Share

12. Benarkah Cemburu

"Pak Kieran," panggil Nasya, saat melihat sang CEO yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.

Kieran menoleh, melihat keberadaan sang sekertaris tak jauh darinya, dia langsung menghampiri.

"Pak Kieran, ini dompet bapak. Tadi ibu Ayyara mengantarkannya sampai depan perusahaan." Nasya memberikan dompet hitam yang tadinya diberikan Ayyara padanya.

Kieran mengangguk, mengiyakan. Lalu tersenyum. "Terimakasih."

"Oh iya pak, sebelumnya maaf. Saya merasa tidak enak dengan ibu Ayyara."

Kieran mengernyit tak paham dengan ucapan perempuan itu barusan. "Kenapa seperti itu?"

"Sepertinya, ibu Ayyara cemburu dengan keberadaan saya."

Kieran kembali tersenyum, ucapan perempuan itu sangat terdengar lucu di telinganya. Dia rasa, itu tidak akan mungkin terjadi. "Lagi pula, kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu 'kan di sini hanya bekerja, saya rasa istri saya pasti paham, dan tidak akan mungkin cemburu denganmu."

"Tapi, pak. Saat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status