Share

Bab 174

Penulis: Celine
Kevin menyatakan akan menyelidiki hal ini.

Bisa dilihat dia sama sekali tidak tahu apa yang dilakukan Keluarga Tanadi.

"Kalau sampai aku tahu kalian sengaja mengadu domba, mau memanfaatkan istriku ...."

Kevin tiba-tiba mengibaskan pedangnya ke tumbuhan di samping, seketika menebas tumbuhan itu jadi dua.

Aku mengangguk lalu berkata tulus, "Tuan Tanadi silakan cari tahu. Tapi menurut yang aku tahu, siang ini Keluarga Tanadi akan mengirim tim pengacara profesional ke Mogowa untuk ikut campur penyelidikan, tolong Tuan Tanadi bertindak secepatnya."

Kevin melirikku lalu berbalik sambil berkata, "Antar mereka keluar."

Setelah keluar, aku masih sangat khawatir. Rian malah terlihat sangat positif, dia berkata setengah bercanda, "Nggak kusangka Dokter Raisa sangat berani di saat-saat genting seperti itu, terlihat seperti pendekar wanita."

Aku melihat jempol yang diacungkannya, lalu teringat kasus Nyonya Tanadi. Aku pun berkata dengan khawatir, "Entah apa yang akan dipilih Kevin."

"Kita sudah mem
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 475

    Rasanya begitu menggoda, membuat jantungku berdebar kencang. Aku begitu terkejut sampai aku tidak cukup cepat menjawab pertanyaan Steven.Rian mengerutkan alisnya, ekspresinya menjadi makin waspada. Dia menarikku ke belakangnya sambil menatap senyuman Steven yang memikat. Dia mendengkus. "Kamu tidak perlu menemaninya, aku saja. Kami sudah memutuskan mau makan apa. Kamu tidak perlu ikut campur.""Nggak apa-apa. Aku mau ikut. Lagipula, aku hanya teman makan biasa saja." Steven yang begitu lembut dan lentur, mengikuti gerakan Rian dan meluncur tepat ke sampingku. Dia tersenyum padaku. "Dokter Raisa, nggak apa-apa, 'kan?"Pipi Rian yang agak tembam pun memerah, dia bahkan merasa sedikit gelisah. "Tidak ….""Ya, kebetulan aku yang mentraktir hari ini. Terima kasih, Dokter Steven, sudah membawakanku makanan terakhir kali." Aku mulai bersuara.Aku ingin membalas kebaikan Steven. Lagipula, dia sudah menunjukkan perhatiannya padaku terakhir kali, dengan mengantarkan bubur dan obat-obatan padaku

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 474

    Aku terkejut melihat Steven di sini.Lagipula, Ida, pacarnya Steven baru saja siuman. Aku kira Steven akan menemani Ida di bangsal pada jam segini.Bukan hanya aku yang terkejut, tetapi Rian juga. "Tuan Muda Steven, kenapa kamu ada di sini?"Rian memanggil Steven sebagai Tuan Muda Steven, bukan Dokter Steven. Itu berarti mereka tidak hanya kenalan di tempat kerja saja.Selain itu, Keluarga Pratama dan Keluarga Gangga sama-sama keluarga kaya di Nowa, jadi wajar saja kalau mereka pernah berinteraksi."Aku pergi ke departemen anestesi untuk mencari Dokter Raisa, tapi Dokter Raisa tidak ada di sana. Kemudian, aku baru mengetahui kalau pamannya juga dirawat di Mogowa, jadi aku ingin pergi menjenguknya. Aku tidak menyangka akan bertemu kalian secara kebetulan." Steven tersenyum, dia mengangkat bingkisan yang dibawanya untuk ditunjukkan padaku.Dia sungguh sopan. Begitu mendengar pamanku dirawat di sini, dia bahkan ingin pergi menjenguknya.Sikap sopannya membuat aku merasa sedikit malu. "Dok

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 473

    "Raisa, apa kamu yakin ingin pergi?" Ardi menggenggam pergelangan tanganku, matanya tampak murka. Suaranya rendah dan juga mengandung sedikit rasa kesal."Ada situasi mendesak. Aku harus pergi. Jadi, Dokter Ardi, tolong periksa pamanku. Aku akan meminta ibuku mentraktir Dokter Ardi makan malam nanti." Aku dengan lembut, tetapi juga tegas melepaskan jari-jarinya. Aku menatap matanya dengan tenang sambil sedikit tersenyum.Cahaya di mata Ardi perlahan meredup, amarahnya menjadi makin kuat. Dia tampak hendak mengatakan sesuatu, tetapi aku tidak memberinya kesempatan dan meninggalkan bangsal tanpa menoleh ke belakang.Aku tahu Ardi pasti merasa tak berdaya dan marah.Dia merasa tak berdaya karena dia tidak berhasil memaksakan kesepakatannya padaku. Sikapku yang tegas dan keras kepala ini tidak memuaskannya.Dia merasa marah karena aku tidak hanya menolak memenuhi tuntutannya yang tidak masuk akal itu, aku bahkan sengaja ikut campur dan berdekatan dengan Rian.Namun, aku tidak peduli.Aku t

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 472

    Aku tidak menyangka Nyonya Larasati akan datang bersama Ardi lagi.Meskipun Ardi mengantar Nyonya Larasati mencariku pagi tadi, setelah pertengkaran kami, Ardi pun pergi sendiri. Kemudian, Nyonya Larasati kembali ke rumah sakit bersamaku.Kupikir dia sudah mengerti niat Ardi yang sebenarnya dan akan berhenti mencarinya lagi.Tak disangka, dia malah membawa Ardi datang ke bangsal paman. Apa yang sebenarnya direncanakannya?"Kak, kamu terlalu terburu-buru, sampai linglung begitu. Raisa masih belum sampai tahap itu. Kita tidak usah bicarakan ini dulu sekarang. Kamu pasti lelah setelah bermain ponsel, 'kan? Istirahatlah, kita bicara lagi nanti." Nyonya Larasati segera mengambil ponsel paman. Lalu, sambil tersenyum, dia berkata pada Rian yang wajahnya sedikit memerah karena gembira, "Rian, terima kasih sudah datang menemani paman Raisa hari ini. Apakah kamu masih ada urusan lain?"Ini adalah cara halus untuk meminta Rian pergi.Maksud Nyonya Larasati itu, dia memiliki urusan pribadi yang ha

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 471

    "Paman, berhentilah bicara. Kita makan pisang dulu." Aku makin cemas. Tatapan Rian tampak membara, membuat wajahku terasa terbakar. Aku menyodorkan pisang ke tangan paman, berharap dia bisa mengganti topik pembicaraan. "Infusnya sudah habis bukan? Coba kulihat pergelangan tanganmu ….""Aku mau, sangat mau." Rian tiba-tiba membuka mulut dan menyela ucapanku.Interupsi mendadak itu membuat suasana tiba-tiba menjadi hening.Kepalaku berdengung. Seketika, tubuhku terasa membeku. Aku terdiam di tempat, sampai-sampai tak mampu menoleh dan menatap wajah Rian.Topik pembicaraan tetap tidak bisa dialihkan.Sampai akhirnya semuanya menjadi canggung seperti ini.Tanggapan gembira Rian tidak membuatku senang. Malah, itu membuatku sangat malu. Pipiku terasa begitu panas sampai aku tak bisa menahan diri ingin menutupi wajahku dan berlari keluar.Namun, aku tidak bisa lari, karena pamanku mencengkeram pergelangan tanganku erat-erat. Dia tertawa terbahak-bahak. "Lihatlah, aku sudah bilang, 'kan? Kamu

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 470

    Orang yang menemani pamanku tak lain adalah Rian.Aku tak percaya pemuda kaya seperti Rian mau bermain capsa banting dengan pamanku. Kepala mereka saling menempel, mereka tampak sangat dekat.Dibandingkan denganku, mereka malah lebih seperti paman dan keponakan.Pamanku benar-benar tidak segan pada Rian. Dia memarahi Rian pada saat Rian salah mengeluarkan kartu. Dia benar-benar memarahi Rian, seperti sedang memarahi keponakannya sendiri.Sejak kapan mereka berdua jadi sedekat ini?"Paman, kenapa kamu menyeret Dokter Rian untuk bermain kartu denganmu?" Aku bergegas masuk dan menyela pertengkaran mereka.Namun, sebelum pamanku sempat bicara, Rian berkata sambil sedikit tersenyum, "Aku hanya ingin ikut bersenang-senang. Melihat betapa senangnya dia, aku jadi ingin ikut. Hanya saja aku tidak pandai main kartu, selain itu aku juga gegabah mengeluarkan kartu Paman, jadi dia terus merasa kesal. Aku khawatir tekanan darahnya akan naik lagi."Ucapannya membuatku tertawa.Pamanku juga tampak kes

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status