Share

5. Batal Menikah

Rumi menatap pria itu sekali lagi, dengan tatapan minta tolong. Bahkan sampai meneteskan air matanya. Rumi terkejut saat Alex memanggil namanya, dia menatap ke arah pria itu lagi.

"Rumi!" teriak Alex lagi.

Rumi menoleh ke arah Alex yang sedang berjalan mendekat, Rumi mengeratkan pegangan tangannya pada pria itu, melihat pria itu hanya diam, Rumi segera bersembunyi di belakang punggung pria itu, dia benar-benar tidak mau melihat Alex lagi.

"Kamu!" Ucap Alex, saat mengenal siapa pria yang berdiri di depannya. Pria itu tersenyum pada Alex "Akhirnya kita bertemu lagi! Seperti kataku, saat kita bertemu lagi, aku pasti akan membawanya pergi!" Ucap pria itu.

Alex, langsung menggeram marah, mendengar itu. Dia langsung mendekati pria itu, lalu menarik kerah baju pria itu dengan kuat.

"Coba saja jika bisa!" Tantang Alex.

Rumi memberanikan diri memperlihatkan wajahnya dari balik punggung pria itu, membuat Alex menatap ke arah nya dengan tajam. Bagaimana mungkin Rumi bisa lari dari pernikahan dan lari ke arah pria ini, bahkan bersembunyi di balik punggung nya.

"Apa maksud semua ini, Rumi?" Tanya Alex dengan suara pelan, sangat terlihat dia menahan rasa marahnya pada Rumi.

"Iya ka, kenapa kakak berbuat seperti ini, kasihan ka Alex," ucap Siska.

Rumi hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Alex atau Siska, Rumi muak melihat mereka berdua. Rumi hanya membuka mulutnya sekali lagi pada pria yang dia harapkan bisa membawanya pergi dari tempat ini, "cepatlah, bawa aku pergi dari tempat ini!"

Alex yang mendengar itu, mencoba menangkap tangan Rumi dan menarik nya, namun tentu saja tidak bisa karena tangan pria itu entah bagaimana sudah melingkar di pinggang Rumi, menahan Rumi agar tetap dekat dengannya.

"Dia sekarang milikku! Bukankah tadi sudah ku bilang! Apa kamu tuli!" ucap pria itu menatap Alex tajam, Alex merasa sedikit bergetar juga melihat kedua mata pria itu.

"Bangsat!" Teriak Alex melepaskan tangan Rumi dan melayangkan kepalan tangannya pada pria itu, namun seseorang dari arah lain, menahan pukulan itu, hingga membuat Alex terkejut.

"Tuan pergilah! Biar kami yang urus semua di sini!" Ucap pria yang baru saja menahan pukulan Alex.

"Baiklah, aku serahkan semua yang ada di sini pada kalian!" Ucap pria yang di panggil Tuan oleh pria tadi.

Rumi menatap ke arah Alex sebentar, lalu mengikuti langkah pria yang menarik dan menggenggam tangannya dengan kuat.

"Rumi....!' Teriak Alex keras.

Rumi tidak menengok ke arah Alex lagi, walau dia mendengar namanya di panggil keras oleh Alex, hingga berkali-kali. Rumi kini terpaku di tempatnya, saat melihat pria itu masuk ke dalam sebuah mobil mewah, sebenarnya siapa pria ini, batin Rumi dalam hatinya, karena Rumi tahu yang mempunyai mobil mewah model seperti ini, pasti bukan orang sembarangan. Rumi merasa jantungnya berdetak kencang saat ini, jangan sampai dia lepas dari harimau tapi masuk ke dalam mulut buaya.

"Masuk! Bukankah kamu yang mau aku membawamu?" Ucap Pria itu dengan dinginnya.

Rumi dengan ragu, masuk juga ke dalam mobil pria itu. Rumi melihat Alex di tahan oleh beberapa orang pria, agar tidak bisa mengejarnya dari dalam mobil. Kemudian Rumi melirik ke arah pria yang duduk santai di sebelahnya. Wajahnya tampan namun terlihat sangat tegang dan kaku.

Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan di dalam mobil, antara Rumi dan pria itu, kedua nya membisu. Rumi ptidak berani membuka mulutnya untuk sekedar bertanya mereka mau kemana. Entah mengapa pria ini terlihat sangat menakutkan sejak pertama mereka bertemu

"Dtrrrt," bunyi handphone.

"Apa! Baiklah aku akan ke sana!"

"Kita ke rumah besar!"

"Baik Tuan!"

Rumi pun hanya diam mendengar ucapan pria itu dengan sopir. Rumi berpikir lebih baik diam, apalagi melihat ekspresi tenang pria tadi sudah berubah menjadi ekspresi bingung, ternyata pria menakutkan seperti dirinya bisa juga kebingungan, batin Rumi.

Setelah sekian lama, akhirnya mobil itu berhenti juga. Rumi melihat pria itu dengan cepat turun begitu mobil berhenti mau tidak mau Rumi ikut turun juga, tidak mungkin juga dia terus di dalam mobil. Begitu keluar Rumi merasa takjub melihat pemandangan di mana dia berada sekarang. Pemandangan yang sangat indah, rumah nya terlihat begitu unik dan sangat mewah.

"Rumah siapa ini? Apakah rumah pria itu!" Batin Rumi bertanya dalam hatinya.

"Maaf nona anda di minta masuk oleh tuan Biantoro!" Ucap sopir, mengejutkan Rumi yang sedang menikmati pemandangan yang begitu indah tepat di depan matanya.

"Biantoro?" Apa nama pria tadi Biantoro, tanya Rumi dalam hatinya, saat mendengar sopir itu menyebut sebuah nama. Rumi menatap sopir itu, lalu mengikutinya masuk ke dalam rumah itu. Rumi makin terkesima melihat isi rumah itu. Semua makin terlihat unik dan mewah.

"Anak nakal! Sudah nenek bilang, hari ini kamu ada janji!" Rumi terkejut mendengar suara cempreng itu, Rumi segera melihat siapa yang baru saja bicara bukan bicara tapi mengomel barusan, dan siapa yang kena omel.

Rumi terkejut saat melihat pria sangar itu tertunduk di depan seorang nenek. Bahkan Rumi melihat rona merah di wajah pria itu. Ternyata ada juga orang yang di takuti oleh pria itu, batin Rumi.

"Siapa wanita itu?" Tanya nenek itu, sambil tersenyum lebar ke arah Rumi.

Biantoro langsung menoleh ke arah neneknya menatap. Biantoro melihat Rumi yang berdiri di sana.

"Apa dia istrimu?" Tanya nenek itu lagi "anak nakal! Menikah tidak bilang-bilang! Jika saja kamu bilang, nenek pasti tidak akan repot menjodohkan kamu!" Omel nenek itu.

"Istri?" Tanya Biantoro.

"Iya, kalian pasti habis menikah." Tebak nenek itu lagi.

Biantoro memandang ke arah Rumi, kenapa neneknya bisa mengatakan jika mereka habis menikah, Biantoro melihat dandanan Rumi, pantas saja nenek menyangka mereka habis menikah.

"Iya nek, dia istriku!" Jawab Biantoro pada neneknya. Rumi yang mendengar itu sedikit terkejut, tapi dia hanya diam, tidak berani berkata apapun. Melihat pria itu menatap tajam ke arah nya.

"Kemari lah!" Ucap nenek pada Rumi.

Rumi melangkah pelan mendekat ke arah nenek itu. Rumi sedikit terkejut saat nenek itu memeluknya begitu mereka dekat "terimakasih sudah mau menikah dengan cucuku," bisik nenek itu, di telinga Rumi.

"Dasar cucu nakal! Punya calon istri cantik seperti ini, tidak bilang-bilang!" omel nenek.

Rumi melihat pria itu hanya diam, dia tidak mengatakan atau membantah apapun yang di katakan oleh neneknya.

"maaf nek! Aku mau bikin kejutan buat nenek!' Jawab pria itu sambil tersenyum. Rumi sedikit mundur melihat senyum pria itu, pada neneknya.

"Senyum yang manis," ucap Rumi dalam hatinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status