Share

7. Mari Kita Bicara

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-07 15:10:32

AKU DI ANTARA KALIAN

- Mari Kita Bicara

"Kenapa diajak ke sini? Arsha kan masih sakit?" Pria menjulang di depan pintu akhirnya masuk ke dalam. Arsha berlari memeluk ayahnya. Bocah itu tersenyum menampakkan gigi kecilnya yang berjajar rapi.

Manggala langsung mengangkat dan menggendongnya. Lengan kecil Arsha melingkar di leher. Manggala mencium kening Arsha dam merasakan kalau suhu tubuh anak itu sudah normal.

"Arsha sudah sembuh. Mas, kok tahu kami di sini?"

"Aku tadi mau pulang, lewat depan sana dan melihat motormu di bawah pohon mangga. Ayo, kita pulang. Biar Arsha naik mobil bersamaku." Manggala berbalik hendak melangkah, tapi Kiara mencegahnya. "Mas, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan." Suara Kiara terdengar biasa, tapi ada ketegangan di sorot matanya.

Langkah Manggala terhenti. Dia kembali memandang pada Kiara yang masih duduk di tikar. "Bicara apa?"

"Bagaimana kalau kita bicara di sini saja?"

Setelah berpikir sejenak, Manggala mengangguk. Kemudian dia keluar untuk mengambil snack, air mineral, dan dua porsi siomay yang dibelinya waktu dia ke kota tadi.

Arsha duduk anteng sambil makan snacknya. Sementara Kiara dan Manggala menikmati siomay.

"Kamu ingin bicara apa?"

Kiara menatap ke luar pintu, lalu menghela napas panjang. Dia minum seteguk air baru mulai bicara. "Tentang hubungan kita bertiga. Cepat atau lambat, pernikahan Mas dengan Mbak Nada akan terbongkar. Mbak Nada dan keluarganya nggak mungkin selamanya diam. Dia istri Mas juga. Pasti ingin diakui dan dikenalkan pada keluarga Mas di sini.

"Bagiku itu wajar. Dia sudah bersama Mas sekian lama. Dan tiba-tiba aku masuk menjadi penghalang di antara kalian. Aku minta maaf. Aku datang membawa kekacauan dalam hubungan kalian."

Manggala masih diam mengunyah makanannya sambil mendengarkan Kiara bicara.

"Apalagi nanti kalau dia hamil, pasti menginginkan orang tua Mas Gala tahu kalau dia hamil cucunya. Dia juga nggak ingin selamanya dengan status pernikahan siri."

"Apa maksudmu membahas hal ini?"

Kiara menggigit bibir bawahnya. "Harus dibahas, Mas. Kalau aku menerima kondisi seperti ini, mungkin nggak bagi Mbak Nada dan keluarganya. Bagaimana kalau kita bercerai saja?"

Sejenak udara di antara mereka seperti membeku. Tatapan Manggala tajam pada istri yang duduk berhadapan dengannya.

"Aku pikir itu yang terbaik untuk kita bertiga. Ayah dan Ibu pasti bisa memahami. Mas, sudah berkorban banyak selama ini. Kalau rahasia ini terbongkar ke banyak orang, aku sudah siap. Maaf, aku sudah menjadi duri dalam hubungan kalian. Mas, bisa hidup bersama Mbak Nada dengan tenang. Aku akan pergi." Suara Kiara mulai serak. Tapi berusaha untuk tidak menangis.

"Pergi ke mana?"

Kiara menelan saliva seraya memandang Arsha yang asyik makan jajanannya. Anak itu juga sibuk mengutip snack yang jatuh ke tikar lalu memasukkan ke mulut kecilnya. Melihat itu, dada Kiara terasa sesak. Anak yang tidak berdosa, terjebak dalam pusaran permasalahan orang dewasa. Dan mungkin saja badai yang lebih besar sedang menunggu di depan.

"Aku tanya, kamu mau pergi ke mana kalau bercerai?" ulang Manggala disaat istrinya masih diam.

"Pasti ada jalan untuk aku dan Arsha."

"Kamu ingin membawanya tinggal di rumah ini?" Manggala memperhatikan kondisi rumah yang butuh banyak pembenahan.

Tentu saja tidak. Kiara akan membawa anaknya pergi jauh dari mereka. Modal nekat, karena tidak memiliki cukup tabungan, tidak memiliki keluarga yang dituju. Secara hukum negara dan agama, Arsha bukan siapa-siapa di keluarga besar Gatot Sancoko. Hanya ada hubungan darah saja. Jadi Arsha sebenarnya juga tidak memiliki hak apapun. Kiara dan Arsha hanya menumpang hidup dan berlindung.

"Kamu pikir, dengan pergi bisa menyelesaikan semuanya? Setelah membuat kekacauan dalam hidupku. Lalu seenaknya bilang cerai dan pergi meninggalkan semua ini."

Hening. Kiara memandang Manggala sejenak. Apa yang diinginkan suaminya? Tetap menjalani hubungan seperti ini, supaya Kiara tersiksa karena sudah mengacaukan hidupnya. Apa ini bentuk sebuah pembalasan untuknya? Tapi Manggala bukan pria seperti itu.

"Kamu pikir hidup di luar akan mudah. Nggak, Kiara. Kamu pergi justru membuat semuanya makin rumit. Untuk hidupmu, juga aku."

Dahi Kiara mengernyit. Apa maksud perkataan Manggala. "Kamu dan Mbak Nada bisa bersama, Mas. Nggak perlu main rahasia lagi."

Manggala mengatupkan rahangnya. "Dia bisa menerima keadaan seperti ini. Sudah sore, mari kita pulang sekarang."

Banyak yang ingin dibahas Kiara, tapi Manggala keburu berdiri sambil menggendong Arsha. Nada tidak seperti itu. Dia mulai memperjuangkan posisinya. Apa Manggala tidak tahu? Atau bagaimana.

Kiara memperhatikan Manggala yang melangkah keluar. Ada kesungguhan di sana, tapi juga kepedihan yang membuatnya makin bingung. Ia ingin bertanya lebih banyak, tapi sorot mata Manggala terlalu tegas untuk membuatnya berhenti bicara. Mereka sebenarnya sedang berdiri di antara banyak rahasia.

Setelah keluar rumah, Kiara kembali mengunci pintu. Manggala membawa Arsha sambil menyetir mobil, sedangkan Kiara melaju di depan mereka.

Suasana mulai redup karena langit telah berubah abu-abu. Angin sore berembus sepoi-sepoi. Mengibarkan ujung jilbab yang dipakai Kiara. Beberapa orang yang pulang dari sawah menyapanya dan Manggala saat mereka bersimpangan.

🖤LS🖤

Setelah percakapan sore tadi, Kiara makin canggung. Padahal Manggala bersikap seperti biasanya.

Mereka duduk berdua menikmati makan malam. Sedangkan Arsha sudah tidur lebih awal. Kali ini makan agak malam karena Kiara harus memasak dulu.

Tidak ada ART. Kiara yang melakukan semuanya sendirian. Manggala khawatir rahasia mereka akan terbongkar kalau ada orang luar tinggal bersama. Makanya kadang Kiara terlihat begitu lelah. Mengurus bayi, mengurus rumah. Belum lagi saat terlelap, Manggala membangunkannya.

Namun terkadang Manggala membelikannya lauk dari luar, Kiara tinggal masak nasi.

Ketika hampir selesai makan, Pak Gatot datang ke rumah. Kiara menawari makan malam dan sang mertua yang biasanya menolak, kali ini mengangguk. Kiara senang, dengan cekatan mengambilkan piring lalu membuatkan teh hangat.

"Kenapa kamu nggak ngomong kalau sedang mengurus perizinan usaha di Surabaya?" Sambil makan Pak Gatot menegur putranya. Membuat Manggala terkejut. Kiara juga kaget. Jadi Manggala tidak berbohong kalau dia membuka usaha di Surabaya. Dipikirnya, Manggala pergi hanya untuk bertemu Nada saja.

"Dari mana Ayah tahu?"

"Kamu ingin membuka cabang jasa transportasi kita di sana? Kenapa nggak ngobrol dulu sama orang tua. Seenaknya membuat keputusan. Ayah memberimu kuasa dan kepercayaan, tapi tetap saja harus ada obrolan sebelum bertindak.

"Mungkin itu uangmu sendiri. Tapi tetap saja harus ngobrol karena armada yang di sini pasti sebagian dipindah ke sana." Pak Gatot memandang putranya dengan raut marah dan kecewa.

"Kamu juga pinjam nama orang untuk usaha itu? Siapa Daryono?"

"Sudah kubatalin kemarin, Yah. Nggak kulanjutkan lagi."

"Kenapa?"

"Karena aku yakin Ayah nggak akan setuju."

"Benar karena itu alasannya?" tatapan Pak Gatot penuh selidik pada Manggala.

"Ya," jawab Manggala singkat. Dia tidak menyangka sang ayah akhirnya tahu dengan apa yang dilakukannya.

Ponsel yang berdering seolah menyelamatkan Manggala dari ayahnya. Namun ketika meraih benda itu, ternyata Nada yang menelepon.

Next ....

Selamat membaca 🫶🏻

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (25)
goodnovel comment avatar
Andi Umi Khoiria
lanjut dong,,seruh dan sedih aku bacanya ...
goodnovel comment avatar
Sing Due Tanggul
sungguh meyayat hati
goodnovel comment avatar
Rina Naura Arka
kena banget ke hati..ikutan nyesek..sumpah.. semoga bahagia kiara dan gala
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku di Antara Kalian   145. Kebebasan 3

    "Kenapa harus aku yang tanggungjawab. Belum tentu itu anakku. Bisa jadi itu anak suamimu." Lelaki itu mengelak. Sebab sejak awal tidak ada komitmen di antara mereka, selain mencari selingan."Dia anakmu. Aku berani tes DNA," tantang Nada."Aku nggak butuh tes DNA. Karena aku nggak akan bisa menikahimu. Aku punya istri dan anak." Lelaki itu diam sejenak. "Atau gugurkan saja."Nada kebingungan apalagi Manggala juga menjatuhkan talak padanya. Padahal dia berharap, bisa merayu suaminya itu untuk menghabiskan satu kesempatan saja bersamanya. Namun gagal. Manggala justru meninggalkannya.Tiga hari setelah talak Manggala jatuh, Nada dan selingkuhannya mendatangi seorang bidan yang pernah menangani aborsi. Namun bidan itu menolak. Berbagai cara ditempuh Nada, tapi tidak ada hasilnya. Bayi itu tetap bertahan di rahimnya. Karena itu Nada kembali mengejar Manggala dan menempuh segala cara. Termasuk mendatangi rumah orang tua mantan suaminya. Karena sudah kehabisan akal, Nada kecewa dan marah, ak

  • Aku di Antara Kalian   144. Kebebasan 2

    Manggala mengambil posisi miring dan mengecup kening istrinya. "Kamu nggak akan kehilangan lagi, Ki. Aku masih di sini. Masih bernapas. Masih bisa memelukmu. Kita akan tetap bersama membesarkan anak-anak," ucap Manggala lembut sambil menatap mata Kiara. "Sedalam apa perasaanmu padaku?"Duh, pertanyaan itu membuat Kiara merona dan malu. Pipinya bukan hanya menghangat, tapi memanas. Apalagi saat memandang sorot mata serius dari suaminya."Perasaanku lebih dari yang bisa kujelaskan pakai kata-kata, Mas. Kamu segalanya bagiku dan Arsha.""Tapi bisa dikatakan kan, Ki. I love you, Mas. Begitu misalnya." Manggala benar-benar menggoda istrinya.Kiara tersipu. Dia diam sejenak lantas kembali menatap wajah suaminya. "I love you, Mas," ucap Kiara akhirnya.Manggala tersenyum lebar. "Nah, gitu kan enak didengar. I love you more, Kiara." Hening beberapa detik. Hanya detak jantung mereka yang sama-sama berdentum lembut. Manggala terus menatap wajah yang merona, sedangkan Kiara benar-benar terperan

  • Aku di Antara Kalian   143. Kebebasan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Kebebasan "Sebentar ya, Mas angkat telepon dulu," kata Manggala. Kiara mengangguk dan dia masih duduk di tempat sambil mendengarkan. Pertama saling berbasa-basi bertanya kabar. Suara wanita di seberang terdengar sangat renyah dan ramah. Kiara tidak mengenal wanita itu secara langsung. Jadi sifatnya bagaimana, ia tidak tahu. Dipikirnya tadi ada maksud lain. Tapi ternyata semakin ke sini, yang dibahas masalah pekerjaan. Sepertinya Denti akan memesan perabot dalam skala besar. Perbincangan itu sangat serius. Manggala berdiri dan mengambil buku dan pulpen dari rak dekat televisi. Kemudian mencatat beberapa hal."Okelah, kapan Mbak Denti bisa ke Gudang. Nanti aku tunggu di sana. Sepertinya lebih jelas kalau ketemu secara langsung. Kita juga bisa negosiasi tentang harganya. Mbak, juga bisa melihat banyak pilihan di katalog kami. Atau kalau mau bikin model sendiri juga bisa, disesuaikan dengan situasi tempat dan ruangan. Ada tim yang bisa diajak konsultasi di kantor

  • Aku di Antara Kalian   142. I Love You 3

    "Mas, apa yang kamu rasakan? Masih pusing?""Masih sedikit, tapi lebih enak dari semalam.""Alhamdulillah." Kiara lega. Kiara beranjak untuk mengambil baskom dan waslap, mengisinya dengan air hangat untuk menyeka tubuh suaminya. Manggala merasakan perhatian yang begitu dalam. Sejak awal menikah, Kiara sudah begitu baik menjalani perannya sebagai istri. Namun kali ini rasanya berbeda. Manggala merasa sangat beruntung memiliki istri yang hebat dan kuat menurut versinya."Arsha nggak rewel tadi malam?""Semoga saja nggak, Mas," jawab Kiara."Terima kasih, Ki. Mas bahagia memilikimu." Manggala menggenggam tangan Kiara yang memegang waslap di dadanya. Mereka saling pandang. Kali ini Kiara tak canggung lagi. Membalas tatapan itu penuh perhatian. Memang ada Narendra di antara mereka. Lelaki yang terkadang menatapnya penuh makna tiap kali mereka tanpa sengaja bertemu. Sesekali membuat dada Kiara berdesir. Sebab mereka memang memiliki kenangan yang cukup indah di masa lalu. Narendra juga sa

  • Aku di Antara Kalian   141. I Love You 2

    Bertahannya sebuah pernikahan, tergantung bagaimana seorang suami mempertahankan. Manggala pernah membuat kesalahan yang tidak semua perempuan bisa menoleransinya. Namun ia tidak pernah berucap hendak meninggalkan Kiara. Sementara Kiara sendiri tidak akan pergi selagi Manggala tidak melepaskannya."I love you, Ki." Manggala memandang serius.Kiara tersenyum sambil berkaca-kaca. Bibirnya sampai bergetar menahan supaya tidak menangis. "Terima kasih ya, Mas. Untuk semuanya. Mas, yang membuatku merasa berharga lagi.""Mas yang harus berterima kasih karena sudah memberikan peluang kedua. Kamu wanita hebat, Sayang. Kita udah melewati masa paling sulit. Dan kita masih bersama. Sebentar lagi akan lahir bayi kembar kita."Kiara mendekati wajah dan mengecup pipi suaminya. "Aku bangga sama kamu, Mas. Aku bahagia jadi istrimu."Manggala terharu. Dia hanya bisa mengusap lembut bahu istrinya. Ingin memeluk tapi tidak bisa karena terhalang perut besar Kiara.Saat mendengar langkah kaki, Kiara buru-b

  • Aku di Antara Kalian   140. I Love You 1

    AKU DI ANTARA KALIAN- I love you Kiara panik kemudian turun dari pembaringan. Sambil menyangga perutnya, ia menghampiri sang suami. Kemudian menekan tombol nurse call warna merah yang menempel di dinding atas kepala tempat tidur.Diraihnya tisu untuk mengelap bibir Manggala. Netra Kiara sudah berkaca-kaca, sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. "Apa yang Mas rasain?""Mas nggak apa-apa. Memang sejak pagi tadi sudah terasa mual." Manggala menahan lengan istrinya yang hendak menunduk membersihkan bekas muntahan. "Jangan, Ki. Kamu nanti jatuh. Panggil Yono saja."Kiara segera membuka pintu. Yono yang masih duduk bermain medsos segera bangkit dan masuk ke kamar. Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki yang tergesa di lorong kamar perawatan. Seorang perawat masuk. "Ada apa, Bu?""Suami saya muntah, Sus."Belum sempat perawat menjawab, masuk dokter yang berjaga malam itu. Dokter muda itu memeriksa Manggala dengan tenang, menanyai beberapa hal, lalu mengamati sorot mata d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status