Share

Bab 104 Membelai

last update Last Updated: 2025-08-31 13:09:34

Menelan saliva kasar, jantung Murni pun bertalu dengan cepat. Apakah ia sedang bermimpi?

“Tidak usah buat kopi, saya hanya ingin berduaan saja sama kamu,” ucap Ello, bernada lirih.

Apa?! Apakah Murni masih berada di dunia nyata?

“Ehem … Mas Ello. Ada apa ini maksudnya?” tanya Murni, tingkahnya seketika gugup.

Senyuman mahal itu kini dengan mudahnya terulas dari bibir Ello. Pemandangan langka yang Murni dapatkan dari lelaki itu.

“Sumpah demi apa? Mas Ello senyum padaku?” batin Murni bersorak.

“Apakah saya harus menjelaskan apa yang tidak perlu saya jelaskan?” tanya Ello.

Seperti kayu, Murni berubah kaku. Namun, hatinya bersorak gembira. Apa yang ia nanti, ternyata bisa ia gapai. Berdua dengan Ello, di ruang yang sama. Apakah malam itu akan menjadi awal terjalinnya sebuah hubungan antara mereka? Murni sangat berharap.

“Kau cantik,” puji Ello.

Pipi Murni bersemu merah. Dipuji oleh lelaki yang disukai, tentu menjadi energi yang tiba-tiba muncul dalam diri. Ingin rasanya Murni berjingkrak.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 123 Modal Tangisan

    “Mas Ello, aku bisa buktikan aku lebih hebat dari Asri. Cepat atau lambat kau bisa kumiliki seutuhnya,” gumam Tari.Menatap pantulan diri di depan cermin. Tari tersenyum penuh kemenangan.“Polos sekali kamu, Asri. Modal tangisan saja, aku bisa menjebak kalian. Ck, ck, ck … kamu begitu naif!”Berjalan dengan santai, tanpa kruk di sebelah tangannya. Tari berjalan layaknya orang normal. Tanpa terpincang-pincang sedikit pun, kaki Tari berjalan dengan baik.Tari mendekati lemari, membukanya lalu diraihnya gaun malam. Tampak sangat terbuka dan transparan. Jika ia gunakan, besar kemungkinan tubuhnya yang indah akan terpampang jelas yang akan terlihat oleh Ello.“Aku tidak pernah menyangka, jika kehidupanku akan seperti ini. Menikah dengan lelaki tampan dan kaya raya, tentu menjadi impian banyak wanita. Hai, Tari, garis tanganmu membawamu sampai rumah ini. Dan … hahaha, sebentar lagi aku akan menjadi nyonya satu-satunya di rumah ini. Asri? Tempatmu bukan di sini!” Tari terkekeh, wajah manis i

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 122 Terjebak

    “Maksud kamu?” tanya Asri.“Dari cara bicaramu, aku menangkap sesuatu yang aneh. Katakan, apakah semalam yang tidur denganku adalah kamu?” tanya Ello balik.Asri menggelengkan kepala. Kenapa Ello bisa bertanya seperti itu? Apakah Ello sedang berpura-pura? Ataukah dia sedang menutupi perbuatannya semalam bersama Tari?“Semalam aku keluar dari kamar. Aku mendengar suara seseorang menangis. Aku mencari tahu, karena sudah 2 malam aku mendengarnya. Tapi … saat aku mau kembali ke kamarmu, kamu sudah menguncinya dari dalam. Aku tidak bisa masuk, aku sudah mengetuknya. Tapi kamu tidak juga membukanya. Jadi aku memutuskan untuk tidur di kamarku saja,” jawab Asri.Ello terbelalak, ia terdiam untuk beberapa saat. Ekspresinya menunjukkan ketegangan. Ada apa? Kenapa sikap Ello tiba-tiba berubah?Ello beranjak dari atas tubuh Asri. Keterdiaman menghampiri. Melambung di alam lamunan. Ello bergeming untuk beberapa saat.“Mas, kamu kenapa?” tanya Asri.Ello mengusap wajahnya kasar. Lantas berdiri lalu

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 121 Cemburu

    Asri keluar dari kamar, rasa penasaran kian membuncah dalam dirinya. Apa yang terjadi sebenarnya? Terus melangkah mencari sumber suara. Memeriksa di setiap ruangan. Namun, ia tidak menemukan apa pun di sana. Seperti semalam, suara tangisan itu kembali hilang. Menyisakan keheningan yang hakiki. Hanya denting jam yang selalu setia menemani di setiap hembusan napas. “Ah, sudahlah!” Asri membalikkan badan, kembali ke kamar Ello. Sebelah tangan meraih handle pintu. Beberapa kali ia putar. Namun, pintu tak kunjung terbuka. “Perasaan tadi tidak aku kunci,” gumam Asri. “Mas, buka pintunya!” Asri mengetuk pintu. Namun, tak ada sahutan sama sekali dari dalam. “Mas!” ulang Asri, masih tetap sama, Ello tak kunjung membukakan pintu. Kenapa? Kok bisa? Pertanyaan itu berkecamuk di dalam kepala. Apakah yang mengunci pintu itu adalah Ello? Asri memutuskan tidur di kamarnya bersama Rain. Tertidur pulas hingga keesokan paginya. Pagi-pagi buta, Asri telah bangun hendak membangunkan El

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 120 Suara Menyakitkan

    Asri bangkit dari posisi tidurnya. Semakin mempertajam pendengaran. Ya, ia memang mendengarnya.Suara yang begitu memilukan dari arah luar. Tangisan seseorang yang membuat Asri merasa penasaran.Setelah memastikan Ello tertidur pulas. Asri turun dari ranjang. Membuka pintu lalu keluar dari kamar.“Siapa yang menangis malam-malam begini?” gumam Asri.Mengedarkan pendengaran, mencari sumber suara. Namun, suara tangisan itu hilang kemudian timbul, dan hal itu terus berulang.Asri berjalan mencari sumber suara tersebut. Hingga ia berada di luar. Namun, suara itu telah hilang begitu saja. Siapa atau apa? Asri tidak tahu. Namun, suara itu semula sangat jelas terdengar.Asri mengedikkan bahunya, lantas kembali ke dalam kamar dan melanjutkan tidur hingga keesokan harinya.Asri terbangun dengan tubuh yang cukup segar. Saat membuka mata, hal yang pertama kali ia lihat adalah senyuman manis yang tersungging dari wajah tampan lelaki yang telah sah menjadi suaminya.“Tampan,” gumam Asri.“Ya, teri

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 119 Skenario

    Ello berlari masuk ke dalam kamar, merebut obat yang hendak diminum Asri dan melemparnya ke lantai.“Mas!” Asri terkejut, lalu menyimpan gelas berisi air ke atas nakas.“Apa yang kau lakukan?” tanya Ello.Asri bergeming, menatap satu butir obat yang jatuh di lantai. Kaku, Asri tak mampu menjawab. Wajah Ello terlihat marah.Ello meraih kemasan dari obat itu dari atas nakas. Menggenggamnya kuat, lalu menatap wajah Asri yang sembab.“Obat tidur, maksud kamu apa? Kamu menangis? Apa yang membuatmu seperti ini?” tanya Ello.Asri duduk di ujung ranjang, menghembuskan napas panjang. Menunduk dengan perasaan yang tak karuan.“Jawab!” seru Ello.Perlahan Asri mengangkat wajahnya, dengan bibir bergetar, ia menjelaskan apa yang ia lakukan.“Aku melakukannya karena tidak ingin mengganggu malam pertama kalian,” ujar Asri.Ello mengernyitkan dahinya.“Maksud kamu?”“Jika kamu ingin melakukannya bersama Tari, lakukanlah. Aku tidak akan mengganggu malam kalian. Jadi aku putuskan untuk meminum obat tid

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 118 Terpaksa

    Ello baru saja keluar dari kamar mandi. Berdiri di depan cermin, menatap pantulan diri dengan beberapa kali ia menyibak rambutnya ke belakang.Sengaja ia menyemprotkan parfum. Tak seperti biasanya ia melakukan hal itu. Namun, demi menyambut kedatangan Asri, ia ingin terlihat perfect dan ingin membuat Asri merasa nyaman di dekatnya.Entahlah, mungkin ini yang dinamakan kasmaran pada istri sendiri. Ello cukup tergelitik dengan tingkahnya yang mungkin berlebihan menurut sebagian orang. Namun, ia tetap melakukannya.“Sekarang harus lebih lama lagi. Rain butuh seorang adik biar ada temannya. Ya Tuhan, ternyata seperti ini rasanya menjadi seorang suami dan ayah.” Ello duduk di pinggiran ranjang. Tersenyum sendiri sambil bergumam.Ello tersenyum kegirangan, sepasang tangan tiba-tiba melingkar di perutnya.“Kenapa? Kau tak sabar ingin melakukannya?” tanya Ello.“Kamu tahu saja, iya aku juga ingin merasakannya. Sekarang tubuhku adalah milikmu!”Senyuman Ello memudar dengan drastis. Wajah dingi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status