Share

Bab 40 Sulit Dilepas

last update Huling Na-update: 2025-08-03 14:50:58

“Wih … bagus-bagus juga ternyata. Kalau dilihat-lihat, cantik juga kalau aku yang pakai,” gumam Debi.

Debi berdiri di dalam cermin. Menatap takjub perhiasan yang terlihat mewah itu. Gelang, cincin, anting, hingga kalung, tidak ada satu pun terlewat yang ia pakai.

“Asri, dapat uang dari mana kamu sebenarnya, sampai kamu bisa memiliki segalanya. Apakah dari selingkuhan kamu? Atau justru kamu mencuri?”

Debi berputar-putar di depan cermin, tak hentinya ia memuji diri sendiri dengan perhiasan yang melekat di tubuhnya.

“Sedang apa kamu di kamar ini?”

Debi mematung, terbelalak di depan cermin. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk waktu beberapa detik.

Debi membalikan tubuhnya menghadap ambang pintu. Namun, seketika ia merasa lega, saat mendapati ibu mertuanya berdiri di sana.

“Ibu ngagetin saja, aku hampir saja jantungan mendengar suara Ibu. Aku kira Asri,” ujar Debi.

Beberapa kali Debi mengusap dadanya. Mata bu Tami pun terpaku pada leher, lengan, jari serta kedua telinga Debi.

“Apa ya
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 40 Sulit Dilepas

    “Wih … bagus-bagus juga ternyata. Kalau dilihat-lihat, cantik juga kalau aku yang pakai,” gumam Debi.Debi berdiri di dalam cermin. Menatap takjub perhiasan yang terlihat mewah itu. Gelang, cincin, anting, hingga kalung, tidak ada satu pun terlewat yang ia pakai.“Asri, dapat uang dari mana kamu sebenarnya, sampai kamu bisa memiliki segalanya. Apakah dari selingkuhan kamu? Atau justru kamu mencuri?”Debi berputar-putar di depan cermin, tak hentinya ia memuji diri sendiri dengan perhiasan yang melekat di tubuhnya.“Sedang apa kamu di kamar ini?”Debi mematung, terbelalak di depan cermin. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk waktu beberapa detik.Debi membalikan tubuhnya menghadap ambang pintu. Namun, seketika ia merasa lega, saat mendapati ibu mertuanya berdiri di sana.“Ibu ngagetin saja, aku hampir saja jantungan mendengar suara Ibu. Aku kira Asri,” ujar Debi.Beberapa kali Debi mengusap dadanya. Mata bu Tami pun terpaku pada leher, lengan, jari serta kedua telinga Debi.“Apa ya

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 39 Perhatian

    Asri menghembuskan napas kasar. Ia telah berada di ruangan kerjanya. Bersandar pada kursi kerja, dengan pikiran melayang entah ke mana. Pikirannya berkecamuk, hatinya kini terasa tidak menentu.“Ya Tuhan … apakah keputusanku sudah benar, menerima mereka kembali?”Asri menegakkan posisi duduknya, membuka laptop menyusun laporan pembukuan pemasukan dan pengeluaran toko untuk bulan ini.Asri mencoba fokus pada pekerjaannya, akan tetapi tetap saja pikirannya tidak baik-baik saja. Seakan ada sesuatu yang menghimpit dadanya.“Sebaiknya aku istirahat saja dulu di sini. Dipaksakan kerja juga pasti tidak akan bisa fokus,” gumam Asri, ia pun menutup laptopnya.Asri menyandarkan punggungnya di kursi. Berputar-putar dengan pandangan menatap ke atas.Cukup lama Asri melakukan hal itu. Akhirnya Asri tertidur di atas kursi kerjanya.Siang hari di kediaman Asri, Debi baru saja selesai membereskan rumah. Peluh yang bercucuran, hingga bau dapur pun tercium dari tubuhnya.“Sedang buat apa, Bu?” tanya De

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 38 Tutup Panci

    Seketika di rumah Asri ramai oleh suara gaduh yang tak berkesudahan. Bukan hanya satu, Asri melempar banyak tutup panci ke lantai.Penghuni kamar berhamburan dengan panik. Lantas berlarian mencari sumber suara yang terdengar memekakkan telinga tersebut.“Suara apa ini? Kenapa berisik sekali?” Bu Tami keluar, serta Debi dan Ferdi pun keluar dari kamar mereka.“Asri, ada apa denganmu? Kenapa kamu melempar tutup panci? Ini masih pagi!” Dirga menegur Asri.Asri menghentikan aksinya, lalu menoleh ke arah lelaki yang masih berstatus sebagai suami itu.“Kenapa, Mas? Mau marah?” tanya Asri.Dirga melepaskan kedua tangannya dari telinga, setelah Asri menghentikan aksi lempar melemparnya.“Bukan begitu, tapi apa yang kamu lakukan itu sangat berisik. Bagaimana kalau sampai tetangga dengar dan mereka berdatangan ke sini?” jawab Dirga.Asri tidak peduli, sepagi itu ia harus dihadapkan dengan kelakuan seenaknya dari keluarga Dirga.“Suara apa ini? Ini masih malam, kenapa berisik sekali?” Debi, bu T

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 37 Tukar Peran

    “Aku mau istirahat di kamar kita!” jawab Dirga.Asri membalikkan tubuhnya menghadap Dirga seraya menyilangkan kedua tangannya.“Maaf, Mas. Kamu tidur saja di kamar bawah!” tolak Asri.Dirga menoleh ke kamar yang berada di lantai bawah. Lantas kembali menoleh ke arah Asri.“Di bawah hanya ada 2 kamar, apakah di lantai atas masih ada kamar kosong? Aku tidak mungkin tidur dengan mbak Debi atau ibu,” sahut Dirga.Asri pun merasa bingung, di lantai atas pun hanya ada 2 kamar, dan itu pun akan diisi oleh si kembar.Asri menghembuskan napas panjang. Mulutnya terbuka hendak menjawab, “Tapi–”Asri terdiam, ucapannya terhenti saat sebuah suara siulan terdengar masuk ke dalam rumahnya.Asri dan Dirga menoleh ke arah sumber suara. Di sana, Ferdi baru saja pulang dari tempat kerja dan masuk dengan suara siulan yang keluar dari bibirnya. Ia berjalan santai dengan gerakan kepala berputar ke sana kemari melihat keadaan rumah Asri.“Bagus juga rumah kamu, Asri. Pantas kamu tidak mau kembali ke rumah k

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 36 Terpaksa

    Asri melirik sekilas ke arah Rani. Sebenarnya ia tidak tega melihat anak itu harus luntang-lantung di jalan. Namun, sikap keluarganya membuat Asri merasa muak.“Maaf, Sayang. Tante harus melakukan ini, karena Tante juga ingin hidup Tante tenang,” batin Asri.Asri membuka pintu gerbang, lantas menaiki kembali mobilnya. Setelah mobil diparkir di garasi, Asri masuk ke dalam rumah.“Ya Tuhan … apakah aku salah melakukan ini kepada mereka? Tapi aku juga ingin hidup tenang tanpa harus mengalami kembali perlakuan buruk dari mereka,” gumam Asri.Asri berdiri bersandar pada daun pintu. Hatinya bergemuruh, bayangan masa lalu kembali menghantui. Namun, kini masa lalu itu telah kembali dan berusaha memasuki hidupnya.“Aku harus kuat, aku harus bisa. Aku memang masih cinta sama mas Dirga. Tapi sikapnya membuatku sakit. Dia seorang suami, tapi aku merasa tidak ada peran di dalam dirinya,” batin Asri.Asri pun masuk ke dalam kamar yang ada di lantai atas. Ia duduk di pinggiran ranjang, dan menghadap

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 35 Mengemis Belas Kasih

    “Izinkan kami tinggal bersama kamu!” jawab Dirga.Asri terbelalak, apakah ia tidak salah mendengar, Dirga dan keluarganya ingin tinggal di rumahnya?“Apa, Mas? Maksud kamu apa?” tanya Asri, ia tidak habis pikir.Dirga menghembuskan napas kasar, mendekati Asri lantas meraih tangannya.“Lepas, jangan pegang-pegang!” tolak Asri.Dirga melepaskan tangannya, berusaha menahan diri pada sikap Asri yang berubah keras.“Oke, aku minta maaf. Mungkin kamu masih marah sama aku dan keluargaku. Maksud ucapanku tadi, aku ingin hidup bersama kamu lagi. Memperbaiki semuanya, dan merajut hidup kita yang sempat terpecah belah,” jelas Dirga.Asri mengangkat sebelah alisnya, merasa muak dengan semua drama ini.“Maksud kamu, kalian mau numpang hidup di rumahku?” celetuk Asri.Debi mendengus kesal, rahangnya mengeras, ia hendak bergerak mendekati Asri. Namun, hal itu terbaca oleh bu Tami, lalu mencegahnya supaya Debi tidak melakukan hal yang dapat merugikan mereka.“Jadi … ceritanya kalian mau ganti posisi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status