"Don, kamu ngapain malem-malem di luar gini?" tanya Bu Kartika pada anak lelakinya."Lagi ngadem Bu, di dalem panas sekali," ujar Doni seraya mematikan rokok lalu segera menggandeng tangan Nabila masuk ke dalam rumah."Keynan, Keyra ini ada Nabila, ayo diajak main saudaranya Nak," ujar Doni pada si kembar. Si kembar yang sedang asik menggambar dam mewarnai melihat sejenak ke arah sang ayah namun tidak lama kemudian melengos dan kembali asik menekuni mainannya."Om, Bila mau menggambar juga," ucap Nabila dengan manja."Tentu boleh donk, duduk sini ya biar Om ambilkan kertas dan juga crayonnya," ujar Doni."Keyra, tolong pinjam crayonnya buat Nabila ya sayang?" ujar Doni sembari mengambil crayon untuk Nabila."Nggak boleh, nanti crayon Keya dirusak Nabila kayak di sekolah kemarin," ucap Keyra sambil menyembunyikan crayonnya.Mengetahui kalau dia tidak diperbolehkan meminjam crayon membuat Nabila menangis kencang, Bu Kartika yang melihat kejadian tersebut langsung membentak Keyra."Keyr
"Benar-benar aku tidak habis pikir dengan kelakuan Nabila, bagaimana bisa anak sekecil itu bisa melakukan hal seperti ini pada temannya? Pantas saja ibu-ibu di sekolah melarang Nabila untuk bermain dengan anak mereka," gerutu Mayra setelah Keyra mendapatkan perawatan di klinik.Beruntung luka di dahi Keyra tidak begitu dalam, Keyra pun sudah tidak menangis lagi dan kini mereka tinggal menunggu obat di apotik. Keynan sedang berusaha menghibur sang adik agar tidak menangis lagi."Sudahlah namanya juga Nabila masih kecil, jadi belum tahu kalau hal kayak gitu bahaya. Keyra juga nggak parah kan lukanya," ucap Doni enteng.Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Doni tentu saja membuat Mayra meradang. Dia merasa Doni terlalu memanjakan keponakannya tersebut hingga kesalahan apapun akan selalu dibela oleh Doni."Bela terus saja Mas, tidak usah kau pedulikan anakmu ini," gerutu Mayra pada suaminya.Belum sempat Doni menjawab dari kejauhan terlihat Bu Kartika datang tergopoh-gopoh bersama Hanum
"Terserah kamu sajalah Mas, aku sudah capek. Mau debat sama kamu juga aku pasti kalah," gerutu Mayra sambil meninggalkan sang suami dengan rasa kesal yang membuncah."May tunggu Mas belum selesai bicara," jawab Doni pada sang istri namun tidak ditanggapi oleh Mayra yang terus saja masuk ke kamar.Doni pun mengikuti Mayra sampai ke kamarnya. "May, please donk! Ibu itu orang tua aku satu-satunya. Jadi aku wajib menuruti kemauannya, lagian kan ini pakai uang aku, lalu kenapa kamu kayak kebakaran jenggot gini sih May?" ujar Doni yang masih belum paham kenapa Mayra marah."Mas, kamu ngerti nggak sih kamu sudah berkeluarga? Kamu juga ada kewajiban loh untuk memberi nafkah buat keluarga kamu. Kamu pikir selama ini kamu memberi nafkah yang cukup? Mikir Mas, di jaman sekarang mana ada istri yang mau dikasih 15 ribu sehari," ujar Mayra yang tidak habis pikir dengan pola pikir suaminya."Tapi kan yang terpenting aku sudah ngasih kamu nafkah, kemampuanku segitu May, jadi dimana letak kesalahanku
"May, kenapa ada masalah?" tanya Bu Mayang bingung melihat sang anak yang terlihat sedang menghadapi masalah."Sebenarnya Mayra nggak diperbolehkan untuk bekerja lagi Ma," ujar Mayra akhirnya.Mayra pun menjelaskan peristiwa yang terjadi semalam termasuk ketika Keyra dilempar wadah crayon sehingga terluka cukup dalam. Mayra menceritakan itu sembari menangis. Dia meluapkan semua keluh kesahnya pada Bu Mayang."Ya Allah begitu amat sih keluarga suami kamu May," ujar Bu Mayang setelah mendengar cerita dari Mayra."Maka dari itu Ma, Mayra harus tetap bekerja. Karena uang jatah Mayra akan dipotong sama Mas Doni dan May nggak tahu akan mendapat jatah berapa. Kalau May sendiri masih bisa berouasa agar lebih menghemat pengeluaran, tetapi kasihan kembar. Mereka tidak mungkin ikut berpuasa sepertj May kan Ma?" jelas Mayra panjang lebar."Iya juga, suami kamu ih bener-bener nggak abis pikir mama ini sama dia," gerutu Bu Mayang."Iya maka dari itu Ma," ujar Mayra."Gini aja May, ini kamu bawa saj
"Kenapa sih, papa selalu pelit sama kita? Kenapa papa ngasih uang ke Nabila aja, padahal kan Nabila juga udah punya papa sendiri," ujar Keyra mengungkapkan kekesalannya."Iya Ma, harusnya Nabila itu minta uangnya ke papanya sendiri bukan ke papa kita. Keynan sebel sama papa," sahut Keyna yang juga ikut mengungkapkan unek-uneknya."Keya nggak suka sama Nabila, Keya benci Ma," teriak Keyra tiba-tiba.Mayra memilih untuk menghentikan mobil yang sedang dikendarainya di pinggir jalan."Sayang, Nabila itu keponakannya papa yang berarti saudara kalian juga. Jadi sesama saudara harus saling sayang, oke? Anak mama kan semuanya anak yang baik, ya kan?" ujar Mayra sembari menatap kedua anaknya yang duduk di bangku belakang mobil."Tapi dia jahat, ma. Dia udah ngerebut papa kita, ya nggak Keya?" jawab Keynan.Mayra terkejut dengan kalimat-kalimat bernada protes yang lancar sekali digunakan oleh kembar. Mungkin jauh di lubuk hatinya ada terbesit perasaan kecewa yang begitu dalam sehingga menyebabk
Doni sudah berulang kali mondar-mandir di depan teras rumahnya. Hari ini dia sengaja pulang lebih awal dari biasanya, karena dia berencana untuk mengunjungi sang ibu sekalian membicarakan mengenai renovasi dapur di rumah ibunya seperti yang diminta beberapa hari yang lalu.Namun sesampainya di rumah, Doni mendapati rumahnya sepi tidak berpenghuni. Ruang tamu terlihat rapi tidak seperti biasanya yang pasti berantakan dengan mainan kembar. Dia berkeliling ke sudut rumahnya mencari keberadaan istri maupun anak kembarnya tapi nihil. Sudah berulang kali dia menelepon ke gawai milik sang iatri namun tidak diangkat juga."Kemana sih mereka! Beraninya keluar tanpa seijinku, awas saja kalau mereka pulang nanti," maki Doni dengan kesal.Tidak beberapa lama kemudian dari arah depan terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Dari dalam rumah dia bisa mendengar suara riang dari sang kembar. Doni pun bergegas keluar rumah untuk memarahi istrinya."Mayra, kemana saja kamu? Keluyuran nggak tah
Doni tercengang dengan semua rentetan kalimat yang dilepaskan oleh sang istri. Dia tidak mennyangka Mayra yang selama ini kalem dan selalu penurut, sekarang berubah menjadi wanuta yang banyak tuntutan seperti ini.'Awas kamu May, kamu sudah mempermalukan aku di hadapan kakakmu, lihat saja nanti kalau kakakmu sudah pulang!' batin Doni yang merasa geram."Kamu jangan menambah-nambahi gitu donk May, kamu kan tahu kalau aku itu anak lelaki di keluarga. Sudah kewajibanku untuk selalu mengabdi sama Mama, karena dia adalah surgaku. Sedangkan kamu, surgamu ada di kakiku sekarang May. Jadi kamu tidak boleh seperti itu," ujar Doni.Reza yang mendengar kalimat pembelaan yang diucapkan oleh Doni hanya bisa tertawa. Dia merasa geli dengan pemikiran yang dimiliki oleh Doni."Sudah Don? Adalagi yang ingin kamu sampaikan?" ujar Reza sembari berkacak pinggang."Maafkan aku Bang, karena aku gagal mendidik Mayra menjadi istri yang baik. Dia jadi kesetanan dan hilang kendali seperti ini," ucap Doni.Reza
"Anak-anak ayo bangun, hari ini kita mau ke taman safari," ujar Mayra membangunkan anak-anaknya.Keynan yang terbangun terlebih dahulu, dia mengucek matanya dan mengerjapkan berkali-kali. Sementara Keyra sudah langsung menyambar handuk yang sudah Mayra gantungkan di lemari miliknya.Keynan dan Keyra memang sudah diajarkan Mayra untuk bisa mandi sendiri, agar lebih meringankan beban Mayra saat di rumah."Mama, papa jadi ikut sama kita kan?" ujar Keyra berharap."Maaf ya sayang tapi papa harus bekerja," jawab Mayra sembari membantu menyisir rambut Keyra dan membentuknya menjadi kuncir dua yang lucu sekali.Mendengar jawaban Mayra, membuat Keyra hanya terdiam dan tidak menanggapi tapi Mayra bisa melihat jelas bahwa Keyra sangat sedih. Dia sanhat berharap bisa pergi karyawisata dengan papanya, tapi apa boleh buat Doni lebih memilih untuk pergi dengan ibu dan juga adik serta keponakannya."Sudah Keya, kan kita nanti jalan-jalannya sama Om Reza. Dia lebih baik tahu dari papa," ujar Keynan y