Retha memeluk anaknya dengan sangat erat, sambil terus menggumamkan kata maaf kepadanya. "Maafin mama, nak. Maafin mama. " Mereka berdua saling berpelukan dan menangis pilu. Lalu kata-kata Aksa akhirnya membuyVanon tangisan Retha. "Bu, Aksa ngantuk. ayo tidur, " Mendengar itu Retha langsung melepaskan pelukannya, dan menuntun Aksa ke kamar. Dia sendiri pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, Lalu mulai menidurkan Aksa. Retha sendiri tidak bisa tidur malam ini. Pipinya masih terasa panas bekas tamparan dari Danil. Dia lalu mematut diri di depan cermin, dan melihat cap lima jari di pipinya. Segera dia mengambil ponsel dan memotret pipinya yang merah karena tamparan Danil. Retha lalu membereskan baju-baju miliknya dan milik Aksa. Dia tidak akan menunggu waktu lebih lama lagi untuk tinggal di sini, di rumah yang selalu menorehkan luka, dan sekarang perpisahan. Di rumah Bu Ayu. Keluarga Danil saat ini sedang berkumpul di ruang tamu, dan membicarakan kejadian yang baru saja ter
Keesokan harinya setelah menitipkan toko kepada bi Sumi dan Lusi untuk menjemput Aksa. Hari ini Retha ingin menemui Bu Dian. Karena selama ini yang tau semua permasalahan Retha adalah bu Dian. Jadi dia ingin meminta pendapat bu Dian, langkah apa yang harus dia tempuh untuk selanjutnya. Sesampainya di toko Bu Dian Retha langsung menemui Ana dan Dita, mereka saling berpelukan melepas rindu. Dan Retha menanyakan perihal bu Dian kepada kedua temannya itu. "Ada kok Reth, di dalam. Bu Dian sedang kedatangan tamu. " kata Ana "Oh, apakah aku harus menunggu? atau aku minta ijin masuk. " tanya Retha sedikit ragu. "Coba aja Reth, kamu ke ruangannya, nanti di suruh nunggu apa masuk kan cuma bu Dian yang bisa mutusin. " "Ah, ya, kamu benar juga. Kenapa aku jadi bego gini ya? " kata Retha sambil memukul kepalanya. Lalu dia menuju ruangan bu Dian dan mengetuk pintunya. "Siapa? " tanya bu Dian dari dalam. "Saya Retha, bu. " jawab Retha "Masuk, Reth. " Setelah di ijinkan masuk, Retha langsun
Bu Dian dan bu Erina sangat terkejut dengan penuturan dari Abhi. Benar-benar di luar nalar mereka berdua. "Bagaiman bisa itu terjadi?" Tanya bu Erina kepada anaknya itu. Akhirnya Abhi menceriitakan kejadian kemarin saat dia hendak pulang kerja. Tiba-tiba kepalanya pusing dan fokusnya sedikit menghilang, jadi hampir menyerempet Retha yang sedang berboncengan dengan anaknya. Tapi syukurnya Retha tidak sampai jatuh. Dan dia juga memberikan minuman kepada Retha dan anaknya karena tahu mereka pasti sangat ketakutan. "Jadi seperti itu ceritanya," Kata bu dia setelah mendengar cerita dari Abhi. "Ini bukan salahmu nak, mungkin memang ada seseorang yang tidak suka dengan Retha. Jadi, dia menggunakan kesempatan ini utuk memfitnah Retha." ujar mama Erina. "Benar, dan jauh dari lubuk hatiku, aku bersyukur kalian bertemu dan menimbulkan kesalah pahaman itu. Karena akhirnya Retha bisa lepas dari suami yang tidak bertanggung jawab dan keluarga toxicnya."kata bu Dian yang merasa sangat senang, a
Sebulan setelah kata talak telah terucap dari mulut Danil namun sampai saat ini, surat cerai masih belum juga di dapatkan Retha. Hampir tiap satu minggu sekali Retha menanyakan kepada bu Dian apakah ada surat yang datang, tapi jawabannya tetap "tidak ada. " Retha akhirnya menyerah, mungkin Danil ingin hubungan mereka di gantung seperti ini, tidak ada kepastian. Disaat seperti ini, Rethalah yang harus bergerak. Dia harus mendapatkan status barunya, walau itu hanya seorang janda. Tapi setidaknya dia memiliki status yang jelas. Pagi ini Retha menerima pesan dari bu Dian, kalau nanti siang dia akan datang kerumah bersama dengan seseorang. Dengan senang hati Retha akan menyambut kedatangan malaikat penolongnya itu. Karena selama ini bu Dian lah yang telah mengangkatnya dari keterpurukan. Retha akan memasak makanan spesial hari ini untuk menyambut kedatangan bu Dian. Urusan toko, biar bi Sumi dan Lusi yang handle. Dia sangat bersemangat hari ini. Makanan sudah siap
Abhi mengambil sesuatu di dompetnya dan memberikannya kepada Retha. "Besok, temui aku di alamat itu pukul sepuluh. Bilang saja ke resepsionis kamu sudah punya janji dengan ku, nanti mereka akan mengantarkanmu ke ruanganku. Siapkan bukti-bukti yang kau miliki, agar mempermudahmu dalam mengurus perceraian. " ujar Abhi memberi intruksi kepada Retha. "Baik mas, in syaaAllah aku akan datang. " "Ya, sudah kalau begitu. Kami pamit dulu ya, Yesh." kata Bu Erina berpamitan kepada Retha. "Terimakasih makanan nya lho, jadi ngerepotin kamu. " lanjutnya sambil berjalan keluar. "Enggak apa-apa bu, aku malah seneng kalau masakanku disukai. " kekeh Retha. "Mungkin satu minggu lagi, Jihan akan mulai ngekost di sini. Kami mau nyiapin keperluan Jihan dulu. " kata Bu Erina lagi. "Iya bu saya tunggu. Nanti saya bersihkan dulu kamar kost nya, biar Jihan betah disini. " Retha mengantarkan mereka semua sampai depan pagar, dan masuk kembali ketika mobil mulai jalan. Retha kemudian membersihkan bekas m
Satu minggu berlalu sejak Retha mengurus surat perceraian nya dengan Danil. Permohonan cerai Retha sudah diterima, Retha juga sudah menandatangani surat perceraiannya, hanya tinggal menunggu Danil yang menandatangi surat ceraiannya. Siang itu, ada seorang kurir yang mengantar paket ke rumah bu Ayu. Dengan senang hati bu ayu menerima paket itu, di cover luarnya tertulis pengadilan agama. Bu Ayu langsung menyunggingkan senyum lebarnya. Dia langsung menelpon Danil. "Hallo Dan.. " "Ada apa bu, " "ini ada yang mengantar surat dari pengadilan agama. " kata bu ayu dari seberang telpon dengan semangat. Deg... Danil langsung terdiam. Rupanya Retha sudah mengajukan permohonan cerai di pengadilan. Padahal selama ini Danil tidak mengurusnya karena masih ingin bicara dengan Retha. "Hallo Dan, kamu masih disana? " tanya Bu Ayu yang tidak mendengar suara Danil. "Iya bu, simpan saja di dalam kamarku. Nanti aku akan melihatnya. " kata Danil setelah sadar dari lamunannya. "Baiklah. Nanti bawa
Hari ini, Retha mendapat satu tambahan pekerjaan yaitu memasak untuk salah satu penghuni kostnya, yaitu Jihan. Retha harus sudah mulai memasak dari pagi karena Jihan akan ada kelas pagi ini,jadi semua harus sudah siap. Semalam Retha sudah bicara dengan bi Sumi, kalau mulai besok harus menambah porsi masaknya. Karena selain Satpam dan Lusi yang makan siang hari, akan ada tambahan personil yang akan makan dirumah Retha, yakni Jihan. Pukul delapan pagi, Jihan datang ke rumah Retha untuk mendapatkan sarapan paginya. Retha segera menyuruh Jihan masuk ke dalam rumah untuk sarapan bareng. "Vano kemana mbak? " tanya Jihan "Sudah berangkat sekolah, donk. Kan kalau anak SD masuknya jam tujuh. " jawab Retha dengan memberikan senyuman hangatnya. Jihan menepuk jidatnya, "Ah iya aku lupa. " Retha hanya tersenyum melihat tingkah Jihan. "Ayo, di makan. " Retha menyuruh Jihan segera makan, takut terlambat. Dengan senang hati Jihan memakan makanan yang terhidang di hadapannya. Walau cukup sederh
Retha, Jihan, Vano dan sekarang di tambah Abhi. sedang makan malam di salah satu tempat makan di mall itu. Vano terlihat bahagia hari ini, karena bisa bermain di tempat permainan anak, dan sekarang makan ayam kriuk kesukaannya. Ya, Vano menyebutnya ayam kriuk, karena saat di makan berbunyi kriuk... kriuk... Abhi minta ijin kepada semua yang ada disana untuk pergi ke toilet. Dan di saat itulah, Danil punya kesempatan untuk mendekati Retha. "Retha... " panggilnya lirih. Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang sangat Danenalnya itu, Retha langsung menoleh ke asal suara. "Retha, beri aku kesempatan untuk bicara dengan mu. Empat mata. " Danil memohon kepada Retha. Retha merasa tidak enak dengan kehadiran Danil di antara Jihan dan Vano. Akhirnya Retha meminta tolong kepada Jihan untuk menjaga Vano. "Jihan tolong temani Vano dulu ya, mbak ada urusan bentar sama mantan suami mbak. Mbak akan duduk di sana. " kata Retha sambil menunjuk kursi kosong. " "Iya mbak, mbak tenang saja. "