Share

Bab1-Another Verse of Cinderella

Dunia ini masih sama saja.

Sekalipun perdana menteri sudah mengajukan berbagai kompensasi kalau dia terpilih kembali menjadi pemimpin negeri untuk kesekian kalinya. Menawarkan kesejahteraan hidup untuk rakyat, wewenang bagi para pekerja di pemerintahan, dan masih banyak lagi rentetan janji yang ternyata bukan sekedar omong kosong.

Tapi rasanya dunia masih tidak cukup adil bagi Alexia, sosok nyata dari keberadaan cerita dongeng Cinderella. Ia punya ibu tiri yang sedikit kejam walaupun tak seburuk ibu Anastasia dan Drizella, serta satu kakak perempuan yang gemar bersolek.

Carlotte bukan sosok ibu tiri yang jahat karena ingin menguasai harta warisan mendiang ayah Alexia, karena kenyataannya kematian ayah tidak meninggalkan banyak harta kecuali sepetak tanah dimana rumah sederhana mereka berdiri, bukan pula sosok penyihir yang dikisahkan membunuh ibu kandung Alexia demi ayahnya. Wanita baya itu menganggapnya setara dengan Helena, sang kakak tiri. Katakanlah Alexia sedikit lebih beruntung dari Cinderella.

Dengan begitu, ia terpaksa senantiasa berkubang di lumpur peternakan sampai tubuhnya punya bau khas jerami. Mendiang ayah Alexia bukan orang terpandang, dulunya seorang peternak, sehingga sekarang ia harus rela meneruskan pekerjaan itu demi menyambung hidup bersama kedua keluarga tak sedarah tersebut.

Sementara Carlotte adalah wanita pintar yang pernah bekerja di kastil dukedom, menjadi seorang peramu obat-obatan yang ilmunya didapat dari kampung halaman semasa kecil. Suatu hari Carlotte memutuskan berhenti dari pekerjaannya, dan pada saat itulah dia bertemu ayah Alexia, singkat ceritanya kemudan mereka menikah.

Carlotte sendiri sekarang lebih sering menghabiskan waktu di pasar untuk menjual obat-obatan herbal buatannya. Ia menjadi sedikit tempramental semenjak ayah Alexia meninggal. Ekonomi mereka benar-benar terpuruk.

Alexia yang semula memang sosok pekerja keras, kini semakin giat dengan impiannya untuk meraih kembali kesejahteraan keluarga walau tanpa bantuan ayah. Setiap hari melihat ibu tirinya bekerja keras untuk kedua putri kesayangan membuatnya ingin melakukan hal serupa. Alex pun merelakan kesenangan masa remaja untuk bekerja dan bekerja tanpa henti.

Bahkan karena hal itu, Helena yang justru kerap kali menjadi sasaran amukan sang ibu karena tidak bisa menjadi pekerja keras seperti Alexia. Helena selalu mendambakan kehidupan mewah tanpa harus mengeluarkan setetes keringat pun, akan lebih baik kalau orang lain yang bekerja untuknya.

Sisi bagusnya, Helena juga bukan sosok kakak tiri jahat yang dengki karena terlalu sering dibandingkan dengan adiknya, walau tak dipungkiri kerap kesal, ia tidak benar-benar menyimpan dendam apalagi sampai berapi-api. Helena masih berbaik hati memasak makanan enak untuk disuguhkan pada ibu dan sang adik tiri. Dapur adalah wilayah kekuasaan Helena, sementara kandang peternakaan milik Alexia.

Hari ini cuaca semakin terik ketimbang kemarin, tanah lembab perkampungan berubah menjadi kering dan berpasir walau tak sampai menyerupai padang gurun dengan debu pasir berhamburan. Sebenarnya cuaca aneh dengan panas menyengat sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu, tapi kali ini memang cukup parah. Alexia bahkan harus berkali-kali mencelupkan telapak kaki ke air sembari mengangkut beberapa kotak jerami menuju para sapi dan domba.

Beruntung cuaca hanya panas, tidak sampai terjadi kekeringan yang mengkhawatirkan. Hanya saja hal itu tetap jadi sumber pertanyaan orang-orang penting di negeri, mengenai sebenarnya apa yang terjadi dengan alam ini.

"Alex! kau butuh bantuan untuk mengangkut jerami lagi?"

Tampak sosok lelaki berpakaian rapi datang menawarkan diri untuk membantu perempuan kumal yang berkubang dengan lumpur serta kotoran domba. Agak mustahil sebenarnya, tapi begitulah kenyataan kalau Johanesse Rompero si anak baron wilayah setempat mendatangi peternakan bau milik keluarga Sawyer.

Johanesse tampaknya baru pulang sekolah, terlihat dari pakaiannya yang rapi dan wangi, belum lagi paras tampan lelaki itu terlihat sedikit berkerut, kebiasaan lama yang dia lakukan jika terlalu terlarut memikirkan masalah, termasuk mata pelajaran tersulit. Sebagai anak keturunan keluarga terpandang, Johanesse berhak mendapatkan pendidikan, apalagi gendernya mewajibkan.

Di negeri ini hanya anak laki-laki yang boleh bersekolah, atau gadis dari kalangan atas, namun hal itu tidak wajib karena perempuan biasanya lebih mementingkan pelajaran menjadi wanita yang baik bagi prianya. Orang seperti Alexia dan Helena tentu tidak berhak, tapi mereka punya ibu yang mana seorang mantan peramu kastil, Carlotte jelas memiliki ilmu baca tulis yang kemudian diajarkan pada kedua putrinya secara adil.

Sehingga dari sekian banyak anak di kampung, Johanesse merasa lebih nyaman berteman dengan anak-anak dari keluarga Sawyer, terutama Alexia yang punya pembawaan mudah berbaur. Mereka biasanya menghabiskan waktu bersama sembari membaca dan membahas banyak ilmu pengetahuan bersama.

Johanesse memilih duduk di atas tumpukan kayu saat Alexia menolak tawaran bantuannya, mengabaikan celana sutra yang mahal itu terkena kotoran lumpur. Alexia sampai menjerit memperingatinya.

"Tenang saja, keluargaku bukan sekali beli langsung buang, Alexia. Kami juga selalu mencatat pengeluaran secara rutin agar tidak berlebihan... dan sebenarnya celana ini tidak terlalu mahal."

Alexia kukuh menariknya pindah ke tempat yang lebih bersih, "Tetap saja, celana itu seharga kereta kuda bagiku."

"Tidak, hanya sekitar dua karung gandum." Jo tertawa.

"Tidak lebih baik dari dugaan."

"Kau tahu, hari ini kelasku membahas tentang kewajiban perempuan terpilih untuk menjadi selir kaisar. Bagaimana menurutmu? bukankah itu tidak masuk akal?" Johanesse punya kebiasaan menceritakan apa saja yang didapatkan selama berada di sekolah, dia tanpa ragu mengatakannya pada Alexia yang jelas tidak berhak mendapatkan ilmu. Negeri ini masih menganggap wanita tidak terlalu membutuhkan kepandaian, tapi Jo sama sekali tidak keberatan membaginya dengan Alex, "Sejauh ini sudah banyak sekali gadis-gadis muda yang diambil untuk jadi selir, aku tak pernah tahu peraturan itu menjadi wajib semenjak kelas sejarah terakhir."

Alex mengambil tempat duduk di sampingnya usai membersihkan telapak kaki, "Mereka yang di atas akan semakin berkuasa dan semena-mena. Yang penting kalau nanti kau atau ayahmu naik takhta, jangan sampai berbuat begitu."

"Tidak, kau tahu aku orang yang sangat setia apalagi pada pasangan," balas Jo, melirik gadis di sampingnya dengan pandangan meyakinkan.

Gadis itu membalas dengan senyum singkat, ia benar-benar tidak menyadari ungkapan dalam perkataan Jo.

Suara nyaring Helena segera terdengar melengking menyentak keduanya, "Alex! Jo! cepat kemari, ada seuatu di depan rumah!"

Tak buang lama mereka berlari menuju pekarangan depan, di sana sudah ramai sekali para pengawal tanpa pakaian zirah namun tetap membiarkan pedang terselip di pinggang kiri. Logo kerajaan terukir di kereta kuda dan beberapa aksesoris yang dipakai.

Tampak seseorang membuka sebuah perkamen dari papirus. Membacanya dengan penuh ketegasan.

Dalam hitungan detik setelah selesai dibacakan, suasana mendadak ramai, kerumunan manusia itu mulai mengutarakan apa yang ada di pikiran mereka.

Alexia melirik saudarinya, "Helena, apa kita harus ikut? hadiahnya jaminan kesejahteraan selama seumur hidup. Itu menakjubkan!"

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status