“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.
Abu Magun terdiam dan mengangguk.
Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.
Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.
Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.
Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.
Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.
“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
“Bodoh! Apa yang kamu lakukan!” Wanita setengah baya yang sedari tadi terus melenguh tiba-tiba membentak pria yang sedang mengungkung tubuhnya. “Aku bayar kamu mahal untuk cari kepuasan dengan kamu, bukan kamu yang cari kepuasan denganku!” “Iya, Tante.”Pria tersebut menurut, dan segera menahan hasratnya yang sebetulnya nyaris saja meledak. Langga Kasela adalah seorang gigolo muda dan favorit dari agensi Mami Ela yang berkedok sebagai agensi model majalah. Wajahnya sepintas mirip artis Nicholas Saputra. Saat ini, dia dan Tante Erna, wanita paruh baya yang jadi kliennya baru saja selesai berhubungan badan. Usai menyadari Tante Erna telah mendapatkan pelepasan, Langga buru-buru melepas penyatuan mereka. “Maaf, Tante.” Dia lalu bangkit perlahan dengan gaya sopan dan mengambil handuk, lalu ke toilet dan membersihkan tubuhnya. Langga adalah pria pilihan. Dia tidak sembarang menerima tamu, harga untuk mendapatkan service darinya pun tergolong mahal. Dia bisa mendapatkan 20 juta untu
“Langga, kamu di mana…?” Hari masih cukup pagi, tetapi Langga sudah mendapatkan telepon ‘dinas’ dari tante kesayangannya. Dia cukup kaget, sebab jarang sekali Tante Erna menghubunginya di saat matahari masih tinggi. Karena pria tersebut sedang ada di lingkungan kampus, Langga mengangkat telepon tersebut dengan suara berbisik-bisik. “Saya di kampus tante, kenapa tante?” “Kamu temui aku sekarang di Puncak, aku butuh kamu!” “Tapi, Tan–” “Jangan pakai tapi-tapi, soal Mami Ela itu urusanku! Sekarang, cepatlah kamu ke sini segera!” Tante Erna lalu menyebutkan alamat lengkapnya. Dengan taksi online, Langga yang masih bingung meluncur ke sebuah cottage yang ada di Puncak, sesuai instruksi Tante Erna. Begitu bertemu di kamar cottage, Langga kaget melihat mata wanita cantik yang rutin perawatan ke salon mahal ini memerah, tanda habis menangis. “Langga, kamu kenal wanita bernama Astrid? Dia model terkenal dan bernaung sama dengan kamu di bawah kendali Mami Ela, kan?” Langga kaget. Dia k
“Langga, seandainya terjadi apa-apa terhadapku–” Seketika, Langga langsung teringat pada pesan Astrid saat terakhir kali mereka bertemu. Ini benar-benar gila! Tante Erna sudah terlalu berani bertindak, hingga menghilangkan sebuah nyawa. Langga benar-benar ketakutan sendiri. “Hati-hati dengan Tante Erna, dia agaknya psikopat.” Pesan Astrid yang terus-terusan terngiang-ngiang di pikiran dan benaknya. Langga bukanlah seorang pria jagoan yang berani ambil resiko, dia lelaki yang terlalu pengecut dan sangat tidak percaya diri dengan kemampuannya. “Aku harus menghindar!” dengan pikiran kalut begitu, Langga pun menghubungi Mami Ela dan menolak menerima klien manapun dengan alasan ingin fokus ke pendidikannya dulu. Tapi Langga lagi-lagi terlalu tak percaya diri, tak mau berterus terang kalau dia ketakutan dengan Tante Erna. Andai Langga berterus terang, Mami Ela pasti punya solusinya, wanita yang sangat lama jadi mucikari ini berpengalaman soal-soal beginian. Akhirnya, yang Langga jadi