Share

Rumah Kenangan

"Mas Zaid?"

"Bisa kita bicara sebentar, Zee?

Aku beralih pada Handi. Lelaki itu hanya mengangkat bahu.

"Ke ruanganku saja."

Berjalan naik ke lantai dua, kami menuju kantor pribadiku. Ruangan berukuran empat kali tiga meter itu baru selesai dirapikan oleh anak buah Paklik Yusuf. Aroma cat masih terasa saat kami berdua masuk.

"Silakan duduk, Mas."

"Kantormu bagus, Zee."

"Makasih. Langsung aja, Mas. Ada apa sebenarnya?"

Mas Zaid berdeham beberapa saat. Ia duduk lalu menatap ke arahku. Masih ada sedikit debar itu saat pandangan kami beradu.

"Tentang rumah yang di Jakarta. Aku berniat menjualnya."

Sedikit terkejut, aku mendongak.

"Oh, ya. Silakan. Kamu memang berhak menjual rumah itu."

"Maksudku, ingin mengajakmu untuk ke Jakarta dan mengurus semuanya."

"Kenapa harus? Itu rumahmu, Mas. Aku nggak punya hak apa-apa, jadi kamu aja yang urus."

"Nggak, Zee. Kamu punya hak atas rumah itu. Anak-anak juga. Lalu, aku ingin kamu dan anak-anak melihat rumah itu untuk terakhir kali sambil serah ter
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status