"Halo sayang!" Sapa Alex pada Rumi. Rumi tersentak kaget, mendengar sapaan Alex padanya, dia menatap Alex tajam. Dia teringat apa yang telah di lakukan Alex padanya.
Rumi spontan mendorong kuat Alex agar menjauh darinya. Hingga Alex terkejut, dan menatap tajam ke arahnya."Pergi kamu!" Usir Rumi merasa takut sekaligus jijik pada Alex.Rumi tidak memperdulikan tatapan bingung yang layangkan Alex padanya. Rumi segera berjalan menjauh dari Alex, namunbaru beberapa langkah, Rumi terhalang oleh Siska yang kini ada di hadapannya, belum juga Siska membuka mulutnya."Pergi kamu!" Usir Rumi, sambil mendorong tubuh Siska kuat-kuat, hingga Siska terjatuh, bersamaan dengan makanan yang Siska bawa, hingga tumpah mengenai tubuh Siska.Rumi menatap Siska, yang sekarang belepotan makanan, dengan tatapan tidak bisa di artikan."Sayang, apa yang kamu lakukan! Lihat Siska jadi kotor!" Ucap Alex, sambil menolong Siska untuk bangun.Namun Rumi tidak perduli dengan apa yang di katakan dan di lakukan Alex, dia malah berjalan meninggalkan Alex dan Siska begitu saja. Rumi dengan jantung yang berdetak tidak karuan segera masuk ke dalam lift, yang kebetulan terbuka.Begitu masuk ke dalam lift, Rumi terduduk lesu, kemudian dia mulai menangis meluapkan perasaan yang sedang dia rasakan saat ini, Rumi menangis terisak-isak, karena begitu sedih dengan nasibnya, sampai tidak sadar jika di dalam lift itu, dia ternyata tidak sendirian."Kamu baik-baik, saja?" Tanya seorang pria.Rumi mengangkat wajahnya, menatap ke arah pria itu."Katakan padaku? Jam, hari dan tanggal berapa sekarang?" Tanya Rumi pada pria itu.Rumi melihat pria itu, tidak langsung menjawabnya, dia menatap bingung ke arah Rumi, sebentar."Jam 10 pagi, hari Senin, tanggal 9 Agustus 2020," jawab pria itu kemudian.Rumi terpaku mendengar jawaban pria itu, bagaimana dia bisa ada di sini, batin Rumi."Bangunlah!" Ucap pria itu.Rumi menatap pria itu sekali lagi, lalu menurutinya. Hingga mereka kini berdiri saling berhadap-hadapan, sampai pintu lift terbuka, mengejutkan keduanya.Rumi yang terburu-buru ingin keluar dari lift, melangkah tanpa hati-hati, hingga kakinya tersandung kakinya yang lain, hingga akhirnya tubuhnya oleng."Aaaa!" Teriak Rumi, dengan tangan mencoba menggapai baju yang di pakai oleh pria yang ada di dekatnya, menyebabkan keduanya terjatuh saling menindih."Auw!" Keluh pria itu pelan, sambil melihat tangannya yang terluka, karena tertimpa tubuh Rumi.Rumi menatap pria itu meringis kesakitan, Rumi pun segera melihat tangan pria itu, dengan penuh rasa bersalah."Maaf!" Ucap Rumi, sedih."Antar aku ke dokter! Sepertinya tanganku patah!" Bentak pria itu, sambil menahan rasa sakit.Rumi tanpa buang waktu, langsung mengantar pria itu ke dokter, bahkan Rumi mengantar pria itu, sampai ke apartemennya, setelah dari dokter."Aku harus pulang!" Ucap Rumi."Tidak bisa! Kamu harus tetap di sini, merawat aku sampai sembuh! Lihat tanganku, aku sekarang tidak bisa melakukan apapun!" Omel pria itu."Tapi ini sudah sore, aku harus pulang!" Ucap Rumi."Menginap saja di sini!" Jawab Pria itu.Rumi menatap tajam pria itu, bagaimana mungkin dia bisa tinggal begitu saja di apartemen dengan seorang pria yang baru dia kenal, batin Rumi."Tidak bisa! Aku harus pulang!""Jika begitu, aku akan memanggil polisi untuk menangkap kamu!"Rumi menatap tajam, pria itu lagi. Siapa pria ini? Kenapa tatapannya begitu dingin, dan wajahnya terlihat sangat kaku, suaranya pun sangat tegas, cukup menakutkan."Jangan coba berani pergi, sebelum kamu bertanggung jawab! Aku bisa pastikan, jika itu kamu lakukan, hidup kamu tidak akan pernah tenang!" Ancam pria itu.Rumi merasa, pria ini berbahaya, lebih baik dia menurut saja, paling juga hanya beberapa hari. Aku akan menenangkan diri di sini, sambil merawat pria ini, Pikir Rumi.Rumi tanpa membantah lagi, memilih untuk merawat pria itu, pada hari itu.Malam harinya Rumi baru diam-diam pulang, dia merasa tidak aman juga berdua saja dengan seorang pria di dalam sebuah apartemen, walaupun sekarang dia itu sedang terluka.Rumi perlahan membuka pintu rumahnya, dia berharap tidak bertemu siapapun di dalam. Namun apa yang harapkan, tidak terjadi. Rumi melihat Alex dan Siska sedang bicara."Kakak! Akhirnya datang juga!" Sambut Siska dengan ramahnya.Rumi membiarkan dirinya di peluk oleh Siska. Kemudian mata Rumi mengarah pada Alex yang juga berdiri menyambut kedatangan dengan senyum lebar."Kamu buat aku khawatir sayang, di rapat pun kamu tidak hadir tadi, ada apa?" Tanya Alex dengan ekspresi dan nada penuh rasa khawatir."Ke rumah teman,""Teman?" Tanya Alex dan Siska bersamaan."Iya teman, kalian pikir aku tidak punya teman," ucap Rumi, merasa tersentil, karena memang dia selama hidupnya tidak mempunyai teman, dia sibuk dengan hidupnya sendiri.Siska tersenyum mendengar itu "aku senang ternyata kakak punya teman, tapi kalau main jangan lupa waktu, kasihan ka Alex menunggu dari tadi," ucap Siska."Maaf," ucap Rumi pada Alex, karena tidak mau berlama berada di antara Alex dan Siska, Rumi berjalan cepat menuju kamarnya."Maaf aku lelah, aku mau istirahat!" Pamit Rumi.Sikap Rumi tentu terlihat aneh di mata Alex dan Siska, mereka mengerutkan kening, berpikir tentang penyebab Rumi bertingkah aneh."Aku merasa kakak mu Rumi bersikap aneh, semenjak di kantor tadi pagi!""Mungkin dia sedang banyak pikiran! Nanti juga di cerita padaku, kamu jangan khawatir!" Jawab Siska.Rumi begitu masuk ke dalam kamar langsung mengunci rapat-rapat pintu kamarnya, dia tidak mau sampai Alex atau Siska masuk ke dalam kamarnya, di saat dia tidur.Rumi segera naik ke atas tempat tidur, dia menatap sebuah kalender duduk, di meja kecil di sebelah tempat tidurnya. Kalender itu menunjukkan tahun 2020. Apa yang di katakan pria itu ternyata benar.Rumi melihat ada sebuah tanggal yang dia beri tanda hati, 12 Agustus 2020. Rumi mencoba mengingat apa yang terjadi di tanggal ini, Rumi menepuk dahinya sendiri melupakan hari pernikahannya dengan Alex"Berarti tiga hari lagi, aku akan menikah dengan Alex," ucap Rumi."Tidak! Aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria bejat seperti nya! Tapi bagaimana aku membatalkannya?" Dahi Rumi berkerut memikirkan hal ini.Merasa kepala pusing, Rumi memutuskan untuk tidur saja, dan memikirkan tentang hal ini esok hari.Keesokan harinya, Rumi bangun pagi seperti biasanya dia bersiap akan pergi ke kantor. Rumi menuruni tangga satu persatu dengan langkah perlahan, memandang rumah besarnya yang terasa amat kosong, baru saja Rumi sampai di ujung tangga, Rumi melihat Siska berjalan ke arahnya dengan cepat."Kakak mau kemana?" Tanya Siska."Ke kantor!" Jawab Rumi dengan rasa enggan.Siska tersenyum mendengar ucapan Rumi, dia menggandeng tangan Rumi dengan cepat lalu berkata "Kakak pasti lupa! Hari ini kita akan pergi ke butik, untuk mencoba gaun pengantin kakak!" Ucap Siska."Benarkah?" Tanya Rumi pura-pura lupa."Kakak terlalu sibuk di kantor! Segala nya kakak lupa, untung ada aku yang selalu mengingatkan!" Ucap Siska sambil tersenyum lalu memeluk Rumi erat.Rumi memilih diam, menanggapi sikap Siska, mulut Siska memang manis, sampai waktu itu Rumi tidak pernah menyangka jika ternyata Siska mempunyai hati yang busuk."Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny