Share

Kehadiran Murid Baru

Keadaan disekolah hari ini sangat berbeda. Terlihat para murid wanita berkumpul didepan ruang kepala sekolah dengan dinding yang transparan. Seperti ingin mengantri sembako, sampai banyak sekali wanita berkerumun disana. Rupanya mereka semua melihat murid baru yang sedang berbicara dengan kepala sekolah. Bagai seorang artis  saja, orang itu mampu menghipnotis para perempuan yang ada disekolah hingga tak berkedip memandanginya.

Murid baru itu datang kesekolah menggunakan mobil sport satu pintu nan megah. Stylenya pun sangat kece, tak heran para wanita itu tak henti memandanginya dari awal sampai akhir. Kulitnya yang putih dan rupanya yang menawan menambah nilai plus bagi orang yang memandangnya. Ketika murid itu menyelesaikan perbincangannya dengan kepala sekolah dia meraih gagang pintu dan segera membukanya.

Dia melihat tatap penuh gairah dari para perempuan yang berjejer disekitar ruangan kepala sekolah. Tatapannya seperti ingin menerkam murid baru itu. Murid baru itu pun berjalan perlahan menuju ke kelas diikuti para wanita yang terpesona dari tadi melihatnya. Ruangan kelas murid baru itu hanya beberapa langkah saja dari ruangan pak kepala sekolah. Masuklah dia kedalam kelas dilihatnya dengan seksama bangku kosong yang mungkin saja dia dapat tempati. Namun tak disangka banyak sekali gadis yang ingin memberinya bangku kosong disampingnya walaupun sebenarnya bangku yang mereka tawarkan sudah ditempati orang.

Namun ada satu hal yang membuatnya berbeda. Hanya satu perempuan yang tidak menghiraukan dirinya dan hanya sibuk dengan bukunya sedari tadi. Perempuan itu hanya fokus kepada bukunya dan terus menulis sedari tadi. Hal itu membuat murid baru itu penasaran dan memilih duduk disamping seberang perempuan itu. Perempuan itu tidak mempedulikan ketampanan murid baru itu. Bagi murid baru itu perempuan itu berbeda dari wanita lain yang pernah dia temui. Perempuan lain hanya memandang fisik dan rupanya saja.

Beberapa menit setelah murid baru itu mendapatkan tepat duduk, bel masuk pun berbunyi diikuti suara langkah kaki kepala sekolah yang memasuki ruangan kelas murid baru itu. Kepala sekolah masuk dan memberi salam kepada semua anak yang ada dikelas itu.

“Selamat pagi anak-anak,” ucap pak kepala sekokah.

“Selamat pagi pak,” sahut semua murid yang ada dalam kelas itu.

“Bapak ingin mengumumkan, bahwa ada murid baru yang baru saja pindah disekolah kita. Silahkan louis, kamu perkenalkan diri didepan teman-temanmu,” ucap kepala sekolah sambil mengarahkan pandangan kepada murid baru itu.

Murid baru itu bangun dan maju melangkahkan kakinya menuju kedepan kelas. Tepat disamping kepala sekolah dia mulai memperkenalkan dirinya.

“Halo semuanya, perkenalkan namaku Louis. Aku adalah murid baru pindahan dari inggris. Mamaku keturunan Indonesia jadi kalian ga perlu sungkan berbicara denganku menggunakan bahasa Indonesia, karena selain bahasa inggris aku juga mahir berbahasa Indonesia. Sekian perkenalan dariku, senang bisa menjadi bagian dari kelas ini.” Ucap Louis mengakhiri perkenalan dirinya didepan kelas sambil tersenyum.

“Nah itu dia teman baru kalian yang bernama Louis, bapak harap kedepannya kalian bisa membantu Louis agar dia bisa belajar disekolah ini dengan nyaman dan betah disekolah ini,” ucap pak kepala sekolah kepada para murid lainnya.

“Segitu saja dari bapak, sekarang kamu Louis bisa kembali ke bangkumu. Semoga kamu kerasan sekolah disekolah ini,” ucap pak kepala sekolah kepada Louis.

“Baik, pak terimakasih.” Sahut Louis sambil melangkahkan kakinya menuju kembali kebangku tempat dia duduk.

Masih juga dipandanginya wajah perempuan yang sedari tadi masih cuek dan tidak menganggap kehadiran Louis. Sampai akhirnya Louis memberanikan diri menghampiri meja perempuan itu dan mengarahkan tangannya kepada perempuan itu.

“Perkenalkan namaku Louis,” ucap Louis sambil menyodorkan tangannya kepada perempuan itu.

“Ya, aku sudah dengar ucapan perkenalanmu didepan kelas tadi.” Ucap perempuan itu dengan ketus.

“Namaku Alana,” jawabnya dengan singkat.

“Kalau kau tidak perlu hal lain lagi, silahkan kembali ke bangkumu.” Ucap Alana dengan sangat ketus.

Entah mengapa dia sangat ketus dengan murid baru itu. Atau mungkin Alana hanya fokus dengan bukunya dan hal yang sedang dia kerjakan. Datanglah Albert menghampiri Alana yang baru saja kembali dari toilet sekolahnya.

“Hei, Alana serius banget lu.” Ucap Albert sambil melihat Alana.

“Ia ini bert, kenapa soal ini susah banget deh. Pusing banget gue daritadi nemu jawabannya,” ucap Alana kepada Albert.

“Oh, soal yang itu. Sini gue bantuin, lu ga ngomong sih daritadi,” sahut Albert kepada Alana.

Albert lalu menarik buku Alana dan mencoba membantu Alana menjawab pertanyaan yang sulit yang tidak dapat Alana kerjakan. Dilain sisi Louis hanya menatap Alana dari jauh dan heran kenapa dia sangat ramah kepada Albert sedangkan dengan Louis dia ketus sekali.

“Nih, udah gue jawab semua soal yang menurut lu susah. Sama gue juga tulisin rumus dan cara kerjanya biar lu gampang ngerti nanti belajarnya,” ucap Albert menjelaskan dengan rinci kepada Alana.

“Ya ampun ternyata daritadi caranya begitu toh, sumpah kok gue ga kepikiran ya. Asli bebel banget ya otak gue hahahaha,” jawab Alana kepada Albert.

“Udah selow saja, nanti kalo ada yang ga tahu lagi tanya saja ke gue, nanti gue bantuin,” sahut Albert sambil tersenyum lebar.

Disudut yang lain Louis hanya bisa memperhatikan Alana dan Albert sedari tadi, Dia cemburu kepada Albert karena Alana begitu ramah kepada Albert. Louis tidak berhenti mencari cara untuk dapat berkenalan lebih dekat lagi dengan Alana. Namun tidak tahu akan seperti apa respon Alana nanti kepada dirinya.

Hari berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah mendekati jam makan siang. Tentu saja para murid lain sudah merasa gelisah ada yang menguap ada pula yang kelaparan ada pula yang sibuk menggibah dengan teman yang lainnya. Hal yang ditunggu-tunggu para murid pun tiba. Ya, bel istirahat pun berbunyi beberapa murid berlari berhamburan keluar kelas. Dilain sisi Alana masih duduk dibangkunya diikuti dengan Louis yang sedari tadi masih saja mengamati Alana tanpa berkedip sekalipun.

“Alana kekantin yuk,” ajak Albert kepada Alana sambil melihat Alana.

“Hayuk, laper banget ini. Mau pembalasan makan yang banyak,” jawab Alana.

Louis pun tak ingin kehilangan kesempatan untuk bisa dekat dengan Alana. Mungkin ini saaat yang tepat katanya dalam hati. Louis pun menghampiri Alana dan Albert dan mencoba bergabung untuk pergi ke kantin bersama mereka.

“Permisi, boleh ga gue gabung sama kalian ke kantin? Oh, ya perkenalkan namaku Louis.” Ucap Louis sambil menyodorkan tangannya ke arah Albert.

“Gue Albert, salam kenal ya. Boleh saja kalo mau gabung,” kata Albert kepada Louis.

Alana hanya menatap Louis dengan tatapan dingin, Alana sangat menyayangkan kenapa Albert menerima ajakan Louis untu pergi kekantin bersama. Sepanjang perjalanan kekantin Alana hanya diam, tidak seperti biasanya. Biasanya dia bawel dan bercerita tentang apapun, tapi kali ini dia sangat pendiam. Albert pun membaca sinyal negatif dari Alana.

“Apa Alana tidak suka ya gue iyain ajakan dari Louis buat kekantin bareng? Tapi tumben dia seketus ini? Ada apa ya?” ucap Albert dalam hati.

“Alana lu kenapa? Kok diem saja sih dari kelas ke kantin? Lu ga kesambet kan?” tanya Albert kepada Alana.

“Gatau, tiba-tiba jadi ga mood aja. Gatau kenapa!” jawab Alana dengan ketus sambil melirik judes ke arah Louis.

“Lu ga suka ada gue disini ya?” tanya Louis kepada Alana.

“Hmmm, Maybe.” Jawab Alana dengan singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status