Home / Romansa / Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira / 3. vas bunga yang pecah

Share

3. vas bunga yang pecah

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2023-10-19 06:10:29

Sekarang, aku terduduk sendiri di dalam rumah, merenung dan berpikir akan apa langkah yang harus kuambil berikutnya. Mas Revan tak bisa dibiarkan terus, sementara aku juga tak mau rumah tanggaku berakhir dengan kehancuran. Aku ingin sekali membuat satu kisah seorang wanita yang menang mempertahankan suaminya dari godaan pelakor.

Tapi, bayang semalam kemesraan mereka kembali teringat di pelupuk mataku. Bagaimana mereka tertidur pulas dalam keadaan saling memeluk, kaki mereka saling tumpang tindih menunjukkan betapa tak terpisahkannya hubungan mereka dan kedua manusia itu layaknya padangan romantis yang sedang dimabuk cinta. Tanpa bisa dicegah hati ini seolah disulut api, terbakar panas oleh cemburu dan sakit hati.

Semakin kutelisik semakin tak habis pikir bagaimana bisa Mas Revan tidak menimbang perasaan dan pengorbananku selama ini. Bagaimana pun, aku sudah mewakafkan hidupku untuk memberikan pengabdian padanya, teganya dia menukar cinta dengan pengkhianatan dan kenikmatan sesaat, kurang puaskah dia denganku? Lantas jika ini hanya tentang cinta yang tak bisa bisa dia lupakan setidaknya, sesekali dia harus menoleh ke belakang untuk menatapku, aku mencintainya dan sepenuh hati menunggu perasaan itu untuk terbuka sadar.

Tanpa terasa air mataku tumpah, hatiku perih tak terperi, kupandangi setiap sudut rumah dan foto kami yang terpampang di sana. Foto liburan dan keluarga, semuanya nampak ceria seakan Mas Revan tidak sedang bersandiwara mencintaiku.

Lama kelamaan aku mulai tak tahan, sebuah vas bunga berisi mawar dengan tangkai panjang yang cantik di atas meja yang jadi pusat rumah kami, kuambil kasar lalu kuhempaskan ke dinding.

Prang!

Vas tinggi yang terbuat dari kaca itu pecah berkeping-keping, seakan menggambarkan betapa hancurnya aku. Air mataku tak terbendung, aku mulai menangis tersedu, berteriak dan merutuki suamiku. Untungnya anak anak sedang di sekolah sehingga aku leluasa menumpahkan perasaan yang ada.

"Teganya kamu!" Aku melempar foto suamiku dengan pecahan vas hingga bingkai itu jatuh dan ikut pecah.

Bersamaan dengan amukanku, tiba tiba Mas Revan datang. Dia membuka pintu dan kaget mendapati diri ini duduk lantai dengan lunglai.

"Amaira, apa yang terjadi?"

"Bisanya kau bertanya apa yang terjadi," ucapku dingin. Tak kupandangi wajahnya karena aku sudah sangat sakit hati dan kecewa. Kupakingkan muka meski dia kini menjongkok untuk membujukku.

"Amaira, aku tahu, kau sangat murka, aku minta maaf sekali," ucap pria itu sambil mencoba membelai rambutku yang jatuh ke wajah.

"Singkirkan tanganmu, kau tak berhak menyentuhku," ujarku menepis kasar. Tak pernah sekali pun dalam hidupku marah atau berteriak pada pria yang kuanggap lelaki terbaik ini. Tapi, sekarang, aku kehilangan kesabaranku.

Pria itu tak punya jawaban untuk kemarahanku, dia mendesah pelan sambil tetap pada posisinya.

"Tidakkah kau pikirkan betapa sakit hatiku, betapa kecewanya aku yang tiap hari menunggumu pulang membawa cinta dan kesetiaan tapi balasannya ... Kau selalu dan selalu bertemu mantan. Tidak bisakah wanita itu pergi untuk sesaat saja di antara kita?!"

Lelakiku tentunduk, dia terlihat merasa bersalah tapi di skala yang masih tidak bisa dikatakan bertobat. Dia terdiam melihatku tersedu, tercenung melihatku yang melampiaskan segala kesedihan tanpa ada bantuan sedikit pun darinya.

"Ah, benar benar ...."

"Aku harus ke kantor," ucapnya lirih. Dia bangun lalu naik ke kamar.

"Harus dibawa kemana hubungan ini, apakah aku akan diam saja selamanya, menyaksikan kamu yang bermain cinta dan bahagia di belakangku."

Sesaaat ucapanku menghentikan laju langkahnya.

"Jika kau hanya menikahiku untuk status saja, mengapa kau lakukan itu, sementara aku berharap bahagia dan dicintai olehmu, kenapa kau jahat sekali, Mas."

"Kegelisahanmu bisa kumaklumi, aku minta maaf. Aku sudah bersama ailen jauh sebelum kita bertemu, wanita itu baik dan cintanya sama sepertimu."

Lihatlah, sekali lagi dia memuji wanita itu dengan segala ucapan yang menyesakkan hatiku, jujur aku geram sekali mendengarnya.

"Apa yang kau maklumi, andai kau paham sesuatu, semua itu tak akan terjadi."

"Fine, Amaira. Aku minta maaf, jika kau sungguh mencintaiku dan tetap ingin jadi istriku maka tolong maafkan dan beri aku kesempatan, tapi jika tidak, maka kau boleh lakukan sesukamu. Bukankah pagi tadi kau sudah dapatkan hak rumah dan mobil, kau juga mengancamku," ucap pria itu dengan lagak seakan dia korban kejahatanku

"Lalu aku harus bagaimana!"

Prak!

Psepati hak sedang yang kukenakan terlempar dan nyaris mengenai wajahnya, pria itu syok dan kaget sekali.

"Tolong lihat aku dari sudut pandang ku sebagai istri yang dikecewakan, kau hanya mementingkan dirimu!" teriakku.

Pria berhati dingin itu tak menjawabku, dia hanya membalikkan badan dan langsung naik ke atas. see, tidak ada penyelesaian kan? Pria itu terlaku takut menetapkan pilihan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
pria itu tinggal aja yg penting km udah kuasai harta ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    pelajaran sesungguhnya

    "Kau bertemu temanmu yang bernama Rudi itu?""iya," jawabku."kupikir kau akan bertemu dengan orang penting tapi ternyata kau hanya bertemu dengannya..." Mas Revan bersungut dengan cemberut sambil mendesahkan nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi."Aku sedang membicarakan masalah bisnis dan restoran yang cukup strategis di dekat lokasi villa yang ada di daerah Timur kota ini. progress untuk bisnisnya cukup bagus hanya butuh sedikit investasi dan modal.""Aku suka kamu berbisnis tapi aku tidak sreg kau berbisnis dengannya.""kenapa?""ga suka aja.""ada alasan untuk segala sesuatu.""aku hanya tak nyaman.""Kau tak nyaman karena kau cemburu ataukah ada ketakutan lain, jika kau merasa bahwa lelaki itu akan menipuku itu tidak akan terjadi karena dia adalah sahabatku sejak lama, dia tidak akan lari kemana-mana karena jika dia melakukan kecurangan, aku pasti akan menghukumnya.""lelaki itu cukup tampan dan aku tidak mau terjadi fitnah dalam keluargaku.""bicara tentang ketampanan da

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    72.

    **di kantor, di jam istirahat."aku izin untuk keluar 1 jam makan siang dengan temanku.""siapa?""temanku., Kami ingin membicarakan bisnis. Apa kau membutuhkan detail setiap orang yang aku temui atau haruskah kau mengirimkan satu asisten bersamaku agar bisa melaporkan segalanya padamu?""kenapa perkataanmu terdengar sentimental?" suamiku mulai memasang wajah gusar dan kesal. "aku hanya khawatir bahwa kau mencurigai beberapa temanku padahal orang-orang yang aku temui adalah orang-orang yang tempo hari selalu bersamaku. mereka adalah teman-teman biasa teman arisan, sosialita dan beberapa teman bisnis.""tidak, jangan khawatir, pergilah.""terima kasih." aku melenggang keluar dari kantornya dengan santainya. Aku sengaja tidak memberitahu bahwa aku akan makan siang dengan sahabatku Rudi, mungkin sikapku terlampau egois ataukah aku memang sengaja untuk menguji sejauh apa dia mencintaiku dan cemburu dengan itu. aku tahu bahwa aku cemburuannya akan menciptakan prahara, tapi selagi aku t

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    71.

    "Eh, suamimu cemburuan juga ya...."sahabatku Rudi yang sudah kuambil kontaknya tiba tiba mengechat dan bicara begitu."hahaha, abaikan saja.'"Naluri laki-laki memang merasa tertantang saat melihat orang lain menunjukkan ketertarikan dan kekagumannya secara langsung pada istri mereka. tapi aku tak menyangka kalau suamimu menunjukkannya dengan gamblang.""sudahlah, kau pun jangan merasa ditantang dengan sikapnya.""Buat apa... kalau aku ingin merebut orang maka aku akan melakukannya dengan cepat. Kau juga salah tahu ga sih.""salahku apa?""kau terlalu cantik di usiamu itu, malah kalau jalan dengan anakmu kau pasti dikira kakaknya.""Hei, aku baru empat puluhan.""Tapi kau berjuang sejak menikah dengan Revan, siapa yang tak tahu reputasi pria itu. kami para sahabatmu merasa geram dengan perlakuan dan perselingkuhan yang berlangsung selama belasan tahun itu. Heran ya, kenapa kamu bisa tahan.""demi keluarga.""demi keluarga apa demi uang?""dua duanya." aku meletakkan emot senyum di be

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    70. Rudi Siswanto

    sekarang kami duduk di sebuah kedai minuman di pinggir pantai sambil tertawa dan bercengkrama bercerita tentang masa lalu di tahun 90-an, aku dan sahabatku itu banyak mengenal masa-masa konyol di saat kami masih SMA dulu. "Aku pernah dengar kalau istriku dan para sahabat-sahabatnya membicarakan tentang pria bernama Rudi. Tak kusangka Kalau hari ini aku bertemu denganmu secara langsung." Mas Revan mengaduk minumannya lalu meresapnya."oh ya? benarkah, kau sering membicarakanku dengan sahabat-sahabat kita?"aku melirik suamiku dan segera menggeleng cepat dan itu membuat mereka berdua, kedua lelaki itu tertawa padaku."kau tampan juga ya Rudi, ngomong-ngomong Apa usaha yang kau jalani...""aku menjalankan bisnis batubara milik keluarga di Kalimantan. by the way, kau juga tampan dan punya Aura seorang pemimpin yang hebat."suamiku hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya lalu berkedip kepada diri ini dan menunjukkan betapa hebatnya dia dapat pujian dari orang-orang di sekitarku.sok

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    69. dua tahun berikutnya

    Dua tahun berikutnya saat anak-anak sudah mulai lulus SMA dan Risa duduk di bangku kelas dua. aku dan suamiku menjalani kehidupan yang bahagia tanpa gangguan dari siapapun tidak pernah mendengar lagi kabar tentang Ailin atau perintilan tentang hidupnya.Aku merasakan ketentraman dan kedamaian menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga sekaligus orang yang berwenang dalam perusahaan ayah mertua. ayam mertua yang saat ini sudah sepuh mulai sakit-sakitan sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di rumahnya, suami lebih aktif dengan kegiatan bisnisnya Karena sekarang tumpuan harapan dan satu-satunya penggerak roda perusahaan hanya dia, hanya dia yang diambil keputusannya dan menjadi acuan banyak orang untuk bertindak.ayah mertua sudah menyerahkan segalanya kepada kami dan tidak lagi ambil bagian dalam keputusan perusahaan. "mau kuliah di mana setelah lulus?" tanya kakeknya pada Rian anak sulung kami."ingin kuliah bisnis manajemen di Australia kek atau bila memungkin

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    68

    Mungkin ini bab terakhir saat aku ingin menceritakan hidupku yang penuh kebahagiaan tanpa kehadiran orang ketiga dalam Rumah tanggaku.Setelah beberapa tahun berlalu kami menjalani dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan itu mengalami perubahan drastis dalam kehidupan dan karirnya.Tanpa sengaja aku mendapati kabar itu ketika aku arisan besar-besaran para sosialita di kota ini. Aku tergabung di sana karena mendapatkan undangan dari istri seorang direktur perusahaan minyak, sekaligus kebetulan mengenal istri gubernur. Mereka mereka mengundangku dan menjadikan aku sebagai anggota organisasi mereka di mana aku mengikuti banyak kegiatan dan arisan. "Kau kenal wanita bernama Airin yang dulu bekerja di perusahaan mertuamu?" Tanya Mbak Fika seorang pebisnis batubara."Namanya cukup familiar," jawabku mencoba untuk bersikap normal dan mengabaikan fakta bahwa orang yang sedang ditanyakan adalah mantan kekasih suamiku.""Aku mengagumi bagaimana kau menyikapi wanita itu saat dia masih bersam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status