Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya Dani dan Haya mendapat putusan hakim tujuh bulan penjara dipotong masa tahanan yang sudah dijalaninya. Hukuman yang cukup ringan bagiku setelah mengetahui sebej4t apa kelakuan Dani itu.
Tapi aku tak bisa berbuat banyak. Hakim sudah memutuskan, dan hukum sudah dijalankan. Hanya tinggal menerima semua putusan dengan lapang dada, walaupun itu sulit dijalani.Urusan perceraianku pun sudah selesai. Kini aku resmi menyandang gelar janda. Rasanya lega sekali bisa benar-benar terlepas dari ikatan mengerikan pernikahan bersama Dani.Empat bulan sudah Salsa pergi meninggalkan rumah. Salsa kini tinggal di sebuah kontrakan kecil di dekat tempat kerjanya sebagai seorang SPG di salah toko baju.Menurut ibu kehamilan Salsa kini sudah memasuki bulan ke sembilan. Ibu yang memang sedari Salsa pergi dari rumah selalu rutin menjenguknya, kini semakin sering lagi. Seminggu dua kali Ibu datang dan menemani Salsa di koPagi ini suasana di rumah sangat ceria seperti biasanya, apalagi setelah hadirnya Baby K yang telah berusia dua bulan. Baby K atau Kayla kini menjadi penghibur kami. Betapa kami bersyukur Kayla bisa melewati masa kritisnya setelah harus dirawat di NICU selama dua pekan. Sejak hari yang amat menyedihkan itu aku sudah memaafkan kesalahan Salsa. Walau bagaimanapun, dia tetap saudara kandungku. Tentang kesalahannya, biarlah menjadi urusannya dengan Tuhan. Setidaknya aku pernah mengambil sikap demi menunjukkan kemarahanku.Kini aku hanya ingin memperbaiki lagi keutuhan keluarga. Maka dari itu aku menerima kembali Salsa dan anaknya di rumah ini. Tak ingin lagi terluka karena kejadian masa lalu. "Salsa ..., ini Kayla sudah selesai mandi. Tinggal kamu susui saja," panggil Ibu sambil menimang-nimang Kayla penuh kehangatan.Melihat Ibu merawat Kayla, aku jadi ikut belajar juga bagaimana mengurus bayi. Memandikan, menjemurnya sesaat agar terkena sinar matahari pagi, memakaikan pakaian, juga me
"Ma, maaf ..., tadi aku membantu ibu mengurusi Kayla!" jawabku, merasa bersalah."Kamu sudah tahu konsekuensinya, kan? Nanti siang kamu harus traktir kami makan siang di luar! Oke!" Tak ada pilihan lain, mau tak mau aku harus menerima hukuman itu. Bagi pimpinan jika datang terlambat adalah mentraktir seluruh karyawan. Dan jika itu staff maka dia harus bertugas membersihkan kantor seharian agar semua jera "Shania, ini laporan penjualan kita sebulan kemarin. Bulan depan target kita harus bisa menaikan penjualan dua kali lipatnya!"Emil memberikan sebuah berkas padaku. Walau sudah mengetahui secara kasar bahwa penjualan bulan kemarin naik drastis, tapi aku tetap terperangah melihat jumlah angka-angka yang tertera di atas kertas yang Emil berikan barusan."Kita harus bisa membina distributor dan agen lebih banyak lagi agar bisa menaikan penjualan, Shania. Kita buat juga pelatihan-pelatihan untuk reseller agar mereka bisa lebih giat memasarkan produk,
"Shania ..., izinkan aku menikahi adikmu. Aku sudah bertobat. Aku berjanji tak akan lagi mengulangi kesalahanku yang dulu. Aku hanya ingin hidup tenang kini bersama Salsa dan anak kami," ucap Dani dengan tenang. Seakan ini bukan masalah besar."Hah, bertobat? Ka.u pikir aku akan percaya? Walau kamu sudah memakai peci dan baju kokomu itu, tak ada jaminan kamu tak akan mengulangi kesalahanmu!" ucapku berang."Kau itu maniak Dani, tiga wanita kau permainkan sekaligus. Itu yang aku ketahui, sedang yang tidak aku ketahui mungkin masih banyak wanita lainnya lagi. Bisa saja tobatmu hanya sandiwara saja!" lanjutku lagi, menatapnya nyalang."Kak, bukannya semua orang punya kesempatan kedua? Mas Dani sudah menyesali semua perbuatannya, dia berjanji tak akan pernah mengulanginya lagi. Biarkanlah kami menikah dan berbahagia! Kumohon Kak." Salsa seketika bersimpuh di kakiku sambil mengatupkan kedua tangannya. Menatapku penuh harap dengan air mata yang berderai.Kenapa Salsa begitu bodoh mau menik
"Kamu sudah tahu kalau Haya dan Dani sudah bebas, Shania?" tanya Emil keesokan harinya saat aku baru sampai ke kantor. Entah kapan lelaki itu berangkat kerja, karena aku tak pernah bisa samoai lebih dulu darinya.Walau rumah kami bersebelahan aku tak pernah mau berangkat kerja bersamanya. Jujur sampai saat ini aku masih menjaga jarak dengan mantan suami selingkuhan suamiku itu. Apalagi dengan status kami yang sama-sama single kini. Tak mau jika ada omongan tak enak tentang kami. Apalagi jika harus disangkutpautkan dengan kejadian mantan kami."Ya, aku tahu, semalam Dani kerumah," jawabku dengan enggan. Malas membahas ini."Waw ..., mereka sungguh berani, ya. Semalam Haya juga meminta untuk bertemu. Tapi aku tentu saja tak mau. Tak ada lagi yang harus kami bicarakan!" beber Emil sambil menyandarkan diri di kursinya, menghentikan aktivitas yanv sesang dilakukannya dan menatapku."Mau apa Dani menemuimu?" Nampaknya Emil sangat penasaran atas apa yang
"Dewi dan Rani, bawa Bu Shania ke mobilku! Dea, ambilkan tas dan ponsel Bu Shania di mejanya. Ardi, aku akan membawa Bu Shania ke rumah sakit, kamu pastikan semua karyawan tetap bekerja menyelesaikan pekerjaannnya hari ini, ya!"Emil dengan sigap menginstruksikan apa saja yang harus dilakukan oleh semua karyawan. Setelah berhasil mengusir mantan istrinya, ia kembali ke kantor dan melihat kekacauan lainnya lagi. Para karyawan panik karena kondisiku yang riba-tiba pecah ketuban, dan.mereka bingung apa yang harus dilakukan terlebih dahulu.Emil, tanpa terlihat panik sedikit pun ia langsung mengambil alih kendali. Setelah memastikan semuanya aman, ia kemudian membopongku, membawa ke rumah sakit mengendarai mobilnya. "Shania, kamu bisa menghubungi orang tuamu?" tanya Emil saat mobil sudah melaju kencang.Aku yang kini mulai merasakan nyeri di perutku mulai meringis menahannya. Apakah ini yang dinamakan kontraksi?Kuminta Dewi yang ikut serta mengantar ke rumah sakit untuk mengambilkan pon
"Tadi aku sudah menandatangani surat persetujannya. Sekarang semua sedang dipersiapkan," lanjutnya lagi.Kulihat ibu terpekik, begitu juga dengan Emil, nampak makin khawatir. Sementara itu aku hanya bisa pasrah. Menerima apa pun yang akan dilakukan oleh tenaga medis terhadapku. Walaupun sebenarnya aku takut menghadapi operasi, tak mau terjadi seperti Salsa yang sampai koma beberapa hari setelah melahirkan.Tak lama beberapa perawat datang dan menyuruhku bersiap untuk segera dilakukan proses operasi. Mereka pun lalu mendorong kasurku dan membawaku menuju ruang operasi. Meninggalkan Bapak, Ibu dan Emil yang diminta untuk menunggu di ruang tunggu saja selama proses operasi berlangsung.Saat di perjalanan menuju ruang operasi para perawat tersebut menginstruksikan beberapa hal padaku yang tidak dapat kucerna. Aku masih saja fokus pada nyeri yang tiap waktunya makin menjadi. Rasanya kini bayi dalam perutku terus berusaha mendorong keluar jalan lahir."Bu ..., sepertinya bayi ini akan kelua
"Kak ..., izinkan aku tinggal kembali di sini," lirihnya. Kulihat setetes air keluar dari sudut matanya. Salsa makin terlihat sangat mengenaskan. "Salsa ..., akhirnya kamu datang juga!" Tiba-tiba Ibu datang, seketika ia menghampiri Salsa dan langsung memeluknya erat. "Ibu ..., maafkan Salsa ...!" Tumpah semua air mata wanita berusia dua puluh tiga tahun itu."Ada apa, Salsa? Ceritakan pada Ibu!" desak ibu khawatir."Bu ..., izinkan Salsa kembali ke rumah ini, ya!" pinta Salsa dengan sungguh-sungguh.Seketika Ibu menatapku, mungkin meminta pendapatku."Ada apa denganmu, Salsa? Apa Dani macam-macam denganmu? Dia selingkuh lagi? Atau jangan-jangan dia menelatarkanmu?" selidikku, tak sabar ingin tahu alasannya."Tidak, Kak. Aku tidak ada masalah dengan Mas Dani. Semua baik-baik saja. Mas Dani bertanggung jawab padaku," elak Salsa."Lalu, ada apa kenapa kamu terlihat begitu sedih seperti itu?""Kami diusir dari rumah orang tuaku."Tiba-tiba saja sosok itu datang. Sosok orang yang sangat
32Pagi ini suasana kacau, tangis Kayla tiada henti meraung-raung entah maunya apa. Kulihat Ibu sudah mencoba berbagai cara untuk bisa menenangkan bayi berusia tiga bulan tersebut. Tapi nihil, Kayla terus saja mengamuk dalam pangkuan Ibu Sementara itu, Salsa entah dimana berada. Di saat anaknya menangis, dia malah tak terlihat batang hidungnya. Tak habis pikir bagaimana Slasa menjaga Kayla selama sebulan lebih ia meninggalkan rumah ini. Mengingat bahwa sedari awal Salsa ogah-ogahan mengurus bayinya itu. Pantas saja Mamanya Dani mengusirnya dari rumah, mungkin karena tak tahan akan tingkah Salsa yang kini sangat berbeda. Aku sudah selesai mengurus Dewa, bayi kecilku itu kini sudah kembali tertidur setelah mandi dan kususui barusan. Maka aku berinisiatif menggendong Kayla, menggantikan tugas Ibu. Kasihan juga melihat Ibu yang kepayahan berusaha menenangkan tangisnya Betapa aku terkejut ketika menggendong bayi mungil ini. Bahkan Dewa yang baru satu bul