarang cinta mereka, sambil memandangi lampu di lantai atas.Aku bisa membayangkan apa yang terjadi di antara mereka saat berada di dalam rumah itu.Namun, ini pertama kalinya aku melihat keintiman mereka secara langsung.Mereka sedang berciuman.Penglihatan Zelda sangat baik. Dia meliha
Aku sangat menghormati pemimpin yang baik hati ini dan langsung berdiri tegak. "Terima kasih, Dokter Roni."Dokter Roni menepuk bahuku lagi. "Bekerjalah dengan baik."Dokter Roni memang seorang pemimpin yang pantas dihormati. Sejak aku bergabung dengan departemen anestesi, dia sangat peduli dan menghargai aku. Aku bisa berkembang pesat hanya dalam satu atau dua bulan, semua itu berkat bimbingannya."Bagaimana mungkin dia itu orang yang teliti? Begitu insiden itu terjadi, dia langsung mencurigai rekan-rekannya dengan alasan yang samar-samar. Ini tidak baik bagi hubungan antar departemen. Dokter Roni, departemen anestesi kita memiliki hubungan yang sensitif dengan departemen bedah saraf. Dengan masalah yang sudah dia buat lagi, sekarang ada jurang pemisah antara kedua departemen ini," ucap Dokter Galak yang tiba-tiba menyela.Dokter Galak menatapku dengan raut wajah tegas, matanya penuh dengan ketidakpuasan.Aku ingin mengatakan kalau aku tidak langsung mencurigai rekan-rekanku. Lagipula
Meskipun aku berpikir demikian, dalam hati aku tetap mengerutkan kening begitu mendengar nasihat Nyonya Larasati. "Apakah Ibu sudah lupa apa yang terjadi di Kediaman Wijaya hari itu, serta bagaimana Yuliana mengejek dan mencemooh kita?"Terakhir kali di Kediaman Wijaya, ibu mertuaku dan Nyonya Larasati bertengkar. Aku pun mengusulkan perceraian dan ibu mertuaku langsung meminta Pak Surya untuk membuat surat perceraian.Ketika aku mengungkit hal ini, wajah Nyonya Larasati membeku. Dia jelas teringat akan ketidaknyamanan hari itu.Itu adalah saat yang langka bagi Nyonya Larasati sampai bisa bersikap keras di depan Keluarga Wijaya. Akan tetapi, baru saja lewat beberapa hari, dia sudah mau kembali lagi. Kalau ibu mertuaku tahu hal ini, entah bagaimana dia akan mengejek dan mencemooh Nyonya Larasati."Yuliana memang berpikiran dangkal dan tidak memiliki gambaran besar. Aku tidak akan berdebat dengannya." Nyonya Larasati menahan amarahnya sejenak, lalu berbicara.Dia melanjutkan, "Tapi Raisa
Meskipun insiden ini mirip dengan kasus Fadil, ada sedikit perbedaan.Awalnya, Fadil iri dengan kepedulian Ardi terhadap Zelda. Dia melakukan semua itu untuk melampiaskan amarahnya. Mengenai unggahan yang sengaja dia buat untuk mempermainkan aku setelahnya, tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian dan menghilangkan kecurigaan padanya.Namun kali ini, sepertinya ada yang menghasut dan sengaja menyebabkan pertengkaran antara aku, Zelda dan Ardi, agar dia bisa meraup keuntungan.Inilah yang aku sadari setelah kejadian itu. Di saat yang sama, aku juga mencurigai seseorang.Jadi, aku selalu memberi tahu Devi kalau orang yang mengacak-acak pintu lokerku dan menghina aku bukanlah Zelda.Wajah Jessy tiba-tiba berubah muram. Dia yang selalu suka berteriak, kini menjadi lebih tenang.Ruang rapat menjadi hening, hanya suara Ardi yang terdengar. Suaranya begitu lembut dan tenang. "Kamu telah bekerja di rumah sakit ini selama beberapa tahun. Meskipun kamu bukanlah karyawan tetap di sini, kamu t
Aku tidak menyangka Ardi akan muncul di pintu ruang rapat sekarang.Aku makin tidak menyangka dia berbicara untuk membelaku begitu dia muncul.Dia berdiri di pintu, mengenakan jaket panjang hitam yang membuatnya tampak lebih tinggi dan tegap. Kemeja putih sederhana dan dasi hitamnya membuat wajahnya tampak tajam dan cakap. Seperti biasa, temperamennya lugas dan tegas.Namun, sosoknya itu membuat orang merasa aman.Aku menatap Ardi dan tertegun sejenak.Terakhir kali aku melihatnya saat di jalan tadi malam. Dia berdebat denganku dari dalam mobil, sampai akhirnya dia menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan aku, istrinya sendirian di pinggir jalan di tengah malam.Aku masih ingat dengan jelas, situasi dan perasaan saat itu. Rasa dingin menusuk tubuhku. Akan tetapi, ketika dia muncul saat ini, dia tidak menyalahkan aku karena telah salah menuduh Zelda, si pujaan hatinya. Sebaliknya, dia berdiri membelaku dan berhadapan langsung dengan Jessy.Apakah ini benar-benar terjadi?Tatapan Ardi
"Aku benar-benar tidak tahan melihat dia yang seperti ini. Dia terus mengincar Zelda, mencurigai orang padahal tidak ada bukti. Dia sudah membuat Zelda menangis kemarin pagi. Sekarang rumah sakit sudah mengetahui kebenarannya, tapi mereka masih terus mengintimidasi Zelda. Kenapa mereka begitu yakin kalau Zelda yang melakukannya?" Suara Jessy sangat keras, bahkan terdengar begitu lantang di dalam ruang rapat.Setelah mengatakan itu, dia menatap Rian. "Dokter Rian, aku tahu kamu mau membela Dokter Raisa. Tapi, bahkan kalau kamu ingin mengejar Dokter Raisa, kamu tidak bisa sembarangan menuduh Zelda tanpa mengetahui kebenarannya, 'kan?"Jessy ini, selalu saja menyebut nama Zelda. Dia tampak seperti kakak kandung bagi Zelda, tetapi dia selalu menyalahkan Zelda atas segala masalah ini. Apakah ucapannya ini benar-benar demi kebaikan Zelda?Rian pun marah dan tampak sangat muram. "Bu Jessy, kamu ….""Jessy, jangan impulsif, kita semua rekan kerja, duduk dan bicaralah baik-baik." Dokter Hendra