Share

Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO
Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO
Penulis: Husna idris

1. Perselingkuhan.

Rumi mencari Alex suaminya di ruang kerjanya. Namun Rumi tidak menemukan Alex di sana, sekertarisnya bilang dia sedang menemui klien di luar. Tadinya dia mau meminta Alex untuk meneruskan pekerjaannya. Karena Rumi merasa hari ini agak kurang fit, dia merasa kepalanya agak sedikit pening, dan dia merasa ingin beristirahat di rumah.

"Gun! Aku pulang dulu!" Pamit Rumi pada sekertarisnya.

"Iya, Bu. Semoga lekas sembuh!" Balas Gunawan.

"Terimakasih!" Balas Rumi sambil tersenyum kecil.

Rumi merasa aneh, biasanya jika pusing seperti ini, dia langsung minum obat, namun kali ini dia merasa ingin pulang dan beristirahat di rumah, tanpa harus minum obat.

Sampai di rumah Rumi terkejut melihat mobil Alex, suaminya ternyata ada di rumah. Rumi berpikir jika Alex mungkin juga kurang sehat seperti dirinya, karena itu dia pulang ke rumah. Rumi dengan cepat masuk ke dalam rumah, memikirkan hal ini.

Rumi langsung berjalan ke arah kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya. Rumi ingin segera bertemu dengan Alex dan melihat keadaannya.

Sampai di depan kamarnya, Rumi menghentikan langkahnya, saat mendengar suara aneh dari kamar Siska adiknya, bahkan dia seperti mendengar suara Alex dari dalam sana.

Rumi mendengar suara yang membuat bulu kuduknya merinding.

"Ah! Uh! Lebih cepat lagi!" Suara Siska.

"Kamu memang hebat dan nikmat sayang," suara Alex

Tanpa berpikir lagi, Rumi berjalan ke arah kamar Siska yang bersebelahan dengan kamarnya itu. Rumi perlahan mencoba memutar pegangan pintu, berharap pintu itu tidak di kunci.

"Alex!" Ucap Rumi dalam hatinya, karena tidak kuasa bersuara melihat apa yang di lihat oleh kedua matanya saat ini. Spontan Rumi menutup pintu itu kembali dengan keras, karena tidak kuasa menerima pemandangan yang begitu memalukan dan menyakitkan nya.

Rumi terdiam terpaku di depan pintu kamar itu, bagaimana bisa hal itu terjadi. Tidak, semua yang dilihatnya pasti hanya mimpi. Rumi menepuk pipinya dengan sedikit keras.

"Tidak! Ini bukan mimpi!" Teriak batin Rumi, saat merasakan sakit di pipinya. Rumi terkejut dan menatap orang yang baru saja membuka pintu dan berdiri tepat di depan matanya.

Ternyata benar, dia Alex suaminya, yang saat ini hanya menggunakan celana pendek dengan bertelanjang dada, dengan nafas yang tersengal-sengal, Rumi tahu kenapa Alex seperti itu.

Rumi berjalan mundur, menjauh dari Alex, air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi saat ini, merasa sakit yang teramat sangat di dalam dadanya.

"Tenanglah, aku akan menjelaskan semuanya!" Ucap Alex.

Rumi hanya diam, dia sudah tidak bisa berkata apapun, bibirnya tidak kuasa lagi untuk bergerak karena hal ini. Pandangan Rumi beralih ke arah Siska yang baru saja muncul dari balik pintu itu, dengan menggunakan baju tipis menerawang.

"Kalian!"

"Iya, beginilah kami!" Jawab Siska tanpa ada rasa bersalah.

"Tapi kenapa?" Tanya Rumi, dengan air mata yang tidak bisa berhenti.

"Karena kami, saling jatuh cinta," jawab Siska lagi.

"Jatuh cinta?"

"Iya jatuh cinta! Kamu kira kami tidak bisa jatuh cinta!"

"Tentu tidak bisa, Alex suamiku!" Teriak Rumi.

"Bukankah itu hal yang biasa, kita selalu memakai barang yang sama, apalagi aku. Aku sering sekali memakai barang bekasmu! O iya aku ingat, kamu pernah berkata, barang ku ya barang mu," cerocos Siska.

"Tapi tidak dengan suami!" Protes Rumi.

Siska tertawa mendengar itu, tentu saja tidak dengan suami, dia tahu itu, tapi tetap saja Siska merasa ingin memiliki Alex karena Rumi memilikinya, dia sudah terbiasa apa yang di miliki oleh Rumi dia miliki juga.

Rumi menatap Alex dengan sedih, selama ini dia selalu mempercayai dan mencintai Alex dengan sepenuh hati. Tapi kenapa Alex berbuat seperti ini padanya.

"Aku hanya bosan padamu! Kamu terlalu lurus sebagai seorang istri, kamu tidak pernah membuatku merasa tertarik lagi padamu, kamu sangat membosankan!" Cerocos Alex.

"Kenapa kamu tidak bilang padaku,

"Kalian! O_Tuhan!" Rumi sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia berlari menuruni anak tangga menuju lantai satu rumahnya, dia ingin sekali cepat pergi dari rumah ini dengan segera. Namun karena terburu-buru, kaki Rumi tersandung kakinya sendiri, hingga akhirnya dia terjatuh berguling-guling di tangga, hingga terluka parah.

Dengan mata terbuka Rumi

melihat ke arah Alex dan Siska yang sedang saling pandang, lalu tersenyum lebar ke arahnya. Mereka dengan saling berangkulan berjalan ke arahnya, tanpa ada rasa khawatir sedikitpun di wajah mereka melihat keadaan Rumi, air mata Rumi menetes begitu saja mengetahui hal ini. Begitu jahatnya mereka, mereka sama sekali tidak memikirkan dirinya.

Rumi terus menatap ke arah Alex dan Siska. Mereka bahkan tidak langsung menolongnya atau segera meminta bantuan, mereka malah menertawai Rumi yang tergeletak di lantai.

"Dasar wanita bodoh!" Umpat Alex.

"Kakakku sayang yang bodoh, kasihan sekali kamu, pasti kamu kesakitan sekarang, tapi itu belum sebanding dengan sakit yang kurasakan karena ulahmu," ucap Siska, sambil menatap benci pada Rumi.

"Seumur hidup, aku selalu memakai apapun bekas dirimu! Bajumu! Sepatu mu! Tas mu! Tidak pernah sekalipun kamu memberikan sesuatu yang baru untukku," lanjut Siska.

"Setelah kamu tiada, semua akan menjadi milikku, aku akan memiliki apapun yang aku mau,"

"Apa dia masih hidup?" Tanya Alex.

"Entahlah, tapi matanya masih terbuka namun tidak bergerak!" Jawab Siska.

Mendengar itu, air mata Rumi kembali mengalir turun, ternyata Siska selalu berpikiran seperti itu, padahal selama ini, dia selalu beranggapan apapun yang di beli olehnya, menjadi milik Siska juga, karena memang mereka satu ukuran.

Lagi pula, Siska selama ini juga dia berikan jatah bulanan, untuk membeli apapun yang dia inginkan.

"Aku tidak menyangka kamu sejahat itu padaku," ucap Rumi dalam hatinya.

Rumi melihat sebuah cahaya mendekatinya, dia tahu waktunya di dunia ini sebentar lagi, Rumi merasakan dadanya makin terasa sesak. Sebelum cahaya itu membawanya, Rumi menangis tidak terima dengan nasibnya, dan berharap bisa memperbaikinya. Rumi menutup kedua matanya saat cahaya itu mulai menelannya.

***

"Aaaaa!" Teriak Rumi terkejut saat membuka kedua matanya, dia berada dalam sebuah ruangan. Kedua mata Rumi langsung memperhatikan ruangan itu dan mengingat jika ruangan itu adalah ruang kerjanya di kantor.

Rumi mengusap matanya berkali-kali, memastikan dia memang tidak salah lihat. Rumi menarik nafas lega, saat tahu dia memang ada di ruang kerjanya.

Rumi mengerutkan keningnya, mengingat apa yang baru saja terjadi padanya, apa itu hanya mimpi, batin Rumi. Tanpa sengaja Rumi melihat kalender duduk di mejanya di sana tertulis 2020.

Rumi segera mengambil kalender duduk itu, lalu melihatnya, benar itu kalender 2020, tapi kenapa masih ada di mejanya, ini kalender tiga tahun yang lalu, tidak mungkin masih ada di atas mejanya.

Rumi mengambil handphonenya dan Rumi terkejut melihat model handphone nya, masih handphone yang dulu. Rumi ingat beberapa hari yang lalu dia baru saja membeli handphone baru, mengganti kan handphone ini.

Rumi juga ingat jika handphone ini telah dia berikan pada Siska karena Siska memintanya.

Rumi segera beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah pintu, namun saat pintu di buka seseorang berdiri di sana.

"Alex" panggil Rumi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status