Rumi melirik Siska yang sedang menyantap sarapannya, wajah Siska terlihat bahagia, tidak terlihat jika dia tidak menyukai pernikahan ini, atau terlihat sedih jika Alex menikahinya.
"Pandai sekali dia menyimpan perasaan nya!" Batin Rumi, melirik sinis ke arah Siska.Belum juga sarapan mereka habis. Bel pintu berbunyi, Rumi pura-pura tidak mendengar karena dia tahu yang datang itu pasti Alex yang akan mengantar mereka pergi ke butik. Rumi ingat ketika itu, dalam posisi yang sama, dia begitu mendengar bunyi bel langsung berdiri dan menyambut Alex dengan gembira."Kakak! Itu ka Alex!" Seru Siska memberitahunya."Iya," jawab Rumi, sambil sedikit senyum, lalu menoleh ke arah Alex yang sudah berdiri di depan pintu, namun kemudian meneruskan sarapannya.Siska melihat ke arahnya, lalu berkata "Kaka tidak menyambutnya?"Rumi hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan Siska, "jangan harap mereka akan melihat aku memeluk dan mencium tangan Alex lagi mulai sekarang," batin Rumi."Halo, sayang!" Ucap Alex, saat sudah ada dekat Rumi, mendengar itu Rumi rasanya ingin muntah, Rumi menahan diri membiarkan Alex mencium keningnya, walaupun tanpa sepengetahuan Alex Rumi mengusap kening nya, untuk menghilangkan noda ciuman Alex. Sesudah ini, Alex pasti akan mengulurkan tangannya untuk di cium oleh-nya, Rumi hafal sekali kebiasaan Alex. Benar saja saat ini Alex mengulurkan tangan nya, Rumi yang tidak sudi lagi mencium tangan Alex, menjatuhkan sendoknya."Maaf, sendokku jatuh!" Ucap Rumi, menunduk mengambil sendoknya."Kenapa?" Tanya Rumi melihat Alex, tidak beranjak dari tempatnya "Duduklah, kamu belum sarapan, kan?" Lanjut Rumi.Alex terdiam sambil menarik tangannya, lalu menggeleng menjawab pertanyaan Rumi, dia menatap Rumi sebentar, lalu berjalan ke bangku kosong yang ada di sebelah Rumi."Kamu mau sarapan, apa?" Tawar Rumi."Roti saja!" Jawab Alex, dengan telaten Rumi menyiapkan roti untuk Alex. Membuat wajah Alex yang kesal, menjadi ceria lagi."Kita akan ke butik hari ini. Kita akan membeli gaun yang indah untuk pernikahan kita," ucap Alex dengan penuh semangat."Iya, tadi Siska mengingatkanku," timpal Rumi."Kakakku memang pelupa! Jadi jaga dia!" Ucap Siska."Tentu saja! Setelah menikah dia itu bukan hanya kakak kamu, tapi juga istri aku!" Timpal Alex."Betul juga! Jadi sekarang bukan cuma aku yang ada di sisi kakak, setelah kematian ayah, tapi juga ada ka Alex!" Seru Siska, sambil tersenyum pada Rumi.Rumi tersenyum kecil mendengar itu, kata-kata Siska memang sangat manis, hingga saat itu, dia begitu sangat menyayangi Siska, walau mereka saudara angkat. Namun sekarang rasanya mau muntah mendengar semua itu, Rumi benar-benar tidak menyangka jika Siska ternyata menyimpan rasa benci padanya.Setelah sarapan Rumi melirik ke arah Alex dan Siska yang asyik dengan obrolan mereka, mereka terlihat sangat akrab. "Aku memang bodoh! Tidak bisa melihat hal ini dari dulu!" Batin Rumi.Setelah semua nya siap, akhirnya mereka pergi bersama menuju butik, dengan menggunakan mobil Alex.Rumi melihat Siska terus menggandeng tangan Alex. Saat itu Rumi berpikir Siska melakukan itu, karena Siska mengganggap Alex sebagai kakaknya, seperti dirinya. Tapi sekarang dia merasa jijik melihatnya."Kakak! Lihat gaun ini sangat cantik! Apalagi kakak yang pakai!" Seru Siska dengan penuh semangat, seperti dia yang akan menikah.Rumi melihat gaun pengantin yang di pilih oleh Siska, sebentar, namun kemudian memilih yang lain."Kamu tidak suka dengan pilihan Siska!" Ucap Alex, hingga Rumi terdiam, dia menoleh ke arah Akex."Terlalu seksi, aku tidak suka!" Jawab Rumi.Rumi melihat ada raut kecewa di wajah Siska, Rumi tentu tidak perduli, tapi tidak dengan Alex, dia mendekati Siska, entah apa yang mereka bicarakan, hingga akhirnya Rumi melihat Siska tersenyum.Rumi jadi merasa sangat bodoh selama ini, tidak bisa melihat jika Alex dan Siska sebenarnya bermain di belakangnya."Kakak! Maafkan aku, aku lupa jika kakak tidak suka dengan baju terlalu terbuka!" Ucap Siska.Rumi tidak menanggapi ucapan Siska barusan, pandangan matanya fokus pada gaun-gaun pengantin yang ada di depannya. Pandangan Rumi jatuh pada sebuah gaun pengantin yang menggantung tidak jauh di depan matanya, Rumi segera mendekati gaun itu, dan mengambilnya."Aku akan mencoba, gaun yang ini!" Ucap Rumi.Tanpa menunggu reaksi dari Alex dan Siska, Rumi berjalan menuju kamar ganti. Rumi memandang dirinya di cermin, lalu tersenyum melihat begitu cantiknya gaun itu. Namun kemudian wajah nya berubah sedih, saat ingat pengkhianatan Alex.Rumi berjalan perlahan keluar dari kamar ganti, untuk memperlihatkan gaun pengantin yang dia pilih. Rumi berjalan dengan anggun, ke arah Alex, Rumi bisa melihat mata Alex seketika tidak berkedip menatap ke arahnya.Kemudian Rumi melihat ke arah Siska yang juga tersenyum lebar padanya. Siska berjalan ke arahnya, lalu memapah dirinya berjalan ke arah Alex."Kamu cantik!" Ucap Alex."Terimakasih!" Jawab Rumi, tanpa melihat ke arah Alex, karena tahu apa yang di katakan oleh Alex itu bohong."Aku mau yang ini saja!" Ucap Rumi, sambil meninggalkan Alex, lagi."Tunggu bagaimana penampilan ku?" Tanya Alex.Rumi teringat saat itu, dia begitu terpesona dengan penampilan Alex saat ini."Tampan!" Jawab Rumi dengan ekspresi datar, susah juga ternyata menyembunyikan perasaan tidak suka."Benar aku tampan?" Tanya Alex sekali lagi."Iya! Aku mau ganti gaun ini dulu!" Ucap Rumi sambil berjalan cepat meninggalkan Alex.Alex sedikit mendengus kesal, dengan kepergian Rumi, Rumi tahu itu namun dia tidak perduli. Rumi begitu selesai membuka Gaun pengantinnya, dia segera keluar."Rupanya kamu mau menikah?" Suara pria mengejutkan Rumi."Sudah ku bilang, jangan kabur dariku! Karena percuma, aku pasti akan menemukan dirimu!" Lanjut pria itu."Aku tidak bermaksud kabur, tapi aku memang harus pulang!" Jawab Rumi, sambil menatap pria itu."Dengar! Dalam hidupku, aku tidak pernah menerima alasan apapun! Sekarang ikut aku!" Ucap pria itu sambil menarik tangan Rumi.Alex dan Siska yang sedang menunggu Rumi, terkejut saat melihat Rumi berjalan dengan tangan Rumi di tarik oleh seorang pria."Tunggu! Mau di bawa kemana dia?" Ucap Alex, sambil menghadang langkah pria itu."Bukan urusan kamu!""Jangan sembarangan! Dia calon istriku!" Bentak Alex marah."Kalau begitu pernikahan kalian batal! Sekarang dia calon istriku!" Ucap pria itu lagi, tanpa sedikit pun merasa takut atau bersalah pada Alex, Rumi menatap pria yang sedang memegang tangannya sekarang ini, pria macam apa dia? Batin Rumi.Bukan hanya Rumi yang terkejut dengan ucapan pria itu, Alex pun tidak kalah terkejut nya sama seperti Rumi, seketika itu juga Alex menjadi marah."Katakan padaku, ada apa ini?" Tanya Alex, pada Rumi."Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny