Curiga.Sudah tiga hari aku menginap dirumah ibu, sementara mas Andi tak pernah mengunjungi ku setelah terakhir ia mengantarku kesini."Nur..." Panggil ibuku yang sudah berada di belakangku."Iya Bu.." sahutku sambil membalikkan badan."Bagaimana keadaan kamu sekarang nak, apa masih sakit perutmu?""Sudah mendingan kok buk, cuma darahnya masih keluar waktu buang air..""Itu normal Nur, setelah dikuret rahim serorang wanita memang butuh waktu untuk kering, mungkin seminggu lagi baru gak keluar darah lagi kok.." ucap ibu sambil mengusap bahuku, hangatnya belaian kasih ibu, aku merasa sedikit lebih baik sekarang."Iya buk, tapi ada yang Nur khawatirkan..""Apa itu nak?" Tanya ibu penasaran."Mas Andi sudah tiga hari tidak mengunjungi nur disini, nur telpon juga enggak diangkat. Nur SMS juga gak dibalas nya. Nur khawatir ada sesuatu sama mas Andi buk.."
BohongHari ini tepat lima hari aku dirumah ibu, tak ada tanda tanda kedatangan mas Andi. Aku bingung, mengapa sudah lima hari dia menghilang dariku. Entah apa yang disembunyikan dariku. Disaat aku sedang sibuk memikirkan mas Andi, tiba tiba gawaiku berbunyi. Ting... Sebuah pesan masuk ke gawaiku, ternyata dari Rini pegawai kepercayaanku. [ buk, saya punya berita penting ]Bunyi pesan Rini semakin membuatku curiga. [ katakan ada apa rini? ][ saya lihat mas Andi dengan seorang wanita di sebuah cafe dekat toko kita, mas Andi nampaknya dekat sekali dengan wanita itu buk. ][Benarkah? ] Aku harus membuktikan sendiri ucapan Rini, bisa saja mas Andi sedang bersama saudaranya. Kan Rini gak kenal semua saudara mas Andi. [ benar buk, kalau ibuk tidak percaya silakan ibuk lihat sendiri. ]Dengan dada berdebar aku membaca pesan dari Rini, aku harus
melilih bercerai Sebisa mungkin ku tahan emosi yang tengah memuncak, meski didalam hatiku sangat sakit."Aku kira kamu laki laki yang baik dan setia, ternyata selama ini aku salah. Disaat susah aku setia menemani dan mendukung mu, bahkan aku lah yang telah berkorban banyak agar nasib kita berubah. Tapi ternyata, setelah kamu memiliki uang dari hasil keringat ku dengan mudah nya kamu mengkhianati ku mas? " Tak terasa air mata ku mulai tumpah, sebisa mungkin aku tahan tapi kali ini pertahanan ku sudah amblas. "Nur... Kamu dengarkan Mas dulu, semua ini gak seperti yang kamu kira. " Kilah nya. "Lalu seperti apa hah? Mau bikin kebohongan apa lagi? ""Dia itu cuma temen ku Nur, kami mau jalin kerja sama. ""Kerja sama apa? Kerja sama mau menghancurkan aku, ya? tega kamu Mas aku yang lagi sakit? ""Nur.. Kamu jangan marah marah dulu. ""Ohh... Aku gak boleh marah saat aku mati matian berjuang dari sakit, l
Gugatan ceraiSetelah selesai mengurus segala keperluan di pengadilan Agama, kurasakan tubuhku lemas dan berkeringat dingin. Mungkin aku sedang terserang demam. Aku hampir lupa jika aku belum sembuh total, dengan sisa tenaga ku berjalan menuju parkiran. Belum juga sampai di mobil, tubuhku sudah ambruk. Lalu aku tak ingat apa apa lagi. "Buk... Buk... Ibuk kenapa? ""Tolong... Tolong... Ada yang pingsan" Di tengah tengan kondisi antara sadar dan tidak, aku mendengar seseorang meminta tolong. Lalu kurasakan tubuhku di angkat oleh beberapa orang. Ketika tersadar, aku melihat keadaan sekitar sudah berbeda. Aku sudah berada di atas ranjang, dan tangan kananku sudah terpasanh infus. "Nur... Kamu sudah bangun nak? " Ibuku, kenapa bisa ada disini. "Bu.. Kenapa kita ada disini? ""Kamu tadi pingsan nak, lalu di bawa kerumah sakit. ""Ibu siapa yang beri tahu? ""Ibu di telpon oleh seo
Bertemu Mas Andi"Ibu gak mau nanti kamu nyesal Nur, jangan buru buru ambil keputusan""Enggak buk. Ini yang terbaik untuk Nur, Nur udah pikirkan hal ini matang matang, mumpung Nur belum punya anak dari mas Andi, jadi gak ada alasan untuk Nur bertahan""Yasudah kalau itu pilihan kamu Nur, ibu tidak bisa melarang karena rumah tangga kamu ya kamu yang jalani, Ibu hanya bisa berdoa semoga masalah kamu dan Andi cepat selesai"Ada gurat kesedihan di wajah ibu, aku tahu pasti ibu keberatan dengan keputusanku. Selama ini ibu mengenal mas andi sebagai menantu yang baik, tanggung jawab, dan ramah pada siapa saja. Tapi, ibu tidak mengenal bagaimana aslinya mas andi. Dia bisa berubah kapan saja yang ia mau, aku baru sadar ternyata limpahan materi saja tidak cukup untuk membuat mas andi setia padaku. Aku harus ikhlas melepaskan mas andi, meskipun aku belum siap menjanda. Aku harus menerima segala resiko atas keputusanku ini.
Sidang perceraian perdana . Ku rebahkan tubuh di atas ranjang kamarku, lelah dan capek menghadapi masalah yang datang bertubi tubi. Aku heran, mengapa aku selama ini begitu percaya pada mas Andi. Pantas saja akhir akhir ini ia menghindar dari ku, ku telepon tak pernah diangkat. Ku SMS tak pernah di balas. Apalagi chat melalui whatsapp hanya centang biru, dibaca tapi tak di tanggapi. Rupanya mas Andi selama ini bermain api dibelakangku. Sakit, sakit sekali hatiku dibohongi oleh orang yang paling ku sayang. Ku kira ia akan jadi pendamping hidupku sampai tua. Ternyata aku salah. Aku terlalu percaya pada nya. Dua minggu berlalu, sidang perceraian kami akan segera dimulai. Aku sudah menyewa seorang pengacara untuk membantu menyelesaikan masalah rumah tanggaku di pengadilan. Malas rasanya bertemu dengan mas Andi, yang ada hanya sakit hati jika melihat wajahnya. Aku kembali menyibukkan diri di to
Persidangan kedua. Aku mendapatkan telepon dari pengacaraku, katanya Mas Andi menuntut harta gono gini dari ku. Jika aku tak menyerahkan harta gono gini padanya, maka dia tak akan menceraikan ku. Aku sudah memutuskan tak akan memberikan sepeser pun hartaku kepada mas Andi, seharusnya dia lah yang memberiku uang nafkah selama ini, memberiku segala kebutuhan rumah tangga. Tapi, justru aku lah yang memberikan uang kepadanya. Segala kebutuhan nya aku yang tanggung. Dan sekarang, tanpa malu dia menuntut harta gono gini pada ku. Kurasa urat malu nya sudah putus. "Pak, tolong bapak urus masalah perceraian saya, saya tak akan pernah memberikan harta gono gini pada nya, kalau tak mau menceraikan saya, tak masalah, saya yang bahkan menuntut pashah kepada hakim karena dia telah terbukti selingkuh dan tak bertanggung jawab kepada saya.""Baik buk, akan saya urus masalah ibu sebaik mungkin" Ucap pak pengacara melalui sambungan telepon.
Part 27Kedatangan mas Andi dan Mba Ati. Akhir akhir ini pikiran dan tenaga ku banyak terkuras, apalagi proses sidang yang belum selesai. Membuat kepalaku pusing sekali. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah ibu. Aku ingin curhat dan berkeluh kesah padanya. Mungkin dengan bercerita pada ibu, aku merasa sedikit lebih tenang. Pukul 10.00 pagi, aku sudah bersiap siap menuju kerumah ibu. Toko sengaja ku tutup karena berhubung hari minggu. Tak lupa ku bawa sedikit buah tangan buat ibu dirumah, martabak telor makanan kesukaan ibu. Meskipun ku bawa makanan yang lebih enak dan lebih mahal, ibu tetap minta martabak telor. Aku bergegas menuju kediaman ibu, tak butuh waktu lama, tiga puluh menit mengendarai mobil, akhirnya aku sampai dirumah ibu. Sesampainya di halaman rumah ibu, aku melihat ada beberapa kendaraan sedang terparkir disana. Sepertinya aku tidak asing dengan kendaraan roda dua ini, oh aku ingat, in