Sabtu adalah waktu untuk hari ekstrakulikuler. Namun Albert teringat akan janjinya kepada Alana,Karena belum sempat menepati janjinya kepada Alana. Akhirnya Albertpun mengajak Alana berkeliling. Albert menjelaskan mulai dari posisi toilet, laboratorium, ruang kepala sekolah, ruang guru , UKS dan tempat penting lain kepada Alana. Memang agak terlambat karena sudah beberapa hari Alana bersekolah disana. Alana memilih ekstrakulikuler dance dan Albert mengikuti esktrakulikuler basket.
Mereka segera bersiap untuk berganti pakaian yang mereka kenakan untuk mengikuti eskul. Baru saja masuk keruangan eskul Alana sudah mendengar perbincangan dari teman-teman perempuannya, mereka membahas soal murid pindahan yang mereka lihat ketika memasuki ruang kepala sekolah. Teman-teman Alana membahas bahwa murid pindahan itu mempunyai paras yang tampan, tinggi semampai dan terlihat gagah serta sangat mempesona. Dari yang Alana dengar mungkin saja nanti murid pindahan itu bisa menjadi cowok populer disekolahnya nanti. Alana hanya sedikit penasaran tentang murid pindahan itu, menurutnya mau seganteng apa laki-laki itu pasti sulit membuatnya terpanah.
Dilain tempat Albert juga mendengar berita yang sama. Teman-teman di eskul basket sibuk membahasnya, terutama para perempuan yang mengikuti eskul tersebut. Albert hanya mendengarnya secara sekilas dan tidak begitu menggubris cerita teman-temanya. Baginya sangat biasa bila ada murid pindahan baru.
Setelah Alana dan Albert selesai eskul mereka pun pulang bersama. Albert dan Alana kembali ke kelas untuk mengambil tas mereka masing-masing dan mengarah menuju parkiran motor untuk bersama pulang. Dimotor Alana memulai obrolan tentang cerita teman-temannya soal anak pindahan tadi.
“Bert, kamu tahu sebentar lagi ada murid pindahan?Anak-anak perempuan dieskulku sibuk banget bahas murid pindahan itu.” Tanya Alana kepada Albert sambil sedikit penasaran.
“Sama Lan, teman-teman perempuan di eskulku juga kaya heboh begitu. Katanya murid pindahan itu rupanya kaya idol k-pop begitu ya, dari cerita mereka sih kayanya mereka terpesona banget begitu, soalnya heboh banget.” Jawab Albert sambil tersenyum.
“Kenapa emangnya lan? Kamu kepo ya? Apa naksir juga sama murid baru itu?” tanya Albert sambil meledek Alana padahal dalam hatinya dia juga khawatir bila Alana menyukai murid baru itu walaupun belum melihat rupanya.
“Dih, ketemu orangnya saja belom bagaimana bisa naksir hahahahaha. Kepo sedikit saja sih habis kayanya heboh banget teman-teman kita. Sampai-sampai ceritanya kaya ngotot begitu,” sahut Alana.
“Hahahaha...kirain,” sahut Albert.
Nikmatnya angin sore ini. Berhembus dengan dinginnya. Jalan hari ini tidak begitu ramai. Lampu merah pun sedang bersahabat. Sehingga tidak terlalu lama menuju ke perumahan mereka. Sebelum sampai Alana ingin membeli jajanan terlebih dahulu
“Bert, bert, gue mau beli jajanan dulu ini buat nyemil nanti dirumah sambil nonton drakor. Lu mau ikutan nonton drakor sama gue nanti?” tanya Alana kepada Albert.
“Memang mau beli jajan apa lan?Boleh banget dong marathon drama korea. Memang ada drakor yang seru ya?” sahut Albert sambil menahan senang karena diajak oleh Alana walau hanya ajakan nonton tapi hatinya sudah berbunga-bunga.
“Hmm, Sebentar. Apa ya?. Kayanya boba enak deh sama roti atau cemilan kecil boleh juga sih hahahaaha. Sumpah ya banyak banget makan gue. Lu mau apa? Biar sekalian gue beli nanti Bert,” jawab Alana kepada Albert sambil tertawa lebar.
“Buseett, kecil-kecil banyak juga ya nyemilnya hahaha. Ya sudah terserah Alana saja mau beliin apa. Pasti gue makan ko ntar. Eh, itu ada supermarket sama pedagang kaki lima jajanan begitu tuh. Mau kesana?” kata Albert.
“Eh, boleh itu ya sudah lu nepi disitu dulu saja ya. Tungguin gue ya jangan ditinggal hahaha. Ok?” sahut Alana.
“Iya, gue tunggu didepan ya. Sambil cari parkiran nih”.
Alana memasuki minimarket itu untuk membeli cemilan untuk menonton drama korea bersama Albert. Dia berjalan menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya itu. Setelah selesai Alana menuju ke arah pintu keluar minimarket. Dia menuju tempat penjual boba untuk membeli boba. Dia membeli rasa taro dan cappucino.
“Bang, dua jadi berapa bobanya?” tanya Alana kepada penjual minuman boba itu.
“Jadi 20 ribu neng,” jawab penjual itu.
“Ini ya neng kembaliannya, terimakasih.” kata pedagang itu sambil menyodorkan uang kembalian 30 ribu kepada Alana.
“Sama-sama bang,” Sahut Alana.
Alana berjalan sambil menenteng seplastik penuh cemilan dan satu kantung minuman berisi dua boba. Sampailah Alana ke tempat Albert memarkirkan motornya.
“Sudah semua itu? Hahaha Alana-alana,” tanya Albert sambil meledek Alana.
“Ihh, Albert ngeledek melulu. Sudah kok, ini gue sekalian beliin lu minum juga. Lu mau yang cappucino apa taro Bert?” tanya Alana sambil memperlihatkan minumannya itu.
“Apa saja, kamu mau yang mana nanti aku sisanya,” jawab Albert.
“Ya, sudah gue yang taro ya. Ya sudah jalan yuk. Ga sabar mau marathon drama korea,” ajak Alana.
Albert menyalakan mesin Vespanya itu. Mereka meneruskan perjalanan menuju komplek perumahannya. Kebetulan minimarket tadi tidak begitu jauh dari tempat mereka tinggal. Kurang lebih berjarak sepuluh menit dari area komplek rumah mereka.
Tak lama berkendara mereka sudah disambut oleh gapura komplek mereka. Dua gang lagi mereka sampai ke blok rumah mereka. Albert pun memberhentikan motornya didepan rumah Alana agar Alana bisa turun terlebih dahulu, lalu dia menuju rumahnya untuk memparkirkan vespanya itu dibasement.
“Alana, gue mandi dulu ya. Habis itu kerumah lu ya”, kata Albert kepada Alana.
“Ok, Bert. Sama nih mau mandi dulu lengket banget”, jawab Alana sambil membuka pintu rumahnya.
“see yaa”, sahut Albert.
Mereka berpisah untuk menuju rumah mereka masing-masing. Albert dan Alana segera membersihkan diri dan berganti baju yang biasa mereka pakai ketika dirumah. Diraihnya handuk oleh Albert dan bergegas pergi ke kamar mandinya. Beberapa menit setelah membersihkan tubuhnya. Albert pun mencari kaos didalam lemarinya dan celana training untuk dia pakai. Dikeringkannya rambut yang basah itu oleh pengering rambut.
Setelah selesai dia menyusuri tangga menuju lantai dasar. Terlihat papa yang sedang membaca berita online yang ada diaplikasi mobile handphonenya. Segera Albert meminta ijin untuk main kerumah Alana kepada papanya.
“Pah, Albert mau main kerumah Alana dulu ya. Mau nonton drama korea bareng Alana hehe.”
“Sejak kapan kamu suka drama korea bert? Pasti gara-gara Alana yang ngajak ya kamu jadi mau?" ucap papa sambil menurunkan kacamatanya dan melirik meledek kepada Albert.
“Ahh, papa kaya ga pernah muda saja sih. Apa yang ga coba buat cinta hahaha. Ya ,sudah pa Albert ke rumah Alana dulu ya."
Albert berjalan menuju pintu rumahnya. Dia berjalan dengan riang. Dibukanya gagang pintunya itu dan menuju rumah Alana. Lalu Albert mengetuk pintu rumah Alana dan menekan bel rumah Alana.
“Tok..tokk...tokkk..Alana,” teriak Albert didepan pintu rumah Alana.
Terdengar suara dari dalam rumah Alana yang menjawab ketukan pintu itu.
“Sebentar ya, Albert.” Sahut Alana sambil berlari menuju pintu rumahnya. Dibukanya gagang pintu rumahnya itu sambil mempersilahkan Albert masuk.
“Masuk, bert. Sorry ya kalau lama buka pintunya,” kata Alana.
“its, ok gapapa kok”.
Perasaan yang Albert sembunyikan begitu lama, akhirnya akan dinyatakan juga pada hari ini kepada Alana."Semoga saja hari ini adalah hari keberuntunganku", gumam albert dalam hatinya.Hari ini, Albert berencana mengajak Alana untuk pergi bersama agar niatnya dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.Dengan senyuman yang lebara, Albert segera mengetik pesan untuk Alana."Pagi Alana, kalau hari ini kita ketemuan bisa?", ucap Albert dalam telefon.Albert menunggu dengan rasa khawatir, takut Alana telah mempunyai janji dengan orang lain.Dibukanya pintu kamar Albert dan pergilah dia menuju ruang tamu. Menunggu dengan perasaan yang belum tenang sambil menonton televisi.Terdengar suara mama dari kejauhan dan suaranya makin mendekat kearag Albert." Kamu, Ok kan?" tanya mama kepada Albert." Lagi, mikirin apa sih nak? ", ucap mama yang penasaran dengan raut muka Albert." Ma, kalau Albert suka sama cewek, tapi dia sahabat Albert sendiri gimana ya ma?", tanya albert kepada Alana.Sambil ters
Hiruk-pikuk suasana jalanan siang ini. Banyak sekali orang yang tidak sabar untuk melaju. Terdengar suara klakson mobil dan motor di mana-mana. Kurangnya rasa sabar, atau mereka sedang terburu-buru. Disisi lain Albert masih asyik mengamati keadaan itu sambil menunggu lampu merah. Lampu merah siang ini terasa lama, tak seperti biasanya. Mungkin karena letih yang dirasa Albert atau suasana jalanan yang tidak mendukung. Namun hal ini tidak sebanding, karena hari ini dia ingin berjalan dengan Alana. Sejuta rasanya, ada perasaan senang dan berbunga-bunga. Albert terkadang menjadi bingung kenapa perasaannya kepada Alana tetap sama sampai sekarang. Terlihat lampu hijau terlihat, berjalanlah Albert dengan perlahan dengan motor kesayangannya itu. "Setidaknya, hari ini masih terasa udara segar yang diselimuti oleh mendung, " ucap isi hatinya. "Tuhan, tolong tahan hujan turun. Agar, aku tetap bisa pergi bersama Alana, " pinta Albert dalam doa kecilnya s
Bila ada pertemuan yang indah seringkali selalu ada perpisahan yang menyakitkan. Ada kalanya Albert merasa takut kehilangan sosok Alana yang sangat ceria. Pasca kesembuhan Alana, Albert hanya bisa menjaganya dengan sangat ketat. Maklum Alana merupakan sosok perempuan yang sangat keras kepala. Dokter berkata, untuk pulih lebih cepat Alana memerlukan waktu kurang lebih satu bulan lamanya dengan pantauan asupan makanan yang cukup. Belakangan ini Albert lebih sering menghabiskan waktunya dengan Alana. Dia selalu menemani Alana sepanjang waktu senggangnya. Bukan hanya sangat akrab bahkan lebih dari amplop dan perangko. Albert sangat sering memandangi wajah Alana yang tidak pernah membosankan. Saat Alana diam, tertawa, melamun ataupun bertingkah konyol. Albert senang pasca Alana sakit, Alana lebih mendengarkan Albert untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatannya. Tak lupa Albert selalu meminjamkan catatan pelajaran sekolah agar Alana tidak tertinggal pelajaran.
Setelah perjalanan yang agak macet menuju kerumah sakit tibalah Albert dirumah sakit cipta bangsa tempat Alana dirawat. Alana dirawat di kamar melati nomor 802 lantai dua rumah sakit cipta bangsa, Albert segera bertanya ke resepsionis rumah sakit mengenai letak dan posisi kamar perawatan Alana.“Permisi kak saya mau tanya kamar melati 802 dimana ya ka? Saya mau menjenguk teman saya yang dirawat disini.” Ucap Albert kepada reseptionis yang berada tak jauh dari pintu masuk rumah sakit.“Mas nanti kearah kiri terus lurus saja nanti mas ketemu sama lift, nanti mas bisa naik kelantai 1 terus posisi kamarnya itu disebelah kanan lift ya kurang lebih beberapa langkah nanti mas sampai ke kamar melati 802, dari sini sudah cukup jelas mas?” tanya resepsionis itu kepada Albert.“Sudah cukup jelas kak, terimakasih sebelumnya.” Jawab Albert kepada resepsionis itu.Albertpun melangkahkan kakinya sesuai dengan arah yang dibilang oleh r
Sudah beberapa hari ini Alana tidal masuk sekolah, Thomas mencari kabar dari beberapa teman Alana yang sekelas dengannya namun mereka tidak mengetahui mengapa Alana tidak masuk beberapa hari ini. Thomas pun mencoba menghubungi nomor Alana namun tak kunjung ada balasan juga yang dia dapat beberapa hari ini. Thomas terpikir untuk mengunjungi rumah Alana tapi dia berpikir kembali takut kehadirannya akan sia-sia bila Alana nanti tidak ada dirumah.Didalam kelas Albert sedari tadi hanya melamun saja, biasanya dia selalu diramaikan oleh suara Alana yang sangat berisik dan bawel dengan segudang ceritanya. Beberapa hari ini terasa sepi karena tiba-tiba saja Alana menghilang tidak ada kabar. Albert masih mengira mungkin saja Alana masih sakit dan tidak sanggup untuk masuk sekolah, untung saja ujian sekolah sudah usai. Albert berbicara sendiri dalam hatinya.“Kemana ya Alana? Tumben banget chat gue ga dibales,” keluhnya dalam hati dengan muka yang muram.&ldqu
Semakin hari Alana dan Thomas bagaikan sepasang kekasih. Thomas tak henti-hentinya membuat Alana merasa seperti ratu dibuatnya. Perlakuan Thomas kepada Alana sangat manis dan sopan. Namun selalu muncul dibenak Alana mengenai keraguan kepada Thomas, entah mengapa hatinya bisa mempunyai firasat seperti ini. Disisi yang lain Thomas adalah anak yang baik dan sangat baik memperlakukan perempuan, dia tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata kasar kepada Alana.Tidak seperti waktu pertama mereka melakukan pendekatan, perasaan yang dirasakan oleh Alana sekarang terhadap Thomas seakan menjadi hambar. Perasaan yang awalnya kagum dan mulai menyukai Thomas secara perlahan berubah seketika. Alana merasa sosok Thomas hanya cocok dijadikan sebagai teman atau kakak baginya. Apa semua ini karena Thomas terlalu baik atau ada hal lain yang membuat Alana merasa seperti itu, namun Alana tidak mengerti benar dengan yang ia rasakan.Semenjak bertemu dan mengakrabkan dirinya kembali denga