"Mayra!!" bentak suara di depan pintu dengan keras.
Mayra segera menutup kedua telinga si kembar agar tidak terlalu terbiasa mendengar suara bentakan seperti itu. Mayra menatap ibu mertuanya yang sudah berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang segera menghampirinya sebelum dia membuat keributan dan mengundang tetangga sekitar rumahnya untuk keluar."Keynan, Keyra, kalian tunggu disini dulu ya? Mama dipanggil sama nenek dulu," ujar Mayra berusaha menenangkan si kembar yang sudah bersembunyi di belakang tubuhnya karena ketakutan."Mama jangan kesana, itu nenek wajahnya seyem ada hantunya di sebelah nenek," ujar Keyra sambil menunjuk-nunjuk sang nenek."Adek bukan ada hantunya, tapi emang wajah nenek sudah tua jadi seyem," timpal Keynan.Mayra yang mendengar celotehan sang anak hanya bisa tertawa kecil karena imajinasi sang anak yang begitu luar biasa. Dia pun segera meninggalkan si kembar dan menemui ibu mertua."Ada apa Bu?" jawab Mayra dengan tenang."Kamu dari mana aja sih, ibu ketuk pintu dari tadi nggak ada orang. Seneng banget keluyuran jadi istri. Abis ngabisin duit Doni ya," ucap Bu Kartika dengan tajam.Kalau dulu Mayra akan ketakutan jika sang ibu mertua sudah memarahinya seperti ini, namun sejak perjumpaannya kembali dengan mamanya tadi, dia merubah pola pikirnya yang dulu."Mayra abis mengajak kembar beli ice cream di minimarket di ujung jalan Bu," jawab Mayra."Kamu!!" rupanya jawaban yang diberikan oleh Mayra semakin membuat Bu Kartika emosi."Kamu terlalu memanjakan anak-anakmu itu. Jangan dibiasakan anak kecil suka jajan kayak gitu, tuman! Ngerti nggak Mayra," tukas Bu Kartika."Loh memangnya kenapa Bu? Toh kembar juga belum tentu satu bulan sekali makan ice cream, ini mumpung ada lebihan yang diberikan papanya jadi bisa untuk jajan kembar," jelas Mayra pada sang ibu mertua."Kamu itu ya memang kalau dibilangin nelalu ada aja jawabannya! Pantesan anak kamu itu manja, kolokan, cengeng pula. Ini karena kamu suka manjain mereka. Kamu contohlah pola asuh Hanum, si Nabila jadi anak yang berani, nggak cengeng," ujar Bu Kartika yang malah menyombongkan pola asuh dari Hanum.Mayra yang mendengar penjelasan panjang dari sang ibu mertua hanya bisa menggelengkan kepala merasa heran."Iya saking nggak cengengnya sampai berubah jadi tukang bully di sekolah. Padahal masih playgroup," ujar Mayra.Namun rupanya Bu Kartika tidak terima dengan kalimat yang diucapkan oleh Mayra. Namun Mayra dengan cepat memotong kalimat yang diucapkan oleh Bu Kartika sebelum merembet kemana-mana."Jadi ibu ada keperluan apa?" tanya Mayra cepat."Kamu masak apa? Ibu mau minta makanan yang kamu masak, Hanum nggak sempat masak karena dia harus ke salon perawatan biar cantik nggak kucel kayak kamu," jawab Bu Kartika."Tadi masak sop ayam, perkedel kentang sama sambal cumi, Bu. Mayra ambilkan dulu rantangnya," ujar Mayra sambil geleng-geleng kepala mendengar sindiran pedas dari sang ibu mertua.'Hadeh selalu bilang mantu kucel, bukan istri idaman tapi kalau minta makan ujung-ujungnya kesini juga. Dasar ibu mertua suka aneh kelakuannya,' batin Mayra merasa gemas dengan kelakuan ibu mertuanya tersebut.Dengan cekatan Mayra memasukkan sop ayam, perkedel kentang dan sambal cumi ke dalam rantang makanan. Sementara itu ibu mertuanya menunggu sambil duduk di meja makan sambil mengomentari keadaan rumah Mayra."Kamu itu May, jadi istri mbok ya yang bersihan, yang rajin. Ini meja sampai berdebu gini. Kamu contohlah Hanum, anak ibu itu selalu rajin beres-beres rumah makanya runah ibu selalu bersih kinclong nggak kaya rumahmu ini kayak kandang ayam," omel sang ibu mertua sambil tangannya tidak berhenti untuk mencolek di sembarang tempat untuk mengecek debu.Mayra hanya diam tidak berusaha menyahuti perkataan dari sang ibu mertua. Dia sudah terbiasa mendengar omelan panjang dari sang ibu mertua. Kalau Mayra menyahutinya maka omelan ibu mertua akan semakin panjang dan semakin lama pula sang ibu mertua tidak segera pulang ke rumah."Ini Bu makanannya," ujar Mayra setelah dia selesai memasukkan semua makanan yang diminta sang ibu.'Untung tadi aku sama kembar sudah ditraktir makan siang sepuasnya sama mama, jadi untuk jatah makan malam nanti masih aman,' batin Mayra."Denger May, kamu itu perempuan, kalau kamu tidak bisa menjaga rumah selalu rapi dan bersih, bisa-bisa Doni nggak betah di rumah," gerutu Bu Kartika pada memantunya."Baik Bu, nanti akan Mayra bereskan," jawab Mayra mengiyakan karena tidak mau memperpanjang masalah dengan sang ibu mertua.Sepeninggal sang ibu mertua, Mayra memanggil kembar yang sedang asik main di luar rumah."Keynan, Keyra ayok masuk terus mandi langsung bobok siang ya," perintah Mayra pada si kembar.Kembar yang sudah bisa mandi sendiri pun segera menjalankan perintah dari sang mama dengan teratur. Mayra pun memanfaatkan mandinya kembar dengan mengecek aplikasi m-banking di ponsel barunya. Bu Mayang melihat Mayra yang hanya mempunyai ponsel butut segera memerintahkan asistennya dengan segera membelikan ponsel baru kepada Mayra."May, ini kamu simpan dengan baik, kartu debit ini adalah kartu milikmu dulu yang kamu tinggal di rumah. Sekarang kamu bawa lagi karena kamu kan harus membeli beberapa baju kerja, lalu ini ponsel kamu pakai. Mama nggak tega kalau kamu memakai ponsel jadul kayak gitu. Tapi jangan sampai suamimu tahu ya?" pesan Bu Mayang pada putri bungsunya tersebut.Mayra terkejut dengan nominal yang tertera di kartu debitnya. Selama lima tahun berumah tangga dengan Doni, dirinya memang tidak pernah lagi memegang uang dalam jumlah yang banyak. Doni selalu membatasi pengeluaran keluarga mereka. Namun Doni akan bersikap royal jika kepada adik dan ibunya.'Ya Allah rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat uang sebanyak ini, terima kasih atas rejeki yang Engkau berikan hari ini,' batin Mayra. Dia segera menyimpan ponsel dan kartu debit tersebut dalam lipatan baju yang sudah tidak terpakai milik kembar. Karena dia tahu suaminya tidak akan menggeledah lemari milik kembar.*****Sepulang Dino kerja, Mayra segera menyiapkan baju ganti dan makan malam untuk suaminya. Mayra menatap suaminya yang sedang makan dengan lahap. Lama sekali Mayra berpikir hingga akhirnya dia pun memberanikan diri untuk meminta ijin kepada suaminya."Mas, aku mau ijin kerja, boleh ya?" ujar Mayra pelan.Si kembar suda makan malam dan sedang mengerjakan pekerjaan rumah mereka di dalam kamar. Mendengar kalimat yang diucapkan sang istri membuat Doni menatap tajam sang istri."Buat apa kamu kerja? Apa nggak cukup uang yang aku kasih?" tanya Doni ketus."Emm bukan gitu Mas, aku ingin menambah tabungan sekolah Keynan sama Keyra. Semakin besar pasti kebutuhan sekolah mereka akan semakin bertambah. Jadi kalau ada field trip lagi biar mereka bisa ikut," ujar Mayra menjelaskan tujuan dirinya bekerja lagi."Kamu itu May, jangan lah terlalu dimanja anak-anak kamu itu. Biar mereka nggak kolokan," gerutu Doni.Mayra yang mendengar kalimat yang diucapkan oleh Doni tentu saja tidak bisa menerima."Mas,
"Don, kamu ngapain malem-malem di luar gini?" tanya Bu Kartika pada anak lelakinya."Lagi ngadem Bu, di dalem panas sekali," ujar Doni seraya mematikan rokok lalu segera menggandeng tangan Nabila masuk ke dalam rumah."Keynan, Keyra ini ada Nabila, ayo diajak main saudaranya Nak," ujar Doni pada si kembar. Si kembar yang sedang asik menggambar dam mewarnai melihat sejenak ke arah sang ayah namun tidak lama kemudian melengos dan kembali asik menekuni mainannya."Om, Bila mau menggambar juga," ucap Nabila dengan manja."Tentu boleh donk, duduk sini ya biar Om ambilkan kertas dan juga crayonnya," ujar Doni."Keyra, tolong pinjam crayonnya buat Nabila ya sayang?" ujar Doni sembari mengambil crayon untuk Nabila."Nggak boleh, nanti crayon Keya dirusak Nabila kayak di sekolah kemarin," ucap Keyra sambil menyembunyikan crayonnya.Mengetahui kalau dia tidak diperbolehkan meminjam crayon membuat Nabila menangis kencang, Bu Kartika yang melihat kejadian tersebut langsung membentak Keyra."Keyr
"Benar-benar aku tidak habis pikir dengan kelakuan Nabila, bagaimana bisa anak sekecil itu bisa melakukan hal seperti ini pada temannya? Pantas saja ibu-ibu di sekolah melarang Nabila untuk bermain dengan anak mereka," gerutu Mayra setelah Keyra mendapatkan perawatan di klinik.Beruntung luka di dahi Keyra tidak begitu dalam, Keyra pun sudah tidak menangis lagi dan kini mereka tinggal menunggu obat di apotik. Keynan sedang berusaha menghibur sang adik agar tidak menangis lagi."Sudahlah namanya juga Nabila masih kecil, jadi belum tahu kalau hal kayak gitu bahaya. Keyra juga nggak parah kan lukanya," ucap Doni enteng.Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Doni tentu saja membuat Mayra meradang. Dia merasa Doni terlalu memanjakan keponakannya tersebut hingga kesalahan apapun akan selalu dibela oleh Doni."Bela terus saja Mas, tidak usah kau pedulikan anakmu ini," gerutu Mayra pada suaminya.Belum sempat Doni menjawab dari kejauhan terlihat Bu Kartika datang tergopoh-gopoh bersama Hanum
"Terserah kamu sajalah Mas, aku sudah capek. Mau debat sama kamu juga aku pasti kalah," gerutu Mayra sambil meninggalkan sang suami dengan rasa kesal yang membuncah."May tunggu Mas belum selesai bicara," jawab Doni pada sang istri namun tidak ditanggapi oleh Mayra yang terus saja masuk ke kamar.Doni pun mengikuti Mayra sampai ke kamarnya. "May, please donk! Ibu itu orang tua aku satu-satunya. Jadi aku wajib menuruti kemauannya, lagian kan ini pakai uang aku, lalu kenapa kamu kayak kebakaran jenggot gini sih May?" ujar Doni yang masih belum paham kenapa Mayra marah."Mas, kamu ngerti nggak sih kamu sudah berkeluarga? Kamu juga ada kewajiban loh untuk memberi nafkah buat keluarga kamu. Kamu pikir selama ini kamu memberi nafkah yang cukup? Mikir Mas, di jaman sekarang mana ada istri yang mau dikasih 15 ribu sehari," ujar Mayra yang tidak habis pikir dengan pola pikir suaminya."Tapi kan yang terpenting aku sudah ngasih kamu nafkah, kemampuanku segitu May, jadi dimana letak kesalahanku
"May, kenapa ada masalah?" tanya Bu Mayang bingung melihat sang anak yang terlihat sedang menghadapi masalah."Sebenarnya Mayra nggak diperbolehkan untuk bekerja lagi Ma," ujar Mayra akhirnya.Mayra pun menjelaskan peristiwa yang terjadi semalam termasuk ketika Keyra dilempar wadah crayon sehingga terluka cukup dalam. Mayra menceritakan itu sembari menangis. Dia meluapkan semua keluh kesahnya pada Bu Mayang."Ya Allah begitu amat sih keluarga suami kamu May," ujar Bu Mayang setelah mendengar cerita dari Mayra."Maka dari itu Ma, Mayra harus tetap bekerja. Karena uang jatah Mayra akan dipotong sama Mas Doni dan May nggak tahu akan mendapat jatah berapa. Kalau May sendiri masih bisa berouasa agar lebih menghemat pengeluaran, tetapi kasihan kembar. Mereka tidak mungkin ikut berpuasa sepertj May kan Ma?" jelas Mayra panjang lebar."Iya juga, suami kamu ih bener-bener nggak abis pikir mama ini sama dia," gerutu Bu Mayang."Iya maka dari itu Ma," ujar Mayra."Gini aja May, ini kamu bawa saj
"Kenapa sih, papa selalu pelit sama kita? Kenapa papa ngasih uang ke Nabila aja, padahal kan Nabila juga udah punya papa sendiri," ujar Keyra mengungkapkan kekesalannya."Iya Ma, harusnya Nabila itu minta uangnya ke papanya sendiri bukan ke papa kita. Keynan sebel sama papa," sahut Keyna yang juga ikut mengungkapkan unek-uneknya."Keya nggak suka sama Nabila, Keya benci Ma," teriak Keyra tiba-tiba.Mayra memilih untuk menghentikan mobil yang sedang dikendarainya di pinggir jalan."Sayang, Nabila itu keponakannya papa yang berarti saudara kalian juga. Jadi sesama saudara harus saling sayang, oke? Anak mama kan semuanya anak yang baik, ya kan?" ujar Mayra sembari menatap kedua anaknya yang duduk di bangku belakang mobil."Tapi dia jahat, ma. Dia udah ngerebut papa kita, ya nggak Keya?" jawab Keynan.Mayra terkejut dengan kalimat-kalimat bernada protes yang lancar sekali digunakan oleh kembar. Mungkin jauh di lubuk hatinya ada terbesit perasaan kecewa yang begitu dalam sehingga menyebabk
Doni sudah berulang kali mondar-mandir di depan teras rumahnya. Hari ini dia sengaja pulang lebih awal dari biasanya, karena dia berencana untuk mengunjungi sang ibu sekalian membicarakan mengenai renovasi dapur di rumah ibunya seperti yang diminta beberapa hari yang lalu.Namun sesampainya di rumah, Doni mendapati rumahnya sepi tidak berpenghuni. Ruang tamu terlihat rapi tidak seperti biasanya yang pasti berantakan dengan mainan kembar. Dia berkeliling ke sudut rumahnya mencari keberadaan istri maupun anak kembarnya tapi nihil. Sudah berulang kali dia menelepon ke gawai milik sang iatri namun tidak diangkat juga."Kemana sih mereka! Beraninya keluar tanpa seijinku, awas saja kalau mereka pulang nanti," maki Doni dengan kesal.Tidak beberapa lama kemudian dari arah depan terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Dari dalam rumah dia bisa mendengar suara riang dari sang kembar. Doni pun bergegas keluar rumah untuk memarahi istrinya."Mayra, kemana saja kamu? Keluyuran nggak tah
Doni tercengang dengan semua rentetan kalimat yang dilepaskan oleh sang istri. Dia tidak mennyangka Mayra yang selama ini kalem dan selalu penurut, sekarang berubah menjadi wanuta yang banyak tuntutan seperti ini.'Awas kamu May, kamu sudah mempermalukan aku di hadapan kakakmu, lihat saja nanti kalau kakakmu sudah pulang!' batin Doni yang merasa geram."Kamu jangan menambah-nambahi gitu donk May, kamu kan tahu kalau aku itu anak lelaki di keluarga. Sudah kewajibanku untuk selalu mengabdi sama Mama, karena dia adalah surgaku. Sedangkan kamu, surgamu ada di kakiku sekarang May. Jadi kamu tidak boleh seperti itu," ujar Doni.Reza yang mendengar kalimat pembelaan yang diucapkan oleh Doni hanya bisa tertawa. Dia merasa geli dengan pemikiran yang dimiliki oleh Doni."Sudah Don? Adalagi yang ingin kamu sampaikan?" ujar Reza sembari berkacak pinggang."Maafkan aku Bang, karena aku gagal mendidik Mayra menjadi istri yang baik. Dia jadi kesetanan dan hilang kendali seperti ini," ucap Doni.Reza