Share

04. Firasat

Author: Anjar Putri
last update Last Updated: 2021-09-05 16:33:44

Yosi menyenggol Daniel yang ada di sebelahnya. Dia menggerakan kepala, berkode menanyakan kenapa dan ada apa gerangan dengan Jeno yang kerap kali gagal melakukan trik skateboard bahkan dengan trik yang paling dasar seperti kickflip Jeno gagal, padahal dia jagonya skateboard.

"Gak tau!" Ketus Daniel.

Yosi melengos, dia mengangkat wajah saat Jeno dan Yedam kembali. "Main lo jelek banget, Jen. Kebanyakan galau!" Hardik Yedam duduk di sebelah Yosi lalu menyambar botol berisi rendalam air lemon kemudian meminumnya hingga setengah.

Daniel melirik, Yosi merangkul bahu Jeno lalu menepuknya pelan "kenapa lagi, hm?"

Jeno melihat ke arah lintasan dengan mata menyipit, tangannya merogoh botol yang tertindih jaket Daniel "Gak tau, perasaan gue gak enak terus dari tadi."

"Gak enak, ya di enakin lah. Kasih garem kek."

Jeno memukul kepala Daniel menggunakan botol yang isinya setengah kosong membuat cowok itu mengaduh dan balas memukul. Yosi yang ada di dekat mereka langsung memisahkah padahal Yedam sudah nyengir senang melihat keributan. "Udah ... udah! Semenjak jadi saudara makin rajin berantem ni dua."

Yedam tertawa, dia menutup botol lalu mengapitnya "biarin aja, bang. Tanda-tanda akur."

Jeno melempar botol kosong yang isinya baru saja di tenggak habis ke tong sampah lalu berdiri "Dahlah cabut aja gue." Ucap Jeno meraih jaket lalu pergi membuat Daniel, Yosi dan Yedam kompak mengangkat wajah lalu melihat kearah perginya Jeno.

"Lah pergi." Seru Yedam

"Biarin ajalah." Kata Daniel tidak peduli.

Yosi menoleh kearah Daniel, dia menyerngit "lo ada masalah apa sama Jeno? Kenapa sekarang bodo amat padahal dulu kalian saling bergantung."

"Males." Jawab Daniel seadanya, dia meraih bunga yang baru saja jatuh di pahanya lalu memotek satu persatu kelopak bunga itu.

"Lo kesel karena bokap lo nikah sama nyokap Jeno?" Daniel diam, dia melihat depan dengan mata sipit karena silau dari pantulan cahaya matahari sore dengan lintasan skateboard, lalu kembali sibuk pada kelopak bunga. "Harusnya kalau kesel lo keselnya sama bokap atau nyokap baru lo jangan sama Jeno. Kasian Jeno kena imbasnya."

"Dia juga kesel sama gue kan?! Jadi impas."

"Kata siapa? Beberapa hari lalu dia ke kos lo buat numpang tidur kan?! Berati dia masih anggap lo teman."

"Itu namanya bukan menganggap teman tapi memanfaatkan teman." Sarkas Daniel.

Yosi mendengus, Daniel masih tampak tidak peduli. Mereka kompak mengangkat wajah saat Yedam kembali ke lintasan saat temannya memanggil. Belum sempat menunduk, sebelah alis Daniel terangkat saat Jeno datang dengan wajah bingung.

"Ada yang ketinggalan, Jen?" Tanya Yosi.

Jeno memegang saku belakang celan, dia melihat kandong jaket lalu melihat area bawah "kunci ada, HP aman, dompet juga aman." Gumam Jeno lalu pergi membuat Daniel dan Yosi memperhatikan dengan wajah bingung.

"Dia kenapa deh?" Tanya Daniel heran yang tak lama Jeno kembali seperti mencari sesuatu membuat Daniel gatal untuk berkomentar "apa lagi? Mau mungut jejak kaki yang ketinggalan?"

Bagaikan tidak mendengar ledekat Danel, Jeno melihat Yosi. "Kunci gue mana?"

Yosi menatap Jeno bingung "itu, lo jadiin cincin" tunjuk Yosi dengan kepalanya.

Jeno melihat jarinya, dia meringis "oh iya. Haha." Ucapnya tanpa beban.

"Lo kenapa sih? Kalau belum mau cabut ya sini duduk jangan kayak orang idiot!"

Jeno tidak peduli dengan ledekan Daniel, dia segera ke parkiran membuat Daniel kesal karena marahnya tidak di respon. Akhirnya Yosi yang harus menenangkan Daniel agar tidak meledak.

Jeno menancapkan kunci. Dia memeriksa lagi kantongnya, meemriksa HP dan dompet aman di tempatnya. Entah kenapa rasa was-was Jeno semakin menjadi membuat badannya tidak nyaman dan membuat dirinya seperti orang ling-lung.

Jeno duduk di motor, dia meraih helem lalu memakainya. Baru setengah kepala masuk, Jeno melepas kembali helemnya lalu mengecek barangnya sekali lagi. "Aman semua. Kenapa gue ngerasa kayak ada yang tertinggal?"

Jeno kembali memakai helem, belum semua kepalanya masuk, Jeno terlonjak saat ada yang mengagetinya dengan suara keras. Jeno merengut. Dia melepas helemnya lalu menatap orang yang sedang nyengir itu dengan raut kesal. "Apa?" ketusnya.

"Galak amat sama saudara sendiri, buset!"

"Dih mau banget gue akuin saudara?"

Yuna memutar bola mata. Kalau saja dia tidak butuh, dia tidak akan menghampiri Jeno yang tengilnya 11/12 dengan Daniel. "Nebeng dong." Pintanya "Sekarang kita kan saudara jadi gak bakal jadi skandal kencan."

"Gak! Gue mau ke salon." Tolak Jeno mentah-mentah. "Daniel di lintasan, sana minta antar dia."

Yuna berdecak. Dia smirk saat melihat kunci Jeno. "Oh ...

Engga mau nih? Yaudah!" Ucap Yuna memainkan kunci membuat Jeno kesal.

"Oke! Oke. Naik!"

Yuna melempar kunci yang langsung di tangkap Jeno "nah gitu dong." Ucapnya lalu naik. "Deket apartmen cowok gue ada salon. Tenang. Walau gue nyusahin tapi gue punya solusi."

"Baek-baek, jangan keseringan main ke apartmen cowok."

"Dih, perhatian lo?!"

Jeno tidak menggubris. Dia menancapkan kuci, mengecek barangnya sekali lagi lalu memakai helem dan pergi.

"Semoga cuman firasat kosong." Batin Jeno.

⚠️⚠️⚠️

Dirgantara kembali keruangannya setelah tiga jam rapat karena ada kendala untuk produk baru yang akan launching. Dia lega karena langsung memiliki ide untuk mengatasinya. Terkadang Dirgantara tidak paham dengan dirinya, dia selalu saja memiliki ide gila yang selalu muncul dalam kondisi apapun bukan hanya saat terdesak. Dia harus banyak-banyak bersyukur pada Tuhan dan mengucap terima kasih pada orang tuanya karena mencukupi nutrisi dan pendidikannya.

Dirgantara terlonjak saat membuka pintu mendapati seseorang duduk santai di sofa ruangannya. Dia dengan terang-terangan menunjukkan raut protes saat masuk. "Ada masalah apa yang membuat kamu kesini?"

Orang itu berdiri, dia menghadap Dirgantara yang baru saja duduk di kursi "Jeno kamu hasut apa?"

Dirgantara mengangkat sebelah alis.

"Kamu apakan Jeno sampai dia tidak mau menurut lagi dengan ucapanku? Kamu hasut apa? Kamu sogok apa?"

Dirgantara tertawa, dia menarik jasnya "aku tidak pernah menghasutnya, Jesica! Kalau sekarang dia tidak menurut denganmu jangan salahkan aku. Berkaca dengan apa yang sudah kamu lakukan ke dia."

"Jangan sok suci, Dirgantara. Kamu juga banyak menuntut ini-itu ke Jeno."

"Yang banyak mau dan banyak menuntut kamu, Jesica! Aku hanya memberinya kafe supaya seperti temannya yang bisa membangun kafe. Aku membelikannya mobil supaya semua orang tahu kalau baru berkarir di dunia entertaiment dia langsung memiliki mobil mewah. Atau aku memberinya hadiah pulau agar tidak kalah dengan fans-barnya Jeno yang memberinya 10% saham di K Entertaiment. Hanya itu."

"Itu namanya kamu memanjakan dia! Jeno harus mendapat apa yang dia mau dengan bekerja keras, dengan usahanya sendiri."

Dirgantara tertawa "Hak asuk Jeno jatuh di tanganku, Jesica kalau kamu lupa. Jadi kamu tidak perlu mengaturku bagaimana mendidik Jeno. Aku punya cara sendiri untuk mendidiknya"

Jesica smirk  "apa kamu tahu hari ini Jeno bolos sekolah, hm?" Dirgantara diam membuat Jesica tertawa "itu cara mendidik anak yang benar?" Sindir Jesica lalu bersiap pergi "aku kan merebut hak asuh Jeno!"

"Tidak akan bisa!"

Sebelum menutup pintu, Jesica smirk melihat Dirgantara dengan tatapan remeh "lihat saja nanti." Ucapnya lalu menutup pintu membuat Dirgantara melempar sebuah gelas kopi yang tersaji di mejanya.

"ARGGHHH!! Sial!" Dirgantara memandang pintu dengan berapi-api. Dia tidak akan membiarkan Jesica mengambil Jeno darinya. Bagaimanapun juga Jeno harus tetap bersamanya dan menjadi kebanggaannya apapun yang terjadi.

Dirgantara merogoh ponsel yang ada di sakunya, dia menekan beberapa tombol lalu mengirim pesan ke orang kepercayaannya. Dirgantara smirk "kamu salah memilih lawan, Jesica."

⚠️⚠️⚠️

--Kira-kira siapa yang akan menang? Mereka ini sama-sama kuat, sama-sama berkuasa dan memiliki banyak uang maupun orang--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku (bukan) sugar baby   27. Ngomongin masa depan

    "Kita enggak jadi break?"Yuna yang baru keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dari sisa pergulatan panasnya dengan Jonathan berjalan kearah bajunya yang tergeletak di bawah tempat tidur.Dengan santainya cewek berambut panjang lurus itu membuka kimono handuknya lalu membungkuk memungut bra. "Eung ... enggak. Kayaknya aku bisa jalani keduanya."Jonathan yang duduk bersandar pada kepala kasur dengan tubuh bagian atas yang di biarkan terkespos mengangguk. "Bagus deh. Jadi aku enggak perlu nahan-nahan kalau kangen.""Nahan apa?""Nahan kangen, sayang!"Yuna mengangguk saja. Kini dia memakai CD lalu mengambil seragam sekolahnya. Sebelum memakainya, Yuna melihat kearah Jonathan. "Kak ..." panggil Yuna membuat Jonathan yang akan mengambil ponsel di nakas untuk cek email, menoleh. "Boleh sekali lagi enggak?""Apanya?" Goda Jonathan pura-pura tidak paham."Itu!" Yun meletakkan seragamnya lalu kembali membuka CD

  • Aku (bukan) sugar baby   26. Meja roboh

    "Udah sampai. Turun!"Daniel turun dari motor saat Jeje menghentikan motor di depan rumah sederhana yang sampingnya langsung terhubung dengan toko yang tutup karena tidak ada yang jaga karena ibu Jeje menunggui eyang sakit.Kepala Daniel terdongak ke atas saat melihat pohon anggur merambat dari tiang ke atas mengikuti kerangka membentuk payon membuat sekitarnya jadi adem juga sejuk. "Keren banget. Mendiang nyokap gue dulu pernah mau buat kayak gitu tapi gagal terus padahal udah datengin ahli taman."Jeje yang baru melepas helem menoleh. "Itu udah lama. Sebelum gue lahir kayaknya." Ucap Jeje mengajak Daniel ke teras rumahnya. "Bagus, ya? Tapi enggak pernah berbuah."Daniel menyerngit. "Kenapa?"Jeje mengedikkan bahu sambil mencari kunci rumah yang ada di bawah pot. "Mana gue tahu." Jawabnya lalu kearah pintu saat menemukan kunci rumah. "Walau enggak berbuah setidaknya masih bermanfaat buat adem-ademan rumah."Daniel mengangguk set

  • Aku (bukan) sugar baby   25. FWB

    "Arghh ... akhirnya sampai rumah." Lenguh Jeno sambil mematikan mesin motor. Cowok tampan itu melangkahi motornya untuk turun lalu melepas helem kemudian meletakkan di gantungan khusus agar helemnya terangin-angin. Jeno berjalan masuk rumah melalui pintu samping yang langsung terhubung dengan pantri. Melihat ada kue cubit di atas piring, Jeno mendekat. "Wah enak kayaknya." Ucap Jeno saat melihat coklat yang lumer. Tanpa cuci tangan, cowok tampan itu mencubit kue lalu di masukkan ke mulut dalam sekali hap membuat mulutnya mengembang penuh, kemudian berlalu. Jeno memanjangkan kepala, cowoka tampan yang hendak naik tangga itu mengurungkan niatnya saat mendengar gonggongan anjing-anjing kecilnya membuat Jeno mendekat dengan riang. Jeno tersenyum saat Leon menyambutnya. Cowok tampan itu melepas tasnya lalu meletakkan tasnya sembarang di luar kandang. Jeno mengulas puncak kepala Leon dengan telunjuk "Hei, si ganteng." Sapanya membuat Leon

  • Aku (bukan) sugar baby   24. Tahan!

    "Hai, kak."Jonathan tersenyum simpul, reflek memanjangkan kepala melihat ke luar jendela saat taxi yang di tumpanginya bergerak karena traffic light sudah berubah hijau. "Daniel motornya baru?" Ucap Jonathan entah bertanya atau menyindir.Yuna reflek menoleh saat Yosi belok ke pertigaan sedangkan taxi yang di tumpanginya lurus. "Itu Yosi, kak.""Yosi?"Yuna mengangguk, cewek berambut lurus panjang itu melepas helem lalu merapat ke Jonathan. "Jangan salah paham dulu. Aku cuman nebeng dia ke tempat bimbel." Bujuk Yuna meletakkan helem di pangkuan.Jonathan mengangguk-angguk, sebenarnya dia tidak mempermasalahkan. Malahan awalnya mengira kalau itu bukan Daniel, Jeno. Cowok berusia dua puluh lima tahun itu yang tadi melamun melihat keluar jendela tersenyum saat Yuna menjadi objek lamunannya. Jonathan memperhatikan Yuna karena rindu pada kekasihnya."Enggak jadi berangkat bimbel?""Jadi ..." jawab Yuna. Cewek berambut lu

  • Aku (bukan) sugar baby   23. Bantuan

    "Juwita kabur.""Kabur gimana?"Sekembalinya dari area kolam renang samping rumah, Miss Dara duduk di sofa. Wanita itu meraih kopi yang maid siapkan saat dirinya datang tadi dengan sebelah tangan memegang ponsel melapor pada Dirgantara. "Dia enggak ada di rumah. Tiba-tiba ilang.""Ngaco! Mana mungkin, Dara! Dia enggak tahu Jakarta."Miss Dara menyesep kopinya. "Aku enggak bohong, Dirga. Juwita enggak ada di kamarnya. Maid udah cari keliling rumah sampai garasi, taman, depan gerbang. Enggak ada!""Pas gue tinggal anaknya masih, kok.""Iya, waktu maid panggil juga masih. Tapi enggak tahu tiba-tiba ilang.""Ck! Gue lagi di luar kota."Miss Dara meraih tasnya yang ada di meja untuk mencari TWS agar mudah melakukan aktivitas lain. "Terus gimana?" Tanya Miss Dara kini memasang TWS lalu meraih ipad untuk melihat calon model yang tidak bisa di urusnya penuh karena harus mengajar Juwi malah Juwi-nya menghilang.Dirgantara m

  • Aku (bukan) sugar baby   22. Sembunyi

    "Ice Americano ... sama toast tuna.""Hanya itu, kak?"Jonathan melihat etalase yang penuh cake, ice cream, susi dan berbagai macam makanan ringan lain yang tersusun rapi di dalam. "Hanya itu." Putus Jonathan karena dia harus menjaga berat badan."Pembayaran case atau pakai kartu?""Case.""Total dua ratus sepuluh ribu ya, kak."Jonathan mengeluarkan dompet lalu mengambil uang pas untuk di berikan pada kasair. Setelah mendapat struk pembelian Jonathan menerima nampan berisi pesanannya. "Terima kasih." Ucap Jonathan lalu ke meja singel yang ada di dekat jendela.Cowok berusia 25 tahun itu melepas sedotan dari pembungkus plastik lalu menancapkan ke ice Americanonya. Jonathan melihat area luar sambil menyesep kopinya. Atensinya melihat lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki yang melewati kafe.Jonathan mengerjab saat sebuah mobil mewah berhenti di depan kafe tempatnya berada yang tak lama beberapa pejalan kaki mendekat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status