"Astaga Dokter Nathan. Sis jadi kita di sini dengan Dokter Nathan juga!" Begitu bersemangatnya ke dua perawat itu saat melihat Dokter Nathan sudah berada di dalam ruang operasi, mengenakan pakaian khusus serta penutup kepala khusus untuk melakukan operasi. Dokter dingin itu melirik sesaat sambil memakai sarung tangan yang terbuat dari karet melihat dua perawat yang begitu lucu terhadapnya. "Dokter Nathan, jadi kali ini Dokter lah yang menjadi partnerku Dok?" "Hem!" Jawabnya singkat. Tanpa banyak basa basi mereka mulai memeriksa pasien, Dokter Nathan menghadap ke belakang saat pasien duduk hendak di berikan suntikan pati rasa di punggungnya. Nadhira memandang sesaat pada Dokter dingin itu seraya berkata-kata kenapa Dokter Nathan tak mau melihat pasien tersebut saat di suntik?. "Kita mulai sekarang!" "Bismillahirrahmanirrahim!" Tangan mereka berlumuran darah melakukan tindakan, mengangkat seorang bayi lewat operasi sesar yang di lakukan oleh Dokter Nadhira dan Dokter Nathan. Sesek
"Mas, kamu makan kok sambil main hand pone! Memangnya ada yang penting yah?"Masih dengan nada suara lembut Nadhira berusaha bertanya pada Fahri yang membuat dia bingung untuk menjawab. Dengan gelagapan, Fahri segera meletakkan benda pipih itu tepat di samping piring dia makan. Benda itu seperti sangat di lindunginya seolah takut jika ada orang yang mengambil. Sikap anehnya semakin membuat Nadhira curiga, naluri seorang istri mengatakan kalau suaminya saat ini sedang dalam masalah."Enggak! Cuma aku lagi nunggu Pak Baskara menelepon, itu saja.""Pak Baskara?""Iya Pak Baskara! Siapa lagi! Kamu nggak percaya?"Fahri menjawab pertanyaan Nadhira sedikit keras dan itu semakin memperkuat dugaan Nadhira, seandainya memang Pak Baskara lah yang dia tunggu lalu kenapa harus menjawabnya dengan nada keras."Nggak, bukan begitu! Ya sudah kalau itu benar Pak Baskara yang kamu tunggu Mas.""Habis kamu seakan nggak percaya sama aku!""Kamu kok gitu sih Mas!"Bisingnya perdebatan suami istri itu terd
"Ya Allah kepalaku pusing sekali."Tapi Nadhira paksakan untuk tetap beranjak dan melakukan tugas hariannya, mengurus rumah, menyiapkan sarapan untuk semua masih sama seperti hari-hari biasanya."Pagi Mas, kamu udah siap ke kantor pagi ini?" sapanya saat Fahri menghampirinya di meja makan."Pagi Sayang! Oiya, malam ini aku di tugaskan untuk meeting di sebuah restoran, mungkin aku pulang agak terlambat. Kamu nggak usah menunggu aku, kalau kamu ngantuk, masuk kamar dan tidur lah."Nadhira malas untuk berdebat, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Wajahnya terlihat pucat tapi dia tetap melayani suaminya, mengambilkan nasi ke atas piring lengkap dengan lauk yang dia masak."Pagi Fahri, kamu udah rapi aja pagi ini, hem bau wangi lagi."Bu Sita melirik pada Nadhira saat menghirup wangi parfum yang Fahri pakai, walau setiap hari putranya itu selalu pakai wangi parfum yang sama, tetapi bu Sita sengaja seolah sedang mempermainkannya.Nadhira hanya tersenyum melihat tingkah mertuanya itu. Dia tau
"Astaga aku lupa, Nadhira perkenalkan ini suamiku George. George ini Nadhira teman kuliah aku dulu."Ramah memang George, itu mungkin salah satu alasan kenapa Yusnita mau menikah dengannya di usianya yang masih muda dulu. Usia mereka selisih jauh sekitar 10 tahun, Yusnita menikah di usianya yang baru saja 19 tahun sedang George di usianya yang sudah 30 tahun, tetapi hubungan mereka harmonis saja tanpa berita miring tentang rumah tangganya."Halo aku Nadhira, senang berkenalan dengan anda," ucap Nadhira sambil melipat kedua telapak tangannya di depan dada."Aku George, suami Yusnita.""Oiya, maaf Yus, aku masuk dulu! Ini kartu namaku, datanglah ke rumah kalau kamu punya waktu Yus."Dengan senang hati Yusnita menerima kartu nama dari Nadhira, dia berfikir mumpung saat ini dia berada di Indonesia tentu kapan-kapan akan datang ke rumahnya sebelum dia kembali ke Amerika.Merasa pekerjaan sudah menunggu di dalam, secepatnya Nadhira meninggalkan pasangan suami istri itu. Dan benar saja, keda
"Permisi Dok, Dokter memanggil saya?""Iya, masuk."Datang seorang wanita muda di dampingi oleh suaminya, Ibu muda itu berjalan sambil memegangi perutnya yang masih rata, sesekali dia meringis merasakan nyeri yang terjadi di dalam kehamilannya yang masih 3 bulan."Maaf, Ibu, Bapak, mungkin Ibu dan Bapak sudah tau apa yang terjadi di dalam perut Ibu? Mungkin perawat saya sudah pernah mengatakan sebelumnya."Walau terlihat lebih muda darinya tetap Nadhira memanggilnya dengan sebutan Ibu karena, lambat laun wanita ini akan menjadi seorang Ibu, mengingat di rahimnya sudah ada calon bayi yang akan dia lahir kan nanti."Iya Dok, jadi bagaimana Dok? Saya berharap kalau bayi ini bisa di selamatkan Dok! Aku dan suami sudah lama menantikan datangnya seorang bayi. Kami sudah dua tahun menikah dan bayi ini sudah kami impikan sejak lama!"Degh!Ternyata kisahnya tidak jauh dari dirinya, mereka baru saja 2 tahun, lalu bagaimana perasaan Nadhira yang sudah 4 tahun menikah namun tidak kunjung punya.
"Mas kamu baru pulang? Kenapa malam sekali pulangnya Mas?""Iya, kan aku udah bilang kalau hari ini aku ada meeting penting dengan klien Pak Baskara! Kamu kenapa belum tidur?"Pasangan suami istri itu bergegas masuk ke kamar, Nadhira sudah menyiapkan air hangat untuk mandi Fahri. Mana mungkin dia membiarkan suaminya mandi di malam hari dengan air dingin."Ya udah, kamu mandi dulu! Air hangatnya udah aku siapkan di bak. Aku mau siapkan makan malam untukmu.""Nggak usah!"Degh!Penolakan Fahri justru membuat dia semakin yakin kalau orang yang dia lihat di Cafe benar-benar Fahri itu kenapa dia menolak untuk makan malam tentu karena masih kenyang."Loh kok nggak usah? Kan kamu belum makan Mas!""Em, aku ..., Aku masih kenyang! Nanti saja, aku ambil sendiri kalau aku lapar."Nadhira hanya tersenyum dan mengangguk dengan dada bergemuruh, ingin rasanya dia segera menanyakan itu tetapi dia tahan sampai suaminya selesai mandi.Sambil menunggu Fahri selesai mandi, Nadhira ke ruang kerja, mengec
"Ya Allah, kepalaku pusing sekali, kuatkan aku ya Allah!"Satu persatu Nadhira selesaikan tugas rumahnya sampai selesai di mana Fahri dan bu Sita sudah selesai sarapan, harapan dia yang mengira kalau Fahri sudah lupa atas masalah semalam ternyata tidak! Laki-laki itu lebih banyak diam sampai selesai sarapan. Ada pun dia bicara yaitu membalas omongan bu Sita, bukan bicara dengan Nadhira."Kamu mau pergi sekarang Mas, ya sudah! Ayok aku antar.""Nggak usah! Aku bisa pergi sendiri!""Makanya, kalau suami pulang itu di layani dengan baik! Kalau sudah kayak gini siapa yang repot! Kamu juga kan? Jadi istri kok nggak becus!"Ingin rasanya Nadhira berteriak sekencang mungkin, kenapa mertuanya bukan membantu dia untuk rukun kembali melainkan menjadi provokator dalam rumah tangganya."Ya sudah, kamu hati-hati di jalan."Hampa sekali hari itu, tanpa ada cium tangan Nadhira terhadap Fahri, Fahri pun tak memberi ciuman di kening Nadhira. Lagi itu seperi jalan sendiri-sendiri tanpa arah dan tujuan
"Fahri, temani aku makan siang yuk! Aku lapar!"Dengan nada bicaranya yang mengalun manja, Salsa bergelayut di pundak Fahri yang sedang mengerjakan tugas di meja kerjanya, beberapa hari ini mereka memang sering menghabiskan waktu bersama entah hanya sekedar makan, atau pun pergi ke tempat tamasya."Ayok! Kebetulan aku juga udah lapar. Aku malas sarapan tadi pagi, Nadhira hanya memasak nasi goreng dan aku sangat bosan! Lebih baik aku pergi makan siang dengan cewek secantik kamu!" ucapnya sambil menyentil hidung mancung Salsa yang wajahnya tepat di samping pipi Fahri, sudah bisa di pastikan jika Fahri menoleh sedikit saja maka wajah mereka saling bersentuhan.Laki-laki plin plan itu segera mengemasi pekerjaannya dan mereka keluar seperti pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta, Fahri menggandeng tangan Salsa bak putri kerajaan inggris keluar dari kantor.Di tengah perjalanan Seno yang melihat tingkah mereka di buat geleng kepala, tapi dia tidak tau kalau Fahri sesungguhnya sudah mem