Setelah memastikan hal ini, masih ada tiga hari lagi sebelum malam bulan purnama. Fandy berencana untuk menyerap potongan terakhir Tulang Naga Sejati dulu. Dia tidak ingin sesuatu di luar dugaan terjadi lagi. Dengan kekuatan Fandy saat ini dan keberhasilan pembentukan tubuh jiwanya, tidak ada seorang pun di Kota Bela Diri yang bisa melawannya.Siang hari di hari ketiga, matahari bersinar sangat terang hingga membakar bumi.Sepasang pria paruh baya dan wanita diam-diam mendekati sebuah rumah."Kak, a ... aku masih merasa agak takut. Bagaimanapun, ini rumah penyihir."Wanita yang terlihat ketakutan itu ditegur oleh pria tersebut."Jangan takut! Penyihir itu nggak pernah muncul selama hampir dua tahun. Dia pasti sudah pergi. Siapa tahu ada harta atau keterampilan yang bisa kita temukan saat masuk. Coba pikirkan, bukan berarti barang yang nggak disukai penyihir itu nggak berguna bagi kita."Keberanian orang pasti akan meningkat saat dihadapkan pada keuntungan. Seolah telah memikirkan sesua
Saat ini pikiran Fandy benar-benar kosong. Takutnya kalau kepingan giok itu melayang seperti aliran cahaya, dia tidak akan sadar.Fandy benar-benar tercengang. Ternyata kepingan giok ini juga berisi Teknik Rahasia Bela Diri. Benar, itu adalah bagian selanjutnya dari Teknik Rahasia Bela Diri.Saat itu Fandy sempat memperhitungkan mengapa Teknik Rahasia Bela Diri meningkat tiga kali lipat dan mungkinkah ada lanjutannya? Sekarang semua itu menjadi kenyataan.Setelah terbangun, emosi Fandy bercampur aduk."Yang namanya bahaya menyertai di setiap kesempatan itu memang benar."Dengan kekuatannya saat ini, Fandy menguasai bagian dari Teknik Rahasia Bela Diri dalam waktu singkat dan meningkatkan kekuatan Teknik Rahasia Bela Diri menjadi empat kali lipat."Masih ada lanjutannya atau nggak? Kalau ada, seberapa mengerikan peningkatan kekuatan tempur begitu aku menguasai semuanya?"Setelah merenung sejenak, Fandy merasa sangat gembira lagi.Karena ternyata setelah mempelajari bagian dari Teknik Ra
Fandy tersenyum. Harus diakui kalau Aldous ini sangat sulit dihadapi. Orang ini bisa memastikan ada yang berbeda dari lawan tanpa tahu persis apa itu, tetapi malah memilih untuk melarikan diri tanpa ragu."Kamu pikir bisa lari?"Neon muncul lagi tepat di depan Aldous seolah telah melakukan teleportasi. Kecepatan ini baru luar biasa."Hah! Kukira apa itu. Benda ini nggak akan bisa menembus pelindungku. Apa aku salah?"Cahaya merah muncul lagi dan menyatu untuk menghalangi Neon. Sayangnya ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Ada sesuatu yang hancur dengan suara retakan. Neon telah menembus Aldous seolah tidak menimbulkan luka.Sebenarnya hanya Fandy yang baru saja tiba mengerti kalau Aldous telah tewas dan jiwanya langsung musnah.Bahkan tatapan orang itu tidak menunjukkan emosi apa pun karena semuanya terjadi begitu cepat dan tidak terduga.Tubuh jiwa Fandy baru berhasil terbentuk dan hanya bisa mengerahkan 30% kekuatan tempur Neon, namun telah menciptakan perbedaan yang begitu besa
Fandy benar-benar terdesak sampai tidak ada pilihan lain. Apakah nantinya akan dirasuki atau tidak bisa dipikirkan nanti, jadi meskipun tubuh jiwa belum terbentuk sempurna, dia terpaksa menggunakan Neon untuk membunuh Aldous.Kehebatan orang ini benar-benar di luar dugaannya.Tepat saat Fandy mengira semuanya akan berakhir, Aldous tiba-tiba terdiam. Cahaya merah muncul di sekeliling, lalu membentuk gumpalan seukuran mangkuk untuk menghalangi Neon yang berjarak beberapa sentimeter dari alisnya."Apa!?"Fandy benar-benar tercengang. Ini pertama kalinya dia melihat Neon dihadang oleh seorang seniman bela diri. Kalau tidak lihat sendiri, dia pasti mengira dirinya sedang bermimpi.Aldous mencibir."Kamu murid Master Medis, mana mungkin nggak berlatih Teknik Kultivasi Jiwa setelah mencapai tingkat kekuatan bela diri tertentu? Kamu pikir aku berani muncul untuk membunuhmu tanpa persiapan matang?"Ternyata Aldous memiliki senjata pelindung jiwa yang seharusnya mirip dengan Perisai Tak Terbatas
Jawaban Aldous benar-benar membuat Fandy merasakan sesuatu untuk pertama kalinya."Haha, jangankan Kak Bella. Kalau Master Medis membuka segel kesembilan kakak seniormu, aku nggak akan bisa mengalahkan satu pun dari mereka."Semua kakak senior punya segel? Apa maksudnya itu?Kemudian tidak peduli bagaimana Fandy membujuk, Aldous tidak mau mengatakan apa pun. Jadi Fandy pun menganggapnya sebagai omong kosong.Sepuluh menit kemudian, Aldous tiba-tiba menyerang dengan kekuatan penuh, membuat Fandy mundur cukup jauh. Namun karena lengah, dia terkena pukulan Fandy untuk pertama kalinya."Haha! Fandy, biar kutunjukkan padamu masa yang sudah kunantikan selama bertahun-tahun. Tanpa pertarungan sengit kita berdua, mustahil akan mencapai titik penyatuan ini!"Sambil berbicara, Aldous mengeluarkan sebuah benda dan merobek bajunya sebelum menekan benda tersebut ke bagian dada.Fandy terkejut sekaligus bingung karena dia pernah melihat benda itu sebelumnya. Itu adalah tulang yang melayang setelah m
Ketika seorang pria tua berambut acak-acakan muncul, akhirnya Fandy mengerti kalau orang tersebut memang datang mencarinya dan bukan sebuah kebetulan. Pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana dia bisa begitu berani?"Aldous, seharusnya ini adalah pertemuan pertama kita, 'kan?"Pria tua itu tersenyum."Benar."Fandy meregangkan leher. Dia sudah menantikan pertarungan ini. Fandy selalu menahan diri saat bertarung melawan ibunya dan akhirnya sekarang bisa dilampiaskan. Aldous jelas merupakan salah satu petarung terbaik."Kamu datang mencariku untuk membalaskan dendam muridmu yang bernama Alham itu?"Tidak disangka Aldous menggelengkan kepalanya."Nggak, aku malah harus berterima kasih padamu karena telah membunuh Alham. Aku percaya pada takdir dan nggak pernah coba mengaturnya. Hari itu di kaki Gunung Tiga Batu, kukira kamu pasti akan mati dengan kehadiran ketiga tetua Istana Surga. Nggak kusangka ternyata takdir malah berubah."Terima kasih? Fandy mengerutkan kening, tidak begitu mengerti